Prolog

8.1K 902 700
                                    


FRISSON
[frēˈsôn]
(n) a shiver of pleasure; a sudden strong feeling of excitement; a thrill

▪▪▪

Kamis, 1/10/15,
Jekardia, Indosylvania.

▪▪▪

"Aduh, mati gue mati."

Gadis berumur 15 tahun itu sibuk mengobrak - abrik nakas dan laci meja belajarnya. Dia harus segera membuka pintu kamar asramanya agar bisa sampai ke kelas sebelum bel ujian berbunyi.

"Gue yakin kemaren ada disini, ah shit!" Tapi dewi fortuna sedang menguji ketelitian gadis malang itu diwaktu yang tidak tepat.

1 menit menuju bel, batang hidung kunci kamar belum juga nampak. Bodohnya dia, kenapa tidak membiarkan benda itu menggantung di lubang kunci saja?

"Aduuh San, lu bego banget parah! Mampus lah ini gue gak bisa ujian." Ditengah ke-putus-asa-an-nya, ide brilian tanpa disangka - sangka melintas di kepalanya.

Gadis itu menggeser kursi belajar ke dekat pintu, kemudian berdiri diatasnya sembari mengintip dari celah ventilasi.

"DEMI CAPING KERORO, TOLONG GUE WOOY!! INI KONCI KAMAR GUE SEGALA MAIN PETAK UMPET SIAKE. HELP MEH PLISS!!!"

Tapi sayangnya koridor asrama perempuan telah kosong. Alhasil, dia harus berpasrah diri dan tidak mengikuti ujian utama karena sikap cerobohnya.

Dan sebagai konsekuensinya, dia wajib mengikuti punishment weeks atau pekan hukuman yang didesain khusus untuk para murid yang gagal dalam ujian utama. Begitulah peraturan yang berlaku di Jekardia Arts Academy.

▪▪▪

Apa yang lebih buruk dari hukuman selama 8 minggu penuh di musim liburan?

Jawabannya, tidak ada.

Sementara murid lain menghabiskan liburan untuk pulang ke rumah masing - masing atau pergi ke luar kota, enam kepala ini harus menetap di sekolah sampai tugas mereka selesai.

"Ya, ehem, perhatian." Pria berpostur tinggi dengan suara diberatkan, menapakkan vantopel hitamnya ke dalam ruangan. Kedatangan beliau membuat seluruh pasang mata tertuju padanya.

"Selamat pagi, semua." Disusul oleh langkah wanita mungil ber-stiletto putih. Keadaan tegang seketika memudar.

"Jadi ... kalian ini anak - anak yang gagal ujian utama itu, kan?" Sambil meminta map cokelat dari wanita disampingnya, pria ber-jas hitam ala James Bond itu kembali membakar api kecemasan para murid di kelas.

"Iya." Lima pemuda yang duduk berpencar di ruangan itu menyahut seadanya.

"Baiklah kalau begitu saya akan mulai meng--oh iya, ada yang belum kenal saya? Gak mungkin lah ya, saya guru paling ganteng di sekolah ini, jadi kalian gak mungkin lupa. Ehem, jadi--"

"Pak," beruntung wanita paruh baya disebelahnya itu menegur, sehingga beliau menjeda niat mengocehnya.

"Kenapa, Bu Bel?" Pak Guru tertampan se-antero JAA itu menopang dagu sambil menatap wanita berambut bob tersebut.

"Tolong sedikit lebih sopan sama mereka. Ini bukan saatnya bercanda. Anak - anak ini lagi dihukum, Pak." Tegasnya.

Si Pak Guru tampan malah tersenyum puas saat wanita itu memarahinya. Menurut beliau, wanita itu terlihat semakin menawan saat kerutan di wajahnya bermunculan.

Six Academia [DAY6]Where stories live. Discover now