chapter 3

1.8K 248 44
                                    


      Hari itu, entah sudah hari keberapa matahari dan bulan berganti.
Entah sudah berapa bulan waktu berjalan, 1 bulan? 2 bulan? Atau 3 bulan?
Entah lah ia lupa, yang lelaki mungil itu ingat hanya tubuh tambah kurus, lebam dan luka bertambah banyak, serta hidup sangat menderita.

       Aaaa maaf bila aku terlalu melankolis, tapi sejauh yang dilihat kalian akan mengerti apa maksud ku.

"Hoi chibi" hinata hanya diam di tempat "kau menjatuhkan buku mu"
Hinata masih Setia untuk diam, tak ada niat menyahut.
"Hoi" kali ini bukan kuroo yang berbicara, melainkan bokuto teman kuroo "kau tuli? Atau buta? Hahahh" aaah lelaki mungil itu paling benci suara tawa jahat ini.  Tidak hinata tidak tuli maupun buta, ia hanya sedang lelah menghadapi lelucon konyol bokuto dan kuroo.

       Siapa yang tak kenal kuroo dan bokuto? Mereka bagaikan monster dan si genius kalau berada di lapangan volly, dan juga senpai yang sangat menyayangi si center jenius alumni karasuno. Hinata juga termasuk dalam kelompok kesayangan kuroo, namun itu dulu. Ya dulu sekali, hingga bocah itu sampai lupa kapan terakhir kali ia melihat senyum kebanggan untuk dirinya seperti di masa lalu.

         Tamparan kasar buku pada kepala membuat hinata kembali ke alam sadarnya.
"Hoi" ucap kuroo dingin "kau dengar tidak? "
Aaaah hinata dengar, ia tidak tuli. Tapi tolong mengerti lah, hari ini ia lelah, sangat lelah.
"chibi-chan" nada kuroo menggeram,
Oke cukup hinata tahu kelanjutan dari kalimat ini.
"Kapan kau mati? Aku muak melihat mu masih bisa bernafas sedangkan kageyama ..." si kucing alumni nekoma itu terdiam menahan amarah "kau tahu apa maksud ku".
Ya hinata sangat tahu, bahkan sangat tahu.

        Sudah ku katakan bahwa hari ini hinata sangat lelah, terlalu lelah,  bahkan untuk bernafas pun ia sangat lelah.
Perlahan
Lelaki orange berbalik arah menghadap si kucing dan burung hantu yang nyalang menatap bocah itu.
"Apa? " kali ini bokuto yang meradang, menatap lawan bicara yang tak kunjung berucap "pembunuh".
Aaaa itu sakit sekali bung.
"Kau pembunuh".
Bisakah kalian berhenti? Hinata sudah cukup lelah menjadi pusat perhatian yang di pandang berbagai orang dari segala penjuru kantin yang sedang ramai.

        Satu persatu orang orang mulai mengerumuni mereka. Dari satu dua sampai puluhan pasang mata menatap hinata.

        Tak heran mereka begitu penasaran dengan pertikaian kecil itu, hey Gosip tentang hinata sudah lama menyebar,
hinata pembunuh kageyama.
Hinata pembawa malapetaka.
Jauhi hinata, ia bukan lelaki baik.
Hinata si kecil yang ditendang oleh teman temannya.
Hinata si perusak.
Dan banyak lagi,
        
            hinata sekarang menjadi artis dadakan dalam fakultas nya (dalam artian yang berbeda), ia menjadi orang yang paling dicari oleh anggota tim volly universitas (yang kemudian dijadikan sasaran empuk untuk di bully),hebat bukan?

         Ah kembali ke kerumunan yang semakin ramai saat seorang lelaki bermarga tanaka mulai berjalan beringas menenteng se ember air berisi sampah yang entah dari mana ia dapatkan.
"Horaa, kuroo-san aku menemukan ini di bawah sana, kau memerlukannya?" dengan bangga memamerkan benda yang di bawa.
"Oh tanaka, pas sekali, kurasa bocah itu memerlukannya." memalingkan wajah menghadap si kecil " benarkan hinata? " . Hinata diam bokuto memanas.
"Oke tak ada jawaban, pertanda setuju" alangkah bahagia nya bokuto mengambil ember tersebut, berjalan santai kearah hinata dan melemparkan semua isi didalam ember itu diatas kepala si oranye.
Dan kau tau ekspresi para penonton?
Mereka bersorak gembira seakan menonton pertandingan bola dimana tim kebanggaan menang.

           Jujur ia marah bahkan benci saat di perlakukan selayaknya sampah oleh orang orang yang sangat ia sayangi dari dulu hingga sekarang  namun apa? Si kecil hanya diam, menatap satu satu mata orang yang menertawakan dia. Mengingat satu persatu orang orang yang ada di sana, ah betapa bahagia nya mereka melihat si chibi menderita. Lucu juga,
Awal hanya senyum kecil, lama kelamaan menjadi tawa lucu yang menguar bagai tak ada beban dalam hidup.
Semuanya terdiam,
Menatap heran kearah hinata.
Merasa berlebihan si kecil kembali terdiam,  tersenyum bahagia, berucap santai, dan pergi berlalu seraya melambai tangan kearah kerumunan yang terdiam menatap punggung kecil itu menjauh.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" maaf, karna aku masih hidup"

Itu lah yang diucapkan sang oranye dan berjalan seraya bersenandung lagu dengan nada sendu.








Aaaaaaaaa
Maaf baru update, aaah akhir akhir ini sibuk soalnya lagi pkl 😭 .
Maaf ya dateng2 cerita nya malah makin absurd kek gini.
Moga kalian menikmati ceritanya, maaf bnyk typo.
Jangan lupa vote dan komen guys.
See you babay 😳





ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang