10. Secret

1.6K 93 86
                                    

/secret/

rahasia; sesuatu yang disembunyikan

.

.

.

Jakarta, Oktober 1995

"Aku senang kamu nggak aneh-aneh lagi, Nel," tutur Surya saat kami bersiap untuk bertualang ke alam mimpi malam ini.

Aku hanya menarik sudut bibirku ke sisi kanan. "I know you, Husband. Kamu emang gila kerja. Daripada aku merengek-rengek nggak jelas yang, toh, nggak dikabulkan juga, lebih baik aku menyikapinya dengan positif, kan?"

Surya tersenyum. "Nah, begitu kan benar," ujarnya. "Aku senang kamu udah ngerti, Sayang.

"Dan aku," ucapku sambil duduk di atas pangkuannya, lalu mengalungkan lenganku ke lehernya, "punya rencana yang akan meningkatkan reputasi Grup Jati." Aku menempelkan dahiku ke dahinya hingga hidung kami nyaris bersentuhan.

"Apa itu?" bisiknya.

"Aku mau membuat yayasan untuk menolong perempuan dan anak-anak," tuturku. "Selama ini Grup Jati memang sudah punya bagian CSR, tapi kalau kita punya yayasan juga, pasti nama perusahaan kita semakin baik. Lagipula aku jadi punya kesibukan tambahan. Tiara udah mulai teratur pergi ke sekolah, aku sering nganggur siang-siang."

Selain bertemu Mario, aku memang tak punya kerjaan lain. Jakarta tidak seperti New York yang ramah pejalan kaki. Aku harus pergi ke mana-mana diantar supir. Terlalu sering pergi ke luar rumah tak baik untuk reputasiku di mata Ayah dan Ibu, namun aku tak begitu nyaman tinggal di rumah terus bersama mertuaku.

Aku sempat berpikir ingin bekerja, namun Ayah dan Surya tidak mengizinkanku bekerja di tempat lain selain Grup Jati, katanya reputasi mereka akan buruk karena tak mampu menafkahi istri sendiri. Mereka mengizinkanku bekerja di Grup Jati untuk mengaktualisasi diri, seperti yang dilakukan Cathy sebagai direktur anak perusahaan Grup Jati di bagian perbankan -- ya, Grup Jati memiliki bank yang bernama Bank Jati. Sementara aku tak tertarik bekerja di korporat, lebih suka di dunia seni atau tulis-menulis. Padahal Grup Jati tak memiliki cabang media atau entertainment.

"Ide brilian, Nella," puji suamiku. "Kalau begitu berikan namanya Yayasan Cornelia Londa."

"Bukan," sanggahku, "tapi Yayasan Cornelia Jati."

Surya mencium bibirku. Perlahan namun pasti, tangannya menjalar ke bagian lain tubuhku. Kami berakhir di atas tempat tidur. Aku memainkan peranku sebagai istri bersemangat -- debar-debar jantungku karena takut rahasiaku ketahuan malah berefek menguntungkan, karena wajahku terlihat merona.

Namun saat ia mulai membuka pakaian tidurku, tiba-tiba wajah Mario terbayang olehku.

Astaga!

Aku cepat-cepat mengatur napasku dan menghentikan aksi Surya.

"Ada apa, Nel?" tanya suamiku tak sabar.

"Aku ..." Cepat-cepat kuputar otakku. "Gantian, aku mau di atas." Aku tersenyum menggoda, mendorong dada Surya dan membalikkan tubuhnya.

Nice comeback, Nel.

Tapi aku memastikan untuk menjaga otakku, jangan sampai wajah Mario melintas di pikiranku lagi.

***

Jangan kira hanya suamiku yang bisa bermain licik. Jika ia sanggup bersiasat, aku pun bisa. Yayasan itu sebenarnya bagian dari akal-akalan agar aku bisa keluar rumah tanpa dicurigai. Seperti katanya, sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Aku terlihat baik di mata suamiku, namun tetap bisa bertemu dengan Mario.

Disillusioned ◇Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz