21: Tears

46.1K 2.9K 185
                                    

"Ayo kita bercerai."

Siapa yang menginginkan sebuah perpisahan? Bahkan penjahat sekalipun akan menangis jika harus berpisah dengan seseorang yang dicintainya,lalu aku? Apa aku lebih buruk dari penjahat?

Taehyung menatap wajahku,manik cokelatnya bergerak kesana kemari mencari sebuah kejanggalan pada diriku ini.

Taehyung tersenyum kotak, memperlihatkan semua giginya."Yak cukup untuk leluconmu nona,itu tidak lucu,leluconmu menyakiti hatiku aishh..." Taehyung berlagak kesakitan dengan tangannya yang meremas dadanya.

Aku memegangi tangannya,ekspresi Taehyung mulai berubah dan senyum kotaknya kini hilang.

"Tae,kau harus belajar untuk membedakan mana lelucon dan serius"

Demi Tuhan,tanganku terus bergetar dan mulai dingin,memandang wajahnya yang menunjukkan mimik kosong itu membuat hati ini terhantam sesuatu.

Taehyung melepaskan tanganku,ia membenarkan posisi duduknya,menatap kedepan menerka deburan ombak yang menggulung.

Ia hanya diam,memainkan lidah didalam mulutnya.

"Tae..."

"Apa ada alasan yang masuk akal agar aku bisa mengerti sepenuhnya? Jika ada tolong jelaskan sejelas mungkin,mungkin butuh beberapa menit untuk aku mencerna semuanya." ujarnya tanpa melihatku.

Aku menelan ludahku susah payah."Tidak ada." jawabku tanpa berpikir panjang,ini adalah alasan terbodoh,benarkan?

"Apa itu sebuah alasan? Sudah kubilang,alasan yang masuk akal." ujarnya. Oke kali ini Taehyung siap menghantamku.

"Kau terlalu baik untukku."

Bodoh memang.

"Apa aku harus jahat agar kau bisa bertahan denganku? Atau aku harus menjadi seorang psikopat?" ucapnya,kini ia menatapku dengan wajah yang memerah.

Aku menunduk,merasa dihakimi? Tentu! Tapi aku pantas menerima semuanya.

Bahkan jika sampai Taehyung mencekikku hingga mati disini,kurasa aku pantas mendapatkannya.

"Kau bilang aku bisa bercerai denganmu kapan saja" ujarku dengan nada yang bergetar,entah otakku sudah tidak bisa berfikir lagi.

"Setelah kau memberikanku sebuah harapan besar? Begitu? Setelah kau berjanji padaku bahwa kau tidak akan meninggalkanku satu langkahpun,apa itu hanya sebuah omong kosong??" Taehyung menatapku tajam.

Tatapan itu membuat air mataku kembali menetes,deras,tak terbendung lagi. Aku menutup wajahku dengan tangan dan aku menangis sampai dadaku terasa sangat sesak.

Kudengar dering ponsel Taehyung berbunyi,ia menjawab panggilan itu.

"Oh iya Ibu,... Ah iya aku segera kesana... Iya aku akan membawa Yeo Jin juga...pip"

"Kita bahas ini nanti,Ibu ingin bertemu dengan kita." ujar Taehyung lalu menyalakan mesin mobilnya.

Disepanjang perjalanan Taehyung sama sekali tidak berbicara bahkan tidak melirikku sama sekali,ia hanya fokus berkendara dan matanya menatap lurus kedepan.

Marah? Pasti.

Sudah pasti dia marah atas apa yang aku lakukan padanya,janji yang seharusnya aku tepati kini harus aku khianati demi hidup Taehyung.

Ya demi hidupnya yang harus lebih baik dari yang sekarang.

Aku harap Taehyung akan mengerti suatu saat nanti.

Dan jika dipertemukan kembali,aku harap dia sudah melupakan Hwang Yeo Jin,walaupun mungkin hati ini masih tetap memilihnya.

Lamunanku terbuyar saat Taehyung mematikan mesin mobil di halaman rumah orang tuanya yang bak istana,Taehyung keluar dari mobil beberapa orang membungkukkan badan memberi hormat.

My Perfect Husband - Part One [COMPLETED] [PROSES EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang