I'm Not Ready | 04

35 4 2
                                    

  Kalo dia autis? Emang untuk masuk kelompok ini harus ada kualifikasinya ya?  


"Intinya gue nggak suka sama yang namanya kotor," simpul Sandra pada akhirnya memecahkan ketercengangan Janet dan Erlangga.

"Mmm, oke. Terus apa hubungannya sama gue? Lo nggak liat gue lagi frustasi tadi?" tanya Erlangga yang malah membuat Sandra kembali menampilkan wajah sok galak dan sok mengintimidasinyanya.

"Ya biar lo nggak nganggep kalo kemaren lo itu mesum. Gue cuman nggak suka ada orang yang nyentuh gue karena tangan kalian itu banyak banget kumannya, ngerti gak sih lo? Otak lo terbuat dari apa sih? Bisa-bisanya dari kemarin lelet banget nangkepnya."

Erlangga yang menerima penghinaan seperti itu dari Sandra merasa tidak terima, "kok lo ngegas, sih?"

"Itu hobi gue. Ngegas. Kenapa? Nggak suka?" tanya Sandra sambil menaikan dagunya sombong. Erlangga hanya bisa mencibir dan menatap ke arah lain.

Janet yang sedikit merasa terabaikan bertanya, "Jadi lo minta kita buat ngapain?" Erlangga mengangguki pertanyaan Janet seakan juga menanyakan hal yang sama.

Tiba-tiba Sandra merasa ingin mencakar sesuatu, tetapi ia tidak akan membiarkan sarung tangannya rusak hanya karena ia melampiaskan amarahnya. "Gue mau lo pada ngerti tentang kondisi gue, dan biar lo ga pada salah paham tentang gue. Gue mau Janet nggak nganggep gue nilai orang dari penampilannya. Gue nyaman sama lo, Net. Dan gue nggak akan ngebiarin lo nganggep gue nggak suka sama lo cuman karena lo gemuk," ucap Sandra dengan nada yang semakin melembut, membuat Janet malu sendiri karena sikapnya kemarin yang terlalu mudah terbawa perasaan.

"Aww, so sweet," komentar Erlangga sok imut, membuat Sandra ingin menjambak rambut cowok itu sekarang juga.

"Makasih, San, udah berani ngasi tau kita tentang kondisi lo. Pasti berat ya?" ucap Janet membuat jantung Sandra berdegup kencang. Sandra tidak menyangka akan ada yang paham bagaimana perjuangan Sandra mulai dari memutuskan pilihannya sampai mengatur rencananya. Kenyataan itu membuat hatinya merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan bahkan dengan keluarganya sendiri.

"Kita nggak akan ngejauhin lo, atau nyebarin ke siapa pun tentang ini. Lo bisa percaya sama kita," lanjut Janet yang membuat Sandra ingin menangis saat ini juga. Bagaimana malaikat seperti Janet tidak mempunyai teman? Kenapa orang-orang selalu memandang mereka dari fisiknya saja? Mengetahui Janet tidak mempunyai teman karena fakta itu membuat Sandra marah. Ia ingin memeluk Janet saat ini juga tetapi ia belum siap.

Erlangga memutar bola matanya, "kok lo bawa-bawa gue sih ke drama kalian? Suka-suka gue lah mau nyebarin apa kagak," Sandra yang awalnya terharu karena ucapan Janet menjadi naik pitam karena ucapan Erlangga yang merusak suasana.

"Kok kalo lo ngomong, ampasnya nggak disaring dulu, sih?" tanya Janet yang sudah mematikan mode dramanya.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?" Erlangga sewot sendiri.

"Kapan gue nyuruh lo?"

"Lah, barusan?"

"Itu mah namanya kagak nyuruh, ogeb."

"Serah lo, tai."

Sandra hanya bisa diam melihat pertengkaran kedua makhluk yang saling melempar kata-kata kasar. Karena tujuannya ke kantin adalah makan, Sandra mengambil piring yang sudah tersedia di meja kantin yang sedang mereka tempati dan tak lupa ia mengambilkan piring untuk Janet dan Erlangga.

"Btw, Ngga, lo kenapa tonjok-tonjokkan tadi?" tanya Sandra karena penasaran sekaligus melerai pertengkaran Janet dan Erlangga.

Erlangga yang ditanya menjadi terlihat lebih semangat. Ia terlihat tidak sabar untuk menceritakannya. "Jordan minjem penghapus gue, terus nggak sengaja dia matahin tu penghapus. Padahal sumpah demi apapun itu penghapus adalah penghapus yang paling gue sayangin dari semua penghapus-penghapus gue lainnya."

I'm Not ReadyWhere stories live. Discover now