24

18.1K 3K 218
                                    

Ada banyak hal yang mulai terjadi sejak kejadian itu. 

Pangeran Alax menyadari banyak perubahan yang terjadi kepada saudari kembarnya. Misalnya, saat mereka beradu sihir, Pangeran Alax dan Pangeran Vire bisa merasakan bagaimana kekuatan Putri River jauh lebih kuat dibandingkan dengan biasanya.

Putri River mungkin juga merasakan hal yang sama, itulah sebabnya dia mulai mengurangi penggunaan sihirnya dan mulai menghindari hal-hal berbau sihir yang bisa memacu kekuatan sihirnya yang semakin tak bisa dikendalikannya.

Putri River mulai merasa seperti bukan dirinya sendiri. Ada semacam perasaan tidak nyaman, setiap dia menggunakan kekuatan sihirnya sendiri. Dia juga berusaha untuk tidak membuat siapapun curiga, baik keluarganya atau pun Carmelize.

Malam itu, Pangeran Vire mendatangi kamar Putri River, karena kakak tertua itu juga merasakan hal yang aneh terhadap adik bungsunya. Ditanyanya secara langsung, begitu dia sudah mengetuk kamar adiknya tiga kali.

"Kau kenapa?" tanyanya.

Putri River merinding, bukan karena kakak tertuanya itu tiba-tiba menjadi perhatian dan baik hati kepadanya, tetapi karena Pangeran Vire yang biasanya tidak peka terhadap sekitarnya bisa menyadari hal yang dikhawatirkannya.

"Apanya yang kenapa?" Putri River mulai merasa tidak tenang.

Dia sangat ingat dengan apa yang dikatakan raja dan ratu tentang Pangeran Vire yang tampaknya tidak menyadari banyaknya putri dari kerajaan lain yang tertarik dengannya. Memang, usia Pangeran Vire saat ini hanya dua belas tahun, tetapi raja dan ratu dari kerajaan lain sudah menceritakan bagaimana putra mereka yang sepantaran dengan Pangeran Vire, sudah tertarik dengan lawan jenisnya.

Jika Pangeran Vire saja sudah bisa merasakan keanehannya, mungkin saja yang lain sudah mengetahuinya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Pangeran Vire dengan nada serius.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, kak," imbuh Putri River sembari memalingkan wajahnya.

"Kau selalu membuang muka setiap berbohong," ucap Pangeran Vire sambil memincingkan matanya. "Sihirmu menjadi kuat, apa kau juga menyadarinya?"

Putri River terdiam selama beberapa saat. Jika memang Pangeran Vire juga menyadarinya, bukanlah itu berarti kekuatannya yang semakin kuat itu bukan hanya sekadar halusinasinya belaka? Bukankah itu artinya kekuatannya benar-benar menguat?

"Coba keluarkan sihirmu," pinta Pangeran Vire yang membuat Putri River tersentak. Padahal dia sudah melakukan banyak hal agar tidak perlu mengeluarkan sihirnya yang mulai terasa sangat mengerikan untuk dirinya sendiri.

"Tidak!" seru Putri River saat Pangeran Vire mencoba menarik tangannya.

"Kenapa tidak?"

"Kak Vire keluar!" Putri River berusaha mendorong Pangeran Vire keluar dari kamarnya.

"River! Keluarkan sihirmu!" titah Pangeran Vire yang memancing emosi Putri River.

"Keluar!"

Pangeran Alax yang mendengarkan keributan itu dari kamarnya akhirnya memutuskan untuk keluar dari sana. Pintu kamar Putri River setengah terbuka, namun tidak tampak keberadaan Pangeran Vire dan Putri River di sana.

Beberapa saat setelah Pangeran Alax nyaris mendekat, Putri River berhasil mendorong Pangeran Vire untuk keluar. Setelah itu, menutup pintunya dengan keras.

"Ada apa dengan River?" tanya Pangeran Vire sambil menatap ke arah Pangeran Alax yang menyimak dari kejauhan.

Pangeran Alax mengendikkan bahu, hampir saja memutuskan untuk masuk kembali ke kamarnya, sebelum akhirnya dia mendengarkan suara rintihan Putri River dari kamarnya.

APPETENCE - The Kingdom of Shade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang