Secara tidak langsung, posisinya menunjukkan bahwa dia akan menjadi bagian dari organisasi yang berada di bawah naungan OSIS sekolah ini. Dan itu semua terjadi berkat Exaudi. Dia dapat dengan mudah untuk melobby para petinggi di sekolah ini untuk membuat sebuat Ekstrakulikuler baru.

Dan sebenarnya tidak mudah untuk membuat sebuah ekstrakulikuler baru di sekolah ini. Karena banyak hal Administratif yang harus dilalui oleh orang yang mengajukan hal tersebut, dalam hal ini orang itu adalah Exaudi. Dia harus mengurusi segala proposal serta pendanaan untuk membuat ekskul ini. Sungguh sangat mengharukan memang.

Demi orang yang disayanginya, Exaudi rela untuk mengurusi hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Dan sebenarnya hal itu juga membahayakan karirnya di dalam politik OSIS ini. Karena jika hasil dari ekskul ini gagal atau tidak memuaskan, sekolah dapat menutup ekskul setelah sekian lama beroperasi.

Hal itu juga berarti bahwa Exaudi sudah membuat sebuah perubahan yang buruk bagi sekolah dan merugikan pihak sekolah dan institusi yang menaunginya, dalam hal ini adalah OSIS. Namun sebaliknya, jika ekskul ini berhasil, maka namanya akan menjadi semakin tenar dan dia semakin dipercaya oleh banyak orang.

Dan karena rasa sayangnya terhadap Arman, dia rela melakukan hal ini semua. Dengan keteguhan hati dan rasa sayang yang amat mendalam, dia mengambil resiko yang tidak kecil. Walaupun dia tidak terlalu mengetahui urusan tentang musik ataupun hal yang semacamnya, namun dia yakin bahwa bersama dengan Arman, ekskul ini akan berhasil.

Exaudi kemudian berhadapan dengan Majlis Perwakilan Kelas untuk menyampaikan proposalnya, dan setelah mendengar jajak pendapat dari Majlis itu, ternyata proposal Exaudi diterima namun dengan sekian banyak revisi. Setelah direvisi berulang kali, dia kemudian menghadap kembali ke Majlis dan bersama dengan Majlis tersebut mereka mengajukan proposal tersebut ke Wakil Kepala Sekolah.

Setelah disetujui oleh Wakil Kepala Sekolah, Exaudi harus kembali mempresentasikan Proposalnya itu ke hadapan dewan guru dan segala staf administrasi yang ada di tempat itu. Dan setelah dicecar berbagai macam pertanyaan yang terkadang menusuk hati dan pesimistis, Exaudi dapat meyakinkan siapapun yang ada di ruangan itu untuk menyetujui proposal tersebut.

Dan keputusan kemudian diambil, setelah Kepala Sekolah bertemu dan rapat dengan dinas pendidikan. Keputusan itu menyebutkan bahwa proposal itu diterima namun dengan syarat bahwa segala dana yang ada harus dipergunakan untuk memaksimalkan kegiatan belajar dan mengajar siswa.

Hal ini membuat Exaudi bahagia, namun juga menjadi waspada di waktu yang sama. Karena dengan adanya jabatan yang baru sebagai ketua ekskul baru ini, ada juga tugas dan tanggung jawab baru yang harus dipegang dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

Dan pastinya, Arman harus masuk ke dalam ekskul ini. Oleh sebab karena Armanlah Exaudi berjuang keras untuk membangun ekskul ini, dan Exaudi memutuskan untuk mengangkat Arman menjadi wakil ketua yang mengurusi bagian kegiatan serta juga acara. Exaudi yakin dengan kemampuan musikalitas serta sifat Arman yang bertanggung jawab.

Semua mata kini mengarah kepada mereka berdua, setelah perubahan yang dibawa oleh Exaudi untuk sekolah mereka. Tidak seperti dahulu ketika semua memalingkan wajah mereka ketika mendengar ada ekskul baru yang dikomandoi oleh Arman. Karena masyarakat sekolah itu tidak mengenal Arman sama sekali ataupun kemampuannya.

Namun semua itu berubah, ketika Arman dapat membentuk Band mereka sendiri dan membuat karya yang orisinil. Band mereka dinamai HOPE, nama itu diambil Arman ketika dia putus asa mencari orang yang tepat untuk mengisi posisi di bandnya.

Semuanya memang tidak instan, termasuk ketika kita membangun serta membawa perubahan yang baru untuk lingkungan kita yang terbiasa berpikiran terbelakang. Berat rasanya, dan terkadang ingin mati putus asa karenanya. Namun Exaudi selalu bersama di samping Arman, baik susah maupun senang.

Journal Of Exaudi [Finished]Where stories live. Discover now