Blind-1

25 4 0
                                    

Aku pun berjalan dengan bahagianya menuju kelas Silvani, ya aku tidak sabar ingin memberitahunya tentang Radit. Dengan bergegas aku menuju kelasnya, ternyata! Di depan pintu sudah ada Silvani,Radit,dan teman aku yang lainnya. Perlahan aku berjalan menuju Silvani dan mengejutkan dia yang sedamg mengobrol dengan Intan teman sekelasnya.

"Doooorr..." teriak bella, sambil memegang pundak silvani.

"Astagfirullah, bella kamu ini,kok kamu kesini?" tanya silvani

"Iya dong van, bosan aku di kelas , semua yang aku kenal dan akrab ada di kelas kamu semua." bella bergumam.

"Yakin bosan? Apa karena radit kamu jadinya kesini haha?" ledek silvani

"Tau aja kamu van, eh ngomong-ngomong dia duduk di mana?" tanya bella sambil melihat isi dalam kelas

"Tuh disana." balas silvani menunjuk ke arah belakang.

"Radit duduk di belakang aku!" ucap silvani lagi.

"Seriusan!" bella kaget.

"Bagus dong, jadi aku bisa kenalan sama dia, selama ini aku hanya bisa lihat dia di lapangan aja." ucap bella sambil memakan permen yang ada di kantong nya .

"Oh, jadi kamu kesini cuma ingin melihat radit doang? Bukan karena ingin ketemu sama aku?" tanya silvani.

"Ketemu sama kamu juga dong van, cuma bonus nya bisa lihat radit haha." tawa bella

Radit merupakan seorang lelaki yang tinggi, pintar, tampan, dan cukup pendiam, hanya dengan orang yang dia kenal saja, jadi nggak begitu pendiam.

"Bell, kita ketempat duduk aku aja yuk, kita ngobrol disana saja." pinta silvani.

"Ayo!" Ucap bella.

Ya, memang benar lelaki yang duduk di belakang tempat duduk silvani itu adalah Radit. Dengan berjalan seolah tidak terjadi apa-apa aku menuju tempat duduk Silvani, sedangkan Radit sedang serius memainkan game di hp nya.

Aku dan Silvani pun mengobrol ,entah apa saja yang kami obrolkan, kami begitu semangat dalam bercerita sampai-sampai kami tidak sadar kami sudah tertawa dengan riangnya dari tadi, ya begitulah kalau aku dan Silvani bertemu, kami bertingkah konyol dengan obrolan yang tidak ada habisnya.

Setiap harinya, aku selalu datang ke kelas silvani di waktu ada jam pelajaran kosong,maupun istirahat, pastikan aku selalu menghampiri kelas Silvani, entah itu hanya mengobrol,main, ataupun belajar bersama. Hampir semua teman sekelas Silvani sudah tau aku, dan akrab dengan aku. Ya, itu karena aku selalu ke kelas mereka, bahkan aku pun juga mengobrol dengan Fahri

Fahri adalah sahabat Silvani, karena Silvani sahabat aku juga, jadi aku dan Fahri juga cukup akrab. Kami mengobrol bersama, tertawa, bahkan karena terlalu akrabnya aku dengan Fahri, teman sekelas silvani dan Fahri pun salah paham, mereka mengira
Aku dan Fahri dekat melebihi teman, padahal itu semua tidaklah benar.

YA, seperti itulah masa SMA yang aku kenal, dimana ketika kita dekat dengan cowok itu di bilang "cie" dan bahkan gosip pun bersebar sampai ke kelas lain. Mereka mengira aku suka sama fahri!.

Karena aku dan fahri sangat dekat, kami mengobrol berdua, main game berdua, bahkan saling usil satu sama lain, hal itu lah yang menyebabkan gosip itu muncul, karena gosip itu radit orang yang aku suka, mengira aku suka sama Fahri.

"OH TIDAK!" batin bella

Apa ini semua, kenapa yang awalnya tujuan aku ke kelas Silvani agar bisa dekat dengan Radit malah berakhir seperti ini, semua jadi salah paham, bahkan Radit yang awalnya diam dengan kehadiran aku selama di kelasnya, untuk pertama kali dia bicara sama aku.

"Eh bel, mau cari fahri ya? Tanya radit.

"Astaga, radit menyapa aku?!" akhirnya setelah beberapa minggu aku selalu berkunjung ke kelas nya, akhirnya dia menyapa aku!" batin bella pun bergejolak

"Eh,hm n-nggak dit, aku nggak nyari fahri kok, biasa lah aku cuma mau ketemu sama silvani, kamu lihat nggak? Dimana silvani?" tanya bella gugup

"Oh mau nyari silvani kirain nyari fahri." canda radit sambil tersenyum

Seketika aku terdiam, orang yang aku suka, yang selama ini hanya bisa aku lihat tanpa ada seucap kata pun keluar, kini dia menyapa aku!, bahkan dia tersenyum kepada ku. Mimpi apa aku semalam sampai-sampai radit menyapa aku. Ya, aku senang sekali. Akan tetapi kok dia menyapa aku karena Fahri sih , bahkan dia tidak tau kalau yang aku suka itu dia , bukan Fahri, perasaan campur aduk pun aku rasakan ,senang, kesal menjadi satu.

Orang yang aku suka mengira aku suka dengan teman sekelas nya yaitu Fahri, di lain sisi aku senang karena hal itu dia untuk pertama kalinya menyapa aku dengan tersenyum. Entahlah yang hanya aku pikirkan hanya senyum radit kepadaku.

"I-iya dit, kamu lihat nggak?" tanya bella sambil terbata.

"Lihat kok bell, itu di belakang kamu." sambil menunjuk ke arah silvani

"Ah kamu ini dit, kok di kasih tau sih, kan aku mau mengejutkan bella." ucap silvani.

"Ya maaf deh van, kasihan bella nyari kamu sampai-sampai mukannya merah tu." ucap radit sambil tertawa kecil.

"ih apaan sih dit, nggak kok" ucap bella sambil memegang pipinya.

Kami pun tertawa bersama karena pipiku yang tidak bisa aku kontrol karena gugup dan malunya aku saat berhadapan dengan radit. Itulah awal dimana aku dan radit mulai menyapa dan mengobrol satu sama lain.

Aku pun menceritakan tentang perasaan aku kepada salwa, karena kami sudah akrab, sudah kenal satu sama lain, kami bahkan saling curhat tentang masalah apapun bersama-sama, aku senang bisa mempunyai teman sebangku seperti salwa, dan salwa adalah sahabatnya radit.

Aku menceritakan bagaimana aku bisa suka sama radit, selama ini alasan aku keluar setiap istirahat ke kelas silvani,bukan hanya ingin bertemu dengan silvani melainkan ingin melihat radit juga.

"Kamu seriusan bell, kok kamu baru cerita sih." ucap salwa

"Maaf deh sal, aku belum berani cerita sama kamu,kan kamu sahabatnya radit." ucap bella dengan nada pelan.

"Ya, nggak papa lah bell, semua orang itu berhak suka dengan lawan jenisnya selagi itu masih normal haha." ledek salwa

"Nanti aku bantu deh, biar kamu bisa akrab dengan radit." sambung salwa.

"Makasih salwa ku sayang, kamu memang teman terbaik deh." sambil mencubit pipi salwa yang tembem dan langsung memeluk nya.

"I-iya i-iya, sakit tau bell." ucap salwa sambil memegang pipinya yang bella cubit

Hari-hari yang aku lalui sama seperti hari biasanya, aku ke kelas silvani , mengobrol, belajar bersama melakukan hal-hal konyol lainya. Tidak terasa hari yang aku lalui telah berlalu sebulan lamanya.

BLINDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora