39% - kind

7.8K 1.5K 256
                                    

SEHARUSNYA aku menggembok mobilku saja kemarin malam.

Aku tidak habis pikir dengan apa aku melangkah jika tanpa Mimi, mobil kesayanganku.

Kaki?

Ayolah berjalan hanya memperpendek umurku saja. Untuk apa ada bensin kalau begitu.

Kyungra nempak berpikir sejenak. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita naik taksi sa─"

"JANGAN!" tolakku mentah-mentah.

Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat. "Jangan tanya apa alasannya, yang jelas jangan pakai TAKSI!"

Walau aku sudah memperingatkannya, ia tetap bertanya dengan mimik bingung. "Wae?"

Aku memegangi dadaku dan membalikan badanku darinya. "Geunyang,..." (Hanya saja)

"Aku tidak punya uang." lanjutku sambil menyembunyikan wajahku.

Kyungra akhirnya mengangguk mengerti. "Arasseo...."

"Kalau begitu, pakai uangku saja." tuturnya lagi sambil berjalan mendahuluiku.

Aku segera menahan tangannya sebelum ia terlalu jauh dariku. "Ha-ha-hajima!" (Don't)

Kyungra berhenti dan membalikan badannya padaku seakan-akan meminta jawaban.

"Bagaimana kalau kita naik bus kota saja?" tanyaku sambil melepas tanganku darinya.

Kyungra menaruh kedua tangannya di pinggang kecilnya. "Hei, kakek! Yang benar saja...."

"Apa kau tahu jarak rumah ini menuju halte sana itu bisa menghabiskan waktu 1 jam 15 menit? Belum pula nanti tidak ada transportasi menuju lapas dan kita harus menghabiskan waktu 3 jam 20 menit dengan berjalan kaki hingga sampai disana? Kau tidak tahu bagaimana perjuanganku meluruskan rambut dan mempermak wajahku ini, eoh? Tentu saja kau tidak tahu, karena kau tidak pernah mau tahu perjuangan seorang wanita untuk bertemu kekasihnya. Kau kan cumi penyendiri." katanya layaknya bulu ketiak yang tak pernah berhenti memanjang tiap harinya.

Setelah cukup yakin ia sudah menuntaskan semua celotehannya, aku akhirnya membuka mulutku. "Geundae...."

Lagi-lagi ia melanjutkan, "Jangan kira aku semiskin itu, ya. Aku memang mantan polisi tapi aku masih mampu untuk naik taksi. Jika perlu, saya juga bisa menyetir sendiri karena saya sudah mahir menjadi supir taksi, anda ingat? Jadi─"

"Jadi, lebih baik kita menggunakan itu saja!" sambungku sambil menunjuk ke arah objek perkataanku.

Mata gadis itu segera mengikuti arah telunjukku dan....

"YA! KAU GILA! BAGAIMANA BISA AKU MENAIKI MOTOR BESAR ITU DENGAN ROK SEPERTI INI!", Begitulah kira-kira teriakannya jika dirangkum dan diperhalus olehku.

"Benar, kurasa aku sudah gila," Untuk mengistirahatkan ototku yang berharga, aku menekukan kakiku dan berjongkok di bawah. "Biar kuceritakan kau sebuah kisah."

Aku menarik napasku dan membuka ceritanya. "Jadi, aku mempunyai seorang teman"

"Sejak dulu ia sangat malas berjalan dan mengendarai apapun seorang diri." tambahku sambil menggaruk-garuk kepalaku. "Ia lebih memilih menggunakan kendaraan umum, terutama taksi. Karena bus itu sumpek dan ramai dengan orang, temanku tidak suka itu."

Aku menelan tegukku sebelum melanjutkan, "Lalu suatu hari, temanku ini naik taksi dan ternyata...,"

"Ternyata?" Entah sejak kapan Kyungra sudah berlutut di depanku.

Boy Meets EvilWhere stories live. Discover now