OFFICE

102 6 10
                                    

****

Sesampainya didepan kantor gue segera turun dari taxi, ya gue naik taxi gara-gara incident tadi. walaupun mobilku hanya lecet sedikit tapi kalian tau kan gue gimana orangnya. Gue melangkahkan kakiku masuk kekantor tanpa melapor dulu kereciptionist, karena semua karyawan dikantor ini tau bahwa gue putra dari Adriansya Bayaskara.

Gue memasuki lift dan menuju kelantai paling atas dikantor ini. Tak menunggu waktu yang lama, gue pun sampai dan berjalan beberapa langkah untuk menuju kearah dimana ruangan dedyku. Didepan ruangan tersebut sudah ada sekertaris ded dia adalah Ms.Ana.

***
"Apakah ded ada didalam..?"kataku, tapi dia sama sekali tidak bergeming atau melontarkan sepatah katapun.

Dan lagi-lagi gue mulai emosi dan jijik melihatnya karena dia sepertinya terpesona oleh ketampananku. "Maaf Ms.Ana, Apakah Ded Ada Didalam..?",tanyaku lagi dengan nada dingin sambil menekan disetiap kata yang kuucapkan.

"Ha? I-i-iiya". Ucapku yang terbata-bata. "Pak Bayaskara ada didalam dari tadi dia menunggu anda."

Tanpa menghiraukan lagi kalimat yang dia ucapkan dengan nada yang menggoda, gue langsung masuk dan tanpa mengetuk pintu tersebut.

Dan ku lihat kearah sofa sudah ada beberapa orang termasuk Rehan, ya dia yang menelponku disaat incident tadi. Gue sendiri gak tau apa maksud dan tujuannya gue dipanggil kesini. Aahh, ded sama mom melihat kearahku.

"Hai sayang, kenapa baru sampai".ucapan Gina

"I-iya mom, ded maaf semuanya sudah menungguku terlalu lama, tadi dijalan sangat macet" jawabku bohong, tapi ya memang macet sih.

"Haa alasan aja lo, bilang aja lo itu da..", belum sempat ngelanjutin ucapan Rehan. Dan gue sudah menatapnya dengan tatapan yang membunuh plus tajam dariku.

"Ya sudah kamu duduk dulu disini" kata dedku, sambil menepuk-nepuk tempat yang kosong disamping Ded. Gue pun mendaratkan bokongku dan duduk disamping dedku.

"Hmm, Revan kenalin ini Alex sahabat Ded dari kecil plus tangan kanan diperusahaan kita." gue pun langsung menjulurkan tanganku kepada sahabat Dedku. "Revan Om."

"Baiklah langsung saja keintinya, Revan saya mau kamu yang mengambil alih perusahaan ded ini."

Dek, dek, dekkk...jantungku berdetak cepat, ya ini yang dari dulu gue takutkan. "Hmm Ded kan aku ini masih seorang pilot jadi Ded gak bisa seenaknya aja nyuruh aku untuk mengambil alih perusahaan."

"Ded gak nyuruh kamu Van buat berhenti jadi pilot. Asal kamu tau Van, kamu itu satu-satunya ahli waris ded. Dan ded sekarang gak mau ada penolakan lagi Van, kamu pasti ngerti apa maksud ded. Ded ini sudah tidak muda lagi Van dan ini saatnya kamu mengambil keputusan!." papar Ardiansya

Responsibility & Decision  "My Heart"Where stories live. Discover now