Usai lama bergeming, dengan susah payah, Iqbal bangkit dari jatuhnya. Ia berjalan lunglai ke dalam ruang kerjanya, melangkahkan kaki menuju dapur minimalis yang tersedia di sana.

Membuka refrigerator, Iqbal pun mengambil sebotol wine serta satu sloki dan dibawanya ke meja kerja. Iqbal duduk di kursi kebesarannya, lantas menuangkan minuman itu ke sloki, meminumnya berkali-kali. Dia begini karena butuh pelampiasan. Jangan salahkan dirinya yang tergoda pada minuman haram itu. Iqbal tak mau menodai dirinya untuk kembali seperti dulu yang hobi bermain wanita.

Cukup minuman ini saja!

Ketika wine itu sudah habis setengah botol, Iqbal mencengkeram slokinya kuat-kuat. Ia menarik napas panjang, matanya memerah. Tubuh Iqbal mendadak bergetar, hatinya berteriak agar dirinya segera berhenti minum.

Pada akhirnya, dengan berat hati, Iqbal pun melempar sloki beserta wine tersebut, membuat dua benda kaca itu jatuh dan pecah. Sisa wine tak ayalnya lagi tumpah mengotori lantai. Iqbal menyandarkan punggungnya ke kursi, ia memijati pelipisnya dengan mata terpejam, berusaha merilekskan diri dari pikiran yang berkecamuk.

Di waktu yang bersamaan, ponselnya berdering. Tanpa minat, ia merogoh benda pipihnya yang tergeletak di atas meja. Nama Riki tertera di layar. Iqbal menekan tombol hijau. Lantas menyalakan speaker karena malas mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Selamat sore, Tuan?"

"Ya?"

"Tuan sedang sibuk atau tidak?"

"Ada apa, Ki?"

"Anu, Tuan. Nyonya Nayla baru saja masuk rumah sakit. Beliau---"

"Rumah sakit?!!" Iqbal sontak bangkit. Jantungnya berpacu cepat. Ia menahan napas tatkala Riki membenarkan.

"Ya, Tuan. Nyonya Nayla ditemukan pingsan di dalam kamarnya oleh Nona Siska."

"Kirim alamatnya ke saya, sekarang!"

***

Ia berlari melintasi lorong dengan tidak sabaran. Bahkan Iqbal tak peduli saat dirinya menabraki orang-orang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Iqbal kerap mendapatkan sumpah-serapah para korban yang ditabraknya, namun sekali lagi, ia mengabaikan itu semua. Sebab yang memenuhi pikirannya saat ini hannyalah Nayla dan Nayla, istrinya!

Syukurlah, rumah sakit ini tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya sehingga cukup bermanuver sebentar, ia berhasil tiba di sini meski di jalan tadi hampir saja membuat beberapa pengendara motor celaka. Iqbal mencari-cari nomor kamar yang tadi Riki kirimkan lewat pesan. Tidak butuh waktu lama, akhirnya ia menemukan juga. Di luar, terlihatlah Riki yang tengah berdiri dan Siska yang duduk di kursi rodanya dengan raut cemas. Iqbal mendekati mereka.

"Dia di dalam?" tanya Iqbal gelisah.

Siska yang mendengar suara Iqbal, langsung menoleh. Wajah Siska berubah garang.

"Ngapain Kakak ke sini, hah? Pergi sana! Nay gak butuh laki-laki bajingan kayak Kakak lagi!"

"Nona---" Riki berusaha mencegah terjadinya peperangan. Ia menahan Siska saat Nona mudanya itu hendak mendekati Iqbal guna memberinya pukulan bertubi-tubi. Akan tetapi, Siska yang sudah dibutakan emosi, malah membentaknya.

Love You Till Jannah Kde žijí příběhy. Začni objevovat