15

15.9K 3K 173
                                    

Langit biru kelamlah yang menyambut kedatangan Carmelize begitu ia sampai di Kerajaan Bayangan.

Ya, Carmelize menyadari bahwa dia telah menginjak Negeri Bayangan yang tak pernah lagi didatanginya sejak empat tahun yang lalu.

Sama seperti sebelumnya, Carmelize selalu sampai di depan pintu gerbang Kerajaan Bayangan, dan di sinilah dia, berdiri di luar gerbang dan langsung masuk untuk membuktikan bahwa dia masih bisa menembusi benda padat.

Dia berhasil. Itu tandanya dia benar-benar sedang berada di tempat penuh nostalgia itu. Dalam mimpinya.

Kerajaan itu masih berdiri kokoh, sama seperti terakhir kali Carmelize melihatnya. Batu hitam masih menghiasi dan membungkus seluruh Kerajaan Bayangan. Di batu yang paling dekat dengan tanah, mulai didominasi oleh lumut. Carmelize selalu berakhir melihat batu yang ditumpuk di depan gerbang.

Carmelize mulai masuk ke dalam pelan-pelan dan bertemu kembali dengan air mancur yang pancurannya nyaris tidak pernah menyemprotkan air. Tak lupa pula dengan patung kuda dan seorang prajurit yang mengangkat pedangnya. Semuanya masih terlihat sama seperti terakhir kali yang melihatnya.

Takut jika semua pemandangan yang dilihatnya menggelap dan hancur lebur seperti terakhir kali, Carmelize memutuskan untuk lebih waswas terhadap sekitarnya.

Dia juga telah memutuskan untuk memperhatikan satu keluarga ini dari jauh, karena jika dia bertemu kembali dengan Putri River, dia tidak yakin kalau Putri River akan senang bertemu dengannya lagi. 

Salah satu destinasi yang paling sering dicarinya setiap dia sampai di Negeri Bayangan adalah di ruang makan kerajaan, tempat pertama kali datang.

Dalam perjalanan ke ruang makan, Carmelize tidak bertemu dengan satupun pelayan atau prajurit yang biasanya berjaga. Mungkin mereka sedang menghadap raja dan ratu seperti yang pernah terjadi, dulu.

Sambil berjalan perlahan, Carmelize mengobservasi kiri dan kanan lorong yang dilewatinya untuk mulai mencerna satu per satu gambar yang ada di ukiran tembok.

Beberapa tahun yang lalu, dia tidak mengerti dengan jalan cerita yang ada di sana. Dulu, Carmelize selalu mengabaikan ukiran gambar yang ada di tembok itu.

Hari ini, dia mengerti bahwa ukiran di tembok menceritakan tentang seorang putri dan kedua kakaknya yang berjuang melawan seekor naga yang berniat untuk menghancurkan Kerajaan mereka.

Carmelize membaca ukiran itu dari belakang ke depan, yang membuatnya tahu bahwa akhir cerita itu mengisahkan bahwa mereka bertiga berhasil melakukannya.

Pintu yang ada di ruang makan dalam keadaan tertutup rapat, hal yang tidak biasa bagi Carmelize. Dia mencoba mendengar suara dari dalam, namun ia dengar hanyalah keheningan. Tidak ada tanda-tanda seorang pun dalam.

Saat mengintip di dalam, yang benar saja. Tidak ada seorang pun di dalam. Berkat keberadaan jendela kerajaan, semua yang ada di sana terlihat jelas. Semua barang di sana tertata rapi; kursi, piring, sendok, garpu, pisau dan bahkan lilin putih.

"Kemana semua orang?" gumam Carmelize sambil memulai pencariannya di lantai atas.

Dimulai dari kamar Putri River, yang selalu berisikan seorang River yang berisik. Tidak ada tanda-tanda atau suara Putri River yang selalu membuat orang-orang dari kejauhan, bisa menerka keberadaan putri itu.

Carmelize memeriksa ke dalam dan tidak menemukan Putri River di dalam sana, sesuai prediksinya.

Langsung menembusi kedua kamar para pangeran, Carmelize juga tetap tidak bisa menemukan mereka. Keadaan kamar mereka semua sama saja, masih tertata rapi dan keadaan pintu tertutup.

APPETENCE - The Kingdom of Shade [END]Where stories live. Discover now