[8/10]

2.2K 319 80
                                    

"Udah dong, akunya kan gapapa"

Pria dipelukannya masih saja menangis, bahkan sesekali terdengar suara isakan, Guanlin hanya bisa menepuk pelan kedua pundak kecil itu berharap dapat menenangkan pria dipelukannya. Guanlin merasakan basah pada bagian pundaknya, sebegitu khawatirkah si pria Bae ini sampai dirinya tidak sadar telah membuat debaran pada jantung Guanlin semakin gila.

Jinyoung, pria yang baru saja menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Guanlin terus saja menunduk, ia masih menyembunyikan wajahnya yang entah sudah seperti apa dari pria jangkung dihadapannya ini. Dengan malu, Jinyoung memutuskan untuk melihat keadaan wajah Guanlin sekarang, sedari awal dirinya memang belum melihat keadaan wajah si pria yang baru saja berkelahi karena ketika Guanlin membukakan pintu, ia langsung menghamburkan tubuhnya kepelukan si pria Lai.

Guanlin menyeka air mata yang mengalir dan mulai mengering di pipi pria Bae. Jinyoung sesekali masih sesegukan, Guanlin memberikan tatapan teduh agar Jinyoung dapat sedikit tenang.

"Apanya yang gapapa, mukanya ancur gitu"

"Memar dikit, ga sakit ko... AWW! Ko di pencet sih"

Tangan Guanlin menutupi luka pada sudut bibirnya yang sebelumnya Jinyoung tekan. Jangan salahkan Jinyoung, salahkan Guanlin yang terus mengatakan dirinya tidak apa-apa. Hanya dengan melihat keadaannya sekarang Jinyoung tahu betul bahwa Guanlin sama sekali tidak apa-apa, bahkan dilihat dari sisi manapun Guanlin memang terlihat mengenaskan. Lagipula apa yang sebenarnya Guanlin pikirkan sampai pria ini berkelahi dengan teman sepergaulannya.

"Tuh kan sakit"

"Ya kalo dipencet gitu sakit lah"

Jinyoung mulai khawatir jika dirinya menekan terlalu keras, terlihat dari wajah Guanlin yang masih mengaduh kesakitan memegangi sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Jinyoung sedikit meringis memikirkan betapa sakitnya luka itu bagi Guanlin.

"Maaf, lagian demen banget boong. Udah diobatin?"

Guanlin kini menatap pria yang raut wajahnya terlihat sangat khawatir itu. Ia memaksakan untuk tersenyum sekalipun merasakan perih pada ujung bibirnya. Jinyoung menggemaskan tentu saja, namun dengan wajah khawatir seperti ini terlebih karena Guanlin, ia terlihat jauh lebih menggemaskan. Guanlin merasa senang melihatnya seperti ini.

"Tadi pulang langsung tidur, pas bangun nemu kamu didepan pintu"

Jinyoung sedikit terkejut ketika Guanlin mengatakan kata 'kamu'. Setelah mengingat bahwa yang memulai dirinya, Jinyoung hanya bisa menunduk dan menyumpahi kebodohannya dalam hati. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa dirinya hilang akal dan mengatakan sesuatu yang sedikit memalukan. Masa bodo. Bahkan Jinyoung sudah berani memeluk Guanlin tadi. Kata 'aku-kamu' mungkin bukan sesuatu yang harus di pikirkan sekarang.

"A-a-aku ganggu ya?"

"Sama sekali engga"

"D-duduk gih, aku obatin"

Guanlin mengangguk setuju, ia memilih untuk duduk di sofa. Jinyoung menemukan kotak p3k yang terletak di dapur, mungkin karena dirinya pernah memasak di dapur Guanlin dan tidak sengaja melihat kotak p3k disana jadi ia dapat menemukannya dengan mudah.

Jinyoung duduk disebelah kiri Guanlin dan mulai mengobati wajah pria yang babak belur itu. Ia menuangkan cairan anti septik pada kapas lalu menepuknya dengan hati-hati pada permukaan kulit Guanlin yang memar. Guanlin meringis ketika Jinyoung menepukkan kapas disana, Jinyoung yang melihat ikut merasakan nyeri karena luka Guanlin memang dapat dikatakan parah.

"Sakit?"

"Dikit"

"Lagian ada-ada aja, ngapain coba berantemnya sama Woojin"

Reasons •Pandeep ☑️Where stories live. Discover now