"Kau tidak tau Demian, mereka lebih menakutkan dari para ksatria yang lainnya. Aku takut dan aku tidak yakin mampu menghadapi Czar. Kurasa ia lebih kejam, apa yang bisa dilakukan oleh anak berumur 17 seperti kami?" Lirih Sinb dengan air mata yang sudah jatuh, terlihat sekali gadis ini mengalami trauma dan merasa frustasi dalam bersamaan.

Demian menghela nafas, menyadari kebenaran dalam ucapan Sinb. Ia hampir saja lupa kalau gadis dihadapannya ini masih terbilang mudah tapi ia sudah diberi tanggung jawab begitu berat. Bahkan dengan tanggung jawab itu pun bisa saja membuat kehilangan nyawanya.

Siapapun tidak akan bisa menebak apa yang akan terjadi? Bahkan jika rencana ini mereka buat dengan matang. Akan selalu ada kemungkinan terburuk untuk segala tindakan.

Dari awal Demian sudah menyadari ini tidak akan mudah, apa lagi bagi ketiga gadis itu. Mereka tak memiliki pengalaman bertarung dan terbiasa dengan Planet ini, jadi sebesar apapun kekuatan yang ketiga gadis itu miliki tidak mampu menjamin bahwa kemungkinan besar mereka bisa menang melawan Czar.

Demian mendesah, sebelum akhirnya memeluk gadis mungil ini lagi. "Kau harus kuat dan hilangkan semua pikiran itu. Kami akan menjaga kalian sebisa kami." Sinb membiarkan Demian memeluknya dan menangis begitu saja.

Sementara Denta dan Aaron melihat itu semua. Mereka berdua menghela nafas.

"Denta...Kau yakin mereka tidak akan mampu menembus jebakanmu?" Aaron mulai terlihat khwatir. Jujur selama ia mengenal Demian, Aaron tidak pernah melihat Demian sekhawatir itu dan juga ia tidak pernah melihat Sinb seketakutan itu.

"Aku tidak tau, tapi aku sudah menyiapkan segalanya. Sebelum mereka menghancurkan semuanyanya, aku sudah menyuruh semua penduduk berlindung dibawah tanah dan kita sepertinya juga harus menyusul yang lain ke Baracky." Terang Denta membuat Aaron menganga.

"Kenapa kau tak mengatakannya sejak tadi?" Kesal Aaron yang kini melangkah masuk, membuat Demian dan Sinb nampak terkejut.

"Apa?" Tanya Demian yang seketika membuat Sinb melepaskan dirinya dari pelukan Demian.

"Kita pergi sekarang!" Kata Aaron.

"Lewat ruang bawah tanah." Sambung Denta.

"Baiklah, ayo bergegas!" Demian bangkit.

"Ayo kita persiapan kendaraannya." Denta mengajak Aaron.

Demian masih menunggu Sinb yang lemah untuk berdiri.

"Aku akan menggendongmu. Naiklah kepundakku!" Pintanya dan Sinb menggeleng.

"Tidak ada waktu lagi Reika! Bukankah kau tak ingin mereka mengejar kita?" Sinb mengangguk. "Maka dari itu, turuti perkataanku!" Kata Demian membuat Sinb mendesah dan terpaksa ia menurutinya.

Selain karena terlalu lama menunggu Sinb berjalan sendiri, Demian juga merasa tak tega sekaligus khawatir dengan kondisi Sinb. Sepertinya pergi dari sini lebih cepat dan segera bertemu dengan Sierra adalah pilih paling tepat. Setidaknya Sierra bisa memberikan sedikit energinya untuk Sinb dan membuat gadis ini lebih cepat pulih seperti biasanya.

---***---

---***---

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
THE WAR GALAXYWhere stories live. Discover now