LGL 25

2.2K 291 76
                                    

"Nona Aluna hanya kehilangan sebagian darahnya saja. Apalagi akhir-akhir ini nona Aluna mencoba berhenti paksa dari keterbiasaannya meminum obat penenang tanpa bimbingan." Dokter memberi jeda, "apa kau melakukan sesuatu yang membuat nona Aluna kehilangan banyak darah?"

Jinyoung terdiam memikirkan apa yang dialami Aluna.

"Saya lihat, banyak sekali luka serta sayatan seperti gunting dan — pisau?" Dokter bertanya hati-hati ketika Jinyoung menatapnya tajam.

"Berhenti mengorek informasi dan buat Aluna sembuh. Saya tidak mau tahu, atau keluargamu yang menjadi taruhannya." Jinyoung berkata tajam lalu pergi dari ruangan kerja milik dokter yang baru saja menyatakan pemeriksaan Aluna.

Sementara dokter itu terkejut, "ada apa dengan anak muda itu? Aneh sekali."

***

Seluruh keluarga, serta teman dan kerabat terdekat Guanlin berusaha mencari pendonor mata. Mereka tidak tanggung mengeluarkan biaya fantastis hanya untuk mengembalikan penglihatan Guanlin. Namun, sampai detik ini, mereka belum menemukan mata yang cocok untuk digunakan Guanlin.

Di ruangan itu, hanya terdapat Guanlin yang terbujur kaku di atas tempat tidur dengan infus-an ditangannya. Pintu terbuka pelan sampai menunjukkan satu perempuan berpakaian khas ala pasien rumah sakit mendekati Guanlin.

Perempuan itu menatap Guanlin sendu, mengusap rambut Guanlin lembut diiringi kekehan ringan. "Katanya lo mau buat gue jadi cewek lo dalam waktu seminggu. Buktinya mana? Ini udah lebih dari sebulan."

Menggenggam tangan Guanlin lalu ia usapkan pada pipi kirinya, "bangun Lin." Perempuan itu berbisik pilu.

"Bangun ..."

Kepala perempuan itu diperban, sementara perutnya juga mengalami cedera bagian dalam yang membuatnya sulit digerakkan serta tidak sembarangan bisa duduk maupun berdiri.

"Makasih udah jadi orang yang berarti buat gue." Perempuan itu meneteskan satu air mata yang berlanjut dengan isakan kecil.

"Makasih udah buat memori berharga walau nyebelin."

Perempuan itu menunduk, mencium kedua pipi Guanlin lembut lalu memeluk tubuh ringkih Guanlin, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Guanlin.

"Makasih."

***

Sinar matahari begitu menusuk netranya ketika ia mulai mengerjapkan matanya. Rasanya sangat asing.

Pandangannya masih mengabur sampai beberapa menit kemudian terlihat jelas apa yang ada di depannya tanpa blur. Guanlin mengangkat alisnya ketika ia kembali bisa melihat.

Ia menoleh pada keluarga besarnya serta sahabat-sahabatnya yang menunggu Guanlin bersuara dengan senyuman.

"Gimana Lin? Udah kerasa baikan?" Mama Guanlin bertanya sambil tersenyum dengan tangannya yang tidak berhenti mengelus kepala Guanlin.

Guanlin mengangguk, lalu meminta cermin pada Jihoon yang kebetulan dekat dengan meja kaca. Guanlin berkaca, menilik mata barunya yang terlihat tidak asing dipandangannya.

Warna mata itu seperti ia kenal, seperti sering ia tatap.

Guanlin mengangkat wajahnya lalu mengedarkan pandangannya, "dimana Aluna?"

Semua terdiam, tidak ada yang menjawab, mungkin mereka masih belum menemukan keberadaan Aluna yang diculik. Matanya menatap Kenta seolah bertanya.

"Daniel sama Jinyoung di mana?"

Semuanya tetap terdiam sampai Guanlin menyadari keganjalan yang melingkupinya sekarang.

"Daniel, Aluna sama Jinyoung di mana?!" Guanlin menaikan nada suaranya membuat salah satu dari mereka mengangka suara.

"Jinyoung, kan Jinyoung yang nyulik Aluna, Lin. Lo lupa?" Dikata terakhir, Woojin menjawab rendah ketika merasakan aura negative yang mendadak terasa begitu kental.

"Terus Aluna sama Daniel di mana?!" Guanlin nyaris turun dari tempat tidurnya kalau saja Ibunya tidak menahan semua pergerakan Guanlin.

"Daniel kemarin gue temuin di salah satu gedung gak kepake di Busan. Kepala Daniel banyak ngeluarin darah, kemungkinan Daniel butuh darah juga, sempet gue cariin dan dapet. Daniel lagi dirawat intensif di rumah sakit ini juga. Di ruangan VIP no. 5," Seongwoo memberi jeda lalu tersenyum miring, "kabar yang gue dapet dari orang gue, Aluna dibawa pergi ke Madrid sama orangtuanya. Nyonya Alina sama kepsek kita, Choi Seunghyun."

Guanlin mengepalkan kedua tangannya, pandangannya menggelap ketika Aluna dibawa pergi jauh dari pengawasannya. Kenapa takdir seolah mempermainkannya?

"Perihal Jinyoung, udah diurus papa kamu. Jinyoung ketemu lagi berusaha ngelecehin Aluna di sini." Mama Guanlin memberikan jawaban sebelum Guanlin bertanya.

"Di sini?" Guanlin membeo, "Aluna di rumah sakit ini?"

Wajah Mama Guanlin serta sahabat-sahabatnya berubah pucat. Mama Guanlin keceplosan dan mereka yakin Guanlin akan membuat keributan sebentar lagi.

Guanlin terdiam, mencoba menghubungkan kejadian aneh hari ini. Guanlin tersenyum timpang lalu memiringkan kepalanya. "Jadi, yang donorin mata ini Aluna?"




— numb —

Wayolo, aku upd nih wkwk. Maaf kalo gak ngefeel, aku gak ahli heheh. Oh iya, makin sini makin ngebingungin gak sih? Kasih saran buat kedepannya tolong :'

Fyi, ini upd kilat ya guys, pagi ini bgt. Jadi maaf kalo rada ngelantur sama ada typo

Feeling any Numb'ness?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang