4

21K 3.6K 375
                                    

Lara saat itu sedikit terlambat pulang dari kuliahnya, karena dosen yang mengajarinya tiba-tiba saja dengan baik hatinya memperpanjang jadwal pelajarannya. Karena itu, Lara sangat terlambat, saat dia sampai di rumah Carmelize.

Bukan hanya dihentikan oleh jam kuliahnya yang tiba-tiba saja bertambah, tampaknya langit juga tidak setuju bahwa Lara harus datang tepat waktu untuk mengurus anak asuhnya, Carmelize. Beruntung, Lara selalu menyiapkan payung lipatnya di dalam tasnya, dan berbekal itulah, dia mendatangi rumah Carmelize dengan tergesa.

Dipencetnya bel dari pagar sambil memperhatikan jam tangannya. Lara sudah terlambat lebih dari satu jam. Entah kemana security rumah pergi, Lara mulai cemas saat tidak ada yang memencet tombol agar pagar terbuka otomatis, hal yang membuat Lara yakin bahwa tidak ada yang mengawasi CCTV rumah itu.

Akhirnya, Lara memeriksa kembali isi tasnya, untuk memastikan bahwa dia memang membawa tombol cadangan yang dipercayakan oleh keluarga Carmelize kepadanya. Kali ini keberuntungan sedikit memihak kepadanya, karena rupanya dia membawanya.

Dilewatinya halaman rumah Carmelize yang luasnya hampir menyamai luas lahan parkir di kampusnya. Berjalan jauh seperti ini sudah menjadi kebiasaan Lara sejak dia menyanggupi keinginan orangtua Carmelize untuk menjaga putri semata wayangnya.

Masuk dengan kunci cadangan, melewati koridor depan, tangga yang berputar, lampu krystal yang berkerlap-kerlip dan melewati banyak pintu yang biasanya dilewatinya, Lara akhirnya sampai juga di kamar Carmelize.

"Carmel, maaf ya, kakak--"

Ucapan Lara langsung terhenti saat dia melihat Carmelize tengah merapatkan matanya dan bernapas dengan tenang, terlelap dengan damai di atas tempat tidurnya.

"Sedang tidur ya?" bisik Lara dengan gelisah sambil memperhatikan jam tangannya kembali.

Baiklah, selama lebih dari satu jam, Lara tidak bisa berhenti merasa cemas dengan anak itu. Dan dia harus melanjutkan rasa cemasnya karena seharusnya sekarang adalah jam makan siang Carmelize, hal yang membuat Lara cemas tak karuan hanya untuk memikirkan apakah Carmelize sudah makan siang atau belum.

"Lara?"

Lara langsung berbalik ke belakang dan menemukan salah satu asisten rumah tangga yang seharusnya dijumpainya di sepanjang perjalanannya dari depan pintu sampai ke kamar Carmelize. Tidak menemukan satu pun sejak tadi, Lara sebenarnya merasa agak marah.

"Ke mana semuanya? Carmel sudah makan belum?"

"Nona Carmelize sudah makan," balas asisten rumah tangga itu dengan tenang. "Kami semua sedang menyiapkan makanan untuk nanti malam. Tuan dan Nyonya akan kembali . Mereka meminta agar jangan memberitahu Nona Carmelize dulu."

Lara melirik ke arah Carmelize yang masih terlelap dalam tidurnya. "Kalau begitu, aku akan menyiapkan pakaian untuk Carmel dulu."

Usai kepergian asisten rumah tangga itu, Lara masuk ke dalam kamar Carmelize dan membuka pelan-pelan kloset pakaian Carmelize agar tidak membangunkannya. Walaupun rasanya belakangan hari Carmelize lebih sering tertidur, Lara merasa bahwa dia tidak perlu membangunkannya, kecuali jika harus membangunkan Carmelize agar dia tidak terlambat.

Tengah memilih pakaian yang dirasanya cocok untuk Carmelize nanti malam, kilat datang tak diundang. Kedatangan kilat membuat semua hal yang disorotinya menyilau putih selama beberapa saat, lalu sebuah guntur yang terdengar penuh amarah, menyusul, memamerkan suaranya.

Di saat bersamaan, listrik di rumah Carmelize langsung mati. 

Itu petir yang sangat kuat, begitu pikir Lara.

Anehnya, Carmelize yang biasanya sangat sensitif terhadap hujan dan petir, tidak terbangun dari tidurnya sama sekali.

***

APPETENCE - The Kingdom of Shade [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt