Romeo dan Juliet

41 1 0
                                    

Ini tentang awal dari seorang wanita yang begitu gigih demi mendapatkan sebuah masa depan yang indah. Hanya saja, dia terlalu fokus menatap apa yang didepannya. Namun, dia kadang lupa dengan apa yang disekelilingnya. Hingga suatu saat, sebuah kisah 3 detik itu mengubah seluruh hidupnya menjadi lebih rumit. Kisah itu membawanya pada sebuah perjuangan cinta dan cita-citanya.

-------

Matahari mulai menyingsingkan sinarnya yang membawa kehangatan dan membuka sebuah lembar baru dengan semangat yang baru pula. Tak ada yang bisa menghakimi jika matahari akan menghilang di sore hari. Karena ketika dia menghilang di sore hari, dia meninggalkan senja yang begitu indah hingga perpisahan itu tak terlalu berarti. Bagaimanapun juga dia akan tetap kembali dan memberikan semangat yang baru lagi. Tentunya, atas izin dari Tuhan. 

Sudah tiga tahun berlalu, aku kembali  mengulang memori di masa lalu sembari menikmati  sebotol green tea yang menyegarkan. Sama seperti sang mentari yang menghilang lalu muncul kembali. Namun sedikit perbedaan, karena tak ada tanda perpisahan yang ditinggalkan olehnya. Semuanya berubah begitu saja. Senyuman itu masih terukir tapi kebencian yang ada tak bisa disembunyikan. Harusnya saat itu aku tidak egois sehingga semuanya akan tetap baik-baik saja. Tapi semuanya sudah terjadi dan tak bisa diulang lagi.

-----

"Azza, kamu tahu? Hubungan mereka tidak berjalan dengan lancar. Kamu punya kesempatan untuk bersama dengan Reyo." Kata Nala yang mencoba meyakinkanku.

Nala adalah sahabatku yang memperkenalkan aku dengan Reyo. Reyo merupakan kakak kelasku di SMA. Aku mengenal Reyo tetapi Reyo tidak mengenalku. Bisa dibilang bahwa aku adalah penggemar rahasia Reyo. Namun, keberadaanku ternyata mulai disadari oleh Reyo dan Qila.  Keberadaanku mebuat hubungan Reyo dan Qila menjadi semakin jauh. Bahkan, seluruh sekolah menyadari bahwa hubungan Reyo dan Qila tidak dalam kondisi yang baik. Meskipun begitu, tidak ada yang tahu persis alasan hubungan mereka menjadi berantakan kecuali aku, Nala, dan sahabatnya Reyo.

"Nala. Hubungan mereka tidak berjalan dengan baik karena adanya aku. Jika waktu itu aku tidak nekad mungkin semuanya tetep baik-baik aja", Kataku sambil mengerutkan dahi.

"Tapi bukan sepenuhnya salah kamu. Ini tentang pilihan Azza. Reyo menyadari keberadaanmu dan harusnya kamu menerimanya." Kata Nala yang sekali lagi mencoba meyakinkanku.

"Aku tahu itu tapi aku tidak bisa bahagia dengan menyakiti wanita lain. Aku tidak bisa membuat Reyo menjadi seorang lelaki jahat".

"Intinya, aku tidak mau terlibat apapun tentang mereka lagi. Nala." imbuhku sembari keluar dari kamar Nala.

-----

"Azza..." Nala melambaikan tangannya dan menghampiriku yang duduk di sebuah bangku panjang di Taman Kota.

"Apa kabar?" seru Nala yang langsung memelukku.

"Sama seperti sebelumnya." Kataku sembari tersenyum.

"Gimana Reyo?" ledek Nala dengan menyenggol lenganku.

"Nala. Udah tiga tahun sejak aku mutusin tidak mau berhubungan lagi sama dia." jawabku sambil tersenyum kecil.

"Tidak sepenuhnya tiga tahun yaa. Kamu tidak ingat?  Setahun yang lalu setelah Reyo lulus kan ketemu sama kamu." Kata Nala yang mencoba memancing sesuatu dariku.

"Yaa..." 

"Yaaa? Azza, aku penasaran sebenarnya apa sih yang terjadi sama kalian?" Tanya Nala penasaran.

"Kalian ketemu lagi dan hubungan kalian bahkan berjalan dengan baik. Terus? Apa masalahnya?" imbuh Nala.

"Nala, apa yang terjadi kalau Romeo dan Juliet sama-sama masih hidup?" Tanyaku pada Nala

"Are you kidding? Oke, kisah mereka bahkan tragis." 

"Itu pilihan mereka. Mereka terlalu memasakkan sebuah takdir".

"Gimana kalau itu memang takdir mereka?" Tanya Nala.

"Maka sampai akhir mereka juga tidak akan bersama."

Nala mengerutkan dahinya dan masih belum mengerti atas jawaban yang aku berikan. Aku menatapnya dengan senyuman kecil dan dia semakin bingung.

"Kapan kamu balik ke Malang? Tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan

"Minggu depan. Kamu kapan balik ke Semarang?"

"Lusa. ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Jadi aku kembali lebih cepat."

*Handphone bergetar

Aku meraih ponselku yang ada di dalam tas yang berada di pangkuanku. Waktu sejenak terasa berhenti saat aku melihat layar hp-ku.

"Dari siapa?" Tanya Nala.

"Reyo." jawabku singkat.

"Hallo." Jawabku dengan nada datar.

"Azza, kamu di Surabaya?"

"Yaa, I'm here. Why?"

"Syukurlah. Kamu dimana? Aku sekarang dalam perjalanan mau ke rumah."

"Aku di Taman Kota sama Nala."

"Oh okay, aku kesana yaa".

"Tidak usah. Aku mau pulang sama Nala. Kamu hati-hati yaa" 

Aku menutup telpon dan melihat wajah Nala dengan raut wajah yang begitu penasaran.

"Azza..." seru Nala menggodaku.

Aku meresponnya dengan mengangkat kedua alisku.

"Kalian udah bersama?" Tanya Nala sambil berbisik.

"Sekalipun Romeo dan Juliet berada dalam satu takdir, mereka tidak akan pernah bisa bersama Nala." Jawabku

"Ayo pulang." Ajakku

"Yahhh, cerita dulu." gerutu si Nala

Aku dan Nala berlalu pergi meninggalkan Taman Kota. Sang mentari juga mulai meninggalkan langit dengan warna jingganya yang khas menghiasi langit.

---------

Satu tahun lalu di bulan Januari di Sebuah Cafe

"Azza, setelah lulus, kamu mau lanjut kuliah dimana?" 

"Aku akan ke Semarang."

"Kok jauh?"

"Supaya aku nemuin kisah baru lainnya."

"Azza, janji satu hal. Jangan pernah menunggu seseorang seperti aku. Kamu berhak mendapat yang lebih baik."

"Entahlah, kalau aku berjanji mungkin aku akan mengingkarinya." 

Skenario Sang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang