4

3K 115 8
                                    

Sammy menegakkan punggung, tak lagi bersandar di kepala ranjang. Ia terkejut dengan apa yang dikatakan Laras. Kecurigaannya terbukti benar. Kakak sepupunya itu memiliki niat jahat dan sialnya ia yang diminta untuk menjalankan niat tersebut.

"Apa? Mbak mau jadiin aku alat buat balas dendam ke Arya?"

Laras menjentikkan kedua jari sementara seringai jahat menghiasi paras ayu khas Indonesia-nya. "Excactly!"

"Aku nggak mau, Mbak." Sammy tak ingin bermain-main pada perasaan seseorang, apalagi dengan niat untuk balas dendam. "Kalo mau balas dendam, jangan bawa-bawa aku," tambahnya dengan menunjukkan wajah masam.

"Oh, come on, Sam." Kedua tangan Laras menyentuh kedua pundak Sammy. "Katanya kamu sayang dan kasihan sama Mbak? Lagian Mbak minta bantuan kamu karena kamu seorang aktris, kamu pandai berakting. Jadi kamu pasti bisa menjalankan rencana ini dengan sangat baik. Anggap aja kamu lagi main sinetron, oke?"

Laras menatap Sammy dengan tatapan memohon. Ini merupakan waktu yang tepat untuk membalas apa yang telah dilakukan lelaki itu pada hati dan perasaannya. Sungguh ia ingin si Voldemort itu merasakan apa yang dulu pernah ia rasakan. Hati hancur berantakan disertai rasa sakit yang teramat sangat.

"Nggak oke," tegas Sammy sambil menyingkirkan tangan Laras dari pundaknya, lantas turun dari ranjang kemudian berjalan ke arah jendela. Di sana ia berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada sementara matanya menatap langit biru luas membentang yang menaungi padatnya kota Jakarta dengan gedung-gedung menjulang tinggi dan lalu lalang kendaraan.

"Kenapa kamu nggak mau, Sam? 'Kan, Mbak udah bilang, anggap aja kamu lagi main sinetron," ujar Laras yang sudah berdiri di hadapan Sammy. Ditatapnya lekat mata hijau kecoklatan milik perempuan itu.

"Di dunia nyata aku nggak bisa bersandiwara, apalagi sampai melibatkan perasaan," jawab Sammy yang beradu pandang dengan Laras. "Maaf, aku nggak bisa bantu Mbak buat balas dendam ke dia," lanjutnya seraya menggeleng.

Di depan kamera Sammy memang lihai memainkan peran yang diarahkan oleh sutradara, bahkan bisa dengan sangat baik menjaga perasaan terhadap lawan mainnya sehingga tidak terjadi cinta lokasi. Namun tidak demikian jika di dunia nyata, ia tidak ingin bersandiwara dengan melakoni peran apapun. Ia hanya ingin menjalani kehidupan nyatanya dengan menjadi dirinya sendiri.

"Sam, Mbak mohon, sekali ini aja." Laras mengatupkan kedua tangan di hadapan Sammy dan tak lupa memasang tampang memelas.

"Big no! Sekali enggak, ya tetap enggak!" Sammy mengutip perkataan Laras saat menolak ajakannya untuk berlibur ke Inggris.

"Tega banget sih, kamu. Nggak mau nolongin Mbak-mu yang malang ini." Laras tetap mempertahankan wajah memelasnya untuk menggugah hati Sammy. "Kamu tau 'kan, Mbak belum nikah sampai sekarang gara-gara dia. Dia itu bukan cuma ngancurin hati Mbak, tapi juga udah ngancurin kehidupan Mbak. Harusnya sekarang Mbak udah hidup bahagia sama Mas Dani sebagai sepasang istri dan suami tapi apa yang terjadi? Si brengsek itu datang dan berhasil ngerebut hati Mbak, terus pas Mbak udah mutusin Mas Dani demi milih dia ... dia malah mutusin Mbak demi perempuan lain."

Tak terasa satu per satu bulir air mata jatuh membasahi pipi Laras. Setiap mengingat atau mengungkit kenangan buruk di musim dingin beberapa tahun lalu itu, ia tak kuasa untuk menahan tangis. Kenangan itu tak hanya menimbulkan nyeri di hati tapi juga sesal yang mendalam. Bagaimana tidak, ia telah meninggalkan laki-laki yang amat baik dan sangat mencintainya seperti Dani.

Air mata Laras semakin deras kala mengingat lelaki yang berprofesi sebagai pilot itu memohon padanya agar tak memutuskan tali pertunangan. Namun ia yang sedang dibutakan cinta si Cassanova tetap pada pilihannya yaitu putus.

Dendam Sang Mantan  Kde žijí příběhy. Začni objevovat