“Hei, apa yang terjadi?” Jimin memajukan tubuh ke meja untuk mencari jawaban pada Yuta, di sebelahnya Seungcheol ikut melakukan hal yang sama.

“Kalian belum tahu, ya?” kata Yuta. “Jungkook kemarin menyita ponsel Taehyung dan mengganti dengan yang baru. Sepertinya dia tidak suka Taehyung menelepon orang lain selain dia.”

“Jadi ponsel yang kemarin itu bukan hadiah? Ada tuntutan di baliknya?” tanya Jimin.

Seungcheol pun ikut-ikutan berpendapat, “Gila. Dia benar-benar posesif. Sebegitu cemburunya dia? Hei, Kim Taehyung, memangnya kau habis melakukan apa?”

Taehyung menelan makanan bulat-bulat, lalu meninggikan suaranya, “Aku melakukan apa?” Pemuda tersebut tersinggung karena pikirnya, yang salah itu Jeon Jungkook.

“Apa ku bilang.” Mendadak Jimin bangkit dan maju menggapai Taehyung. Tangannya menangkup di kedua sisi wajah itu, sementara dirinya mencondongkan tubuh begitu dekat. “Dia cemburu, kan? Lihat ini, Tae—lihat! Dia cemburu berat padamu, Tae! Cemburu!”

“Lalu kenapa jika Jungkook cemburu?” Yuta menimpali dan langsung dibalas oleh Seungcheol.

“Bukan masalah cemburu, tapi posesifnya itu berlebihan.”

Jimin menoleh sekilas pada dua teman di sampingnya, yang dua-duanya sama saja, mereka tidak tahu apa-apa. Namun saat dia kembali menatap Taehyung, tahu-tahu pemuda itu menyuarakan pendapat.

“Kalian tidak tahu apa-apa,” kata Taehyung memutar mata, lalu mendecih. “Apanya yang cemburu? Dia sendiri menempel-nempel dengan anak-anak perempuan.”

“Sekarang kau yang cemburu?” Jimin ganti memelototi Taehyung.

Sontak Taehyung turut melakukan hal yang sama. “Siapa yang kau bilang cemburu? Aku? Jangan gila!” sewotnya.

“Lihat, kan?” kata Jimin. “Kau jadi seperti Jeon Jungkook, Tae.”

“Apa—? Tidak!” Taehyung menyangkal seraya menepis tangan Jimin dari pipinya, lalu beringsut mundur perlahan.

“Astaga, jadi kalian bertengkar gara-gara cemburu? Kalian ini anak SMP, ya?” ujar Seungcheol.

Taehyung berdiri sambil menegaskan, “Kubilang tidak!” Lantas anak laki-laki berambut merah tersebut bergegas pergi dari kantin seusai melempar bungkusan bekas camilan sembarangan.

Jimin di tempatnya pun mengusap kening dan mengeluh, “Anak itu benar-benar.”

Seungcheol lanjut menyambung, “Seperti anak perempuan yang sedang cemburu buta.”

“Dia itu mudah sekali terpengaruh, tapi kenapa tidak pernah mendengarkan omongan yang baik-baik?”

“Kau bicara seperti menuduhnya ini itu, mana mau dia mendengar ocehanmu,” sahut Seungcheol.

Jimin menoleh dan menatap Seungcheol sangsi, “Memangnya aku begitu, ya?”

Dan Seungcheol membuang muka. “Aduh, kau tidak sadar, ya? Mulutmu itu cerewetnya minta ampun.”

Sementara itu Yuta malah sedang celingukan seorang diri. “Hei, kalian tahu mana Choco Pie-ku?”

. . .

“Hah, lihat itu!” Taehyung sedang di depan jendela koridor. Tatapannya lurus menembus kaca dan memotret pemandangan di lobi gedung sebelah sejak beberapa puluh menit lalu.

Di bawah sana ada Jeon Jungkook dan Jung Soojung, berduaan membaca buku, mungkin belajar—kegiatan yang kemarin-kemarin cuma Jungkook lakukan bersama Taehyung. Sebetulnya, Taehyung tidak mau peduli—atau, paling tidak, itulah yang diinginkannya serta yang selalu dia katakan pada diri sendiri.

Unlimited | BTS KookV [COMPLETE]Where stories live. Discover now