SATU

9 5 4
                                    

Bagaimana rasanya menunggu ? Menunggu seseorang yang telah berjanji untuk datang? Namun, bagaimana jika orang yang kita tunggu tak kunjung datang dalam waktu yang lama? Haruskah kita tetap menunggu? Ah mungkin bagi kebanyakan orang menunggu itu membosankan dan akhirnya memutuskan untuk berhenti menunggu. Anehnya aku tetap menunggu orang itu meskipun ia tak kunjung datang hingga detik ini, karena aku yakin ia pasti akan datang untuk menepati janjinya entah kapan. Aku sangat merindukan orang itu. Orang yang dulu selalu menemaniku, memberiku semangat, yang sabar menghadapi sikapku yang kekanakan, dan masih banyak lagi hingga aku tetap setia untuk menunggunya.

Cahaya matahari menerobos jendela kamarku. Perlahan kubuka mata sambil memincing-mincingkannya. Aku mengubah posisi menjadi tertuduk sambil mengucek kedua mata. Mataku tertuju pada jam lucu di atas meja. Ah malas rasanya untuk berdiri dari kasurku. Namun apa boleh buat jam sudah menunjukan pukul 06.05 dan aku harus bersiap-siap untuk bersekolah sekolah, karena aku tidak ingin orang tuaku dipanggil sekolah karena keterlambatanku.

Aku bersekolah di SMAN Pancasila, salah satu sekolah favorit di kota ini. Aku sudah bersekolah di sini sejak satu bulan yang lalu. Tepatnya aku seorang murid pindahan dari salah satu sekolah favorit juga di Bandung. Alasan aku pindah karena ayahku dipindah tugaskan ke Jakarta, otomatis aku dan ibuku juga ikut pindah.

"Wulaannnnn!!" teriakan yang memekakan telinga dari seseorang memanggil namaku dari belakang. Bisa gak sih tu orang gak teriak-teriak? Masih pagi tauukk. Nyari gembok dulu buat ngunci mulut lo yang berisik itu.

"Bisa gak sih gak teriak-teriak? Kalau gendang telinga gue pecah gimana? " Kataku kesal. Biasanya kalau Dyan seperti ini pasti ada gosip terbaru. Sebelum berita kak Randy yang konon katanya cowo paling ganteng tapi terkenal bad boy di sekolah pacaran sama kak Vanya tersebar luas, Dyan sudah mengetahui terlebih dahulu dan memberitahu aku. Gila kali ni anak, udah kayak paparazi aja. Entah dapat berita dari mana yang jelas aku nggak tahu dan nggak terlalu memperdulikannya. "Lo harus tau, hari ini bakal ada murid pindahan, dan murid itu seorang cowo, Lan. Tadi gue ga sengaja nguping di depan ruang kepsek, si cowo pindahan itu bakal masuk kelas 11 IPA 2 dan artinya kelas kita tetanggaan dengan dia." Jelas Dyan dengan semangat 45. Aku bisa menebak si cowo pindahan itu bukanlah cowo biasa. Maksudku fisiknya. Mungkin berwajah tampan, berperawakan tinggi, putih, typical cowo yang bakal menjadi incaran cewe-cewe ganjen di sekolah.

Setelah bel istirahat berbunyi Dyan memintaku untuk menemaninya ke 'kelas sebelah'. Ngapain lagi kalau bukan ngintip si cowo pindahan itu. Sebenarnya aku ingin menolak tetapi rasa penasaran mengalahkan egoku dan akhirnya aku sepakat untuk menemaninya. Setelah tiba di depan kelas 11 IPA 2 Dyan langsung menyelonong masuk dan menghampiri meja Tasya sebagai alibi, nggak mungkin kan menghampiri meja si murid baru itu, Dyan tidak cukup berani dalam urusan itu. Mataku menangkap sosok cowo asing di kelas ini namun familiar dalam otakku. Aku nggak mungkin salah lihat kan? Dia? Tuhan tolong bantu aku untuk memastikan maya atau nyatakah orang yang aku lihat saat ini?

"Yan, cubit gue."

"Hah?" Tanya Dyan yang mungkin kebingungan saat ini.

"Cubit gue sekarang." Ternyata ini bukan mimpi. Ini nyata. Dia ada di sini, sekolah ini, kelas ini. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Mungkin diri ini terlalu senang dengan apa yang terjadi saat ini. Tanpa ba bi bu diriku langsung menghampirinya.

"Lo Angkasa kan? Angkasa Pradipta? Mungkin lo sama terkejutnya dengan gue karena lo mulai hari ini dan seterusnya bakal satu sekolah dengan gue, Aletta Maharani Wulan." Ungkapku dengan senyum bahagia. "Awalnya gue ga nyangka kalau yang gue lihat saat ini itu lo. Lo yang dulu beda banget sama lo yang sekarang. Untungnya mata elang lo ga berubah jadi gue bisa dengan mudah ngenalin lo."

Lo kok diam aja sih. Ke–"

"Berisik.Lo bisa pergi dari sini." Apa aku tidak salah dengar atau barangkali pendengaranku mulai menurun? "Oh ya, satu lagi. Gue ga pernah bertemu atau kenal dengan lo sebelum ini, jadi jangan ganggu gue." Jujur aku kecewa, sedih, marah, kesal. Kenapa dia dengan mudah mengatakan hal itu, aku yakin dia pasti berbohong. Angkasa bukan orang yang mudah melupakan sesuatu bahkan dengan janji yang dia ucap. Jika kalian jadi aku mustahil tidak merasakan kegalauan yang kurasakan. Untung saja kejadian ini hanya disaksikan segelintir orang yang menurutku mereka semua adalah kutu buku yang sangat musahil untuk menggosip atau menyebarkan kejadian ini.

Sorry, I Miss YouWhere stories live. Discover now