BAB 1 - Hidup Baru

556 44 6
                                    

BAB 1 - Hidup Baru

***

4 tahun telah berlalu....

Yang Lyla takut adalah jika dia terus bergantung kepada keluarganya. Ia ingin terlepas dari semuanya. Benar-benar merasakan ikhlas dan pergi menjauh.

Seperti magnet dengan dua kutub yang berbeda, dirinya tetap saja terikat, walau berusaha pergi.

"Umi," panggil Lyla. Rasa penat menghampirinya. Rasanya ia ingin tidur dengan waktu yang lama. Tapi dia tetap harus bertanggung jawab dengan kewajibannya di sini.

Merasa tidak ada sahutan dari wanita yang dipanggilnya tadi, Lyla beranjak dari ruang tamu.

"Mal, umi ke mana?" tanya Lyla pada Kumala, salah satu penghuni panti asuhan Firdaus tempat Lyla bersembunyi.

"Nggak tau, Lyl. Kayaknya ke pasar. Kenapa?" tanya Kumala. Selama empat tahun bersama tinggal di panti asuhan, Lyla terkenal akrab dengan penghuni panti. Terutama pada Nadia dan Kumala, sahabatnya di panti. Tak jarang mereka menjadi tempat curhat Lyla tentang keluarganya.

"Nggak pa-pa, sepi aja pantinya. Biasanya rame banget di sini, tapi sekarang udah sepi."

"Iyalah! Anak-anak kan pada sekolah. Kamu kangen sama Rasta, ya?" goda Kumala. Hobinya adalah menggoda Lyla dan membully Nadia.

"Kangeeeeen banget tau gak. Hmm, Nadia pergi sama umi juga, ya?" tebak Lyla.

"Iya, tu anak kan emang nggak bisa diam. Ada aja kelakuannya kayak ular keket, diam sedikit mana pernah. Hobinya jalan ke sana ke mari, mungkin dia kalau bisa gelinding, bakalan gelinding deh, percaya sama aku," cerocos Kumala. Tuh, kan, benar? Kumala hobi sekali membully Nadia. Mungkin kalau ada Nadia di sini, mereka bakalan adu mulut. Bahaya!

"Kamu juga, Mal. Kalau ngomong ceplas-ceplos kayak Nadia. sebelas dua belas deh kalian berdua, tuh!"

"Yeee, aslinya emang gini. Nggak usah jadi orang lain. Kata Nadia, jadi orang lain itu susah, musti belajar dulu, nggak alamiah," cerocos Kumala lagi. Sangat antusias jika adu argumen dengan Kumala. Apalagi lawan adunya persis Nadia, dijamin Lyla nggak bakal betah harus melihat mereka beradu. Lama soalnya.

"Nadia panutanmu, ya? Waaah." Lyla menambahkan.

"Enggak! Aku dong yang jadi panutan Nadia, buktinya dia selalu sama kayak aku. Iya, kan?!"

"ENAK AJA TELOR CICAK! PANUTAN DARI INDIA!!" Tiba-tiba suara Nadia menginterupsi percakapan dua gadis itu. Barang belanjaan yang dibawa Nadia langsung ia letakkan di atas meja, dan berjalan sama berkacak pinggang menuju Kumala.

"Muncuk juga ini tanduk kebo! Dari mana aja?" cerocos Kumala.

Sementara Lyla langsung menghampiri Umi Lidia yang menyusul di belakang Nadia. Lyla mengambil plastik belanjaan yang dibawa oleh umi.

"Kalian pada ngapain, sih? Pagi-pagi udah ribut aja. Mending bantuin umi masak buat adik kalian nanti. Biar pas pulang sekolah bisa langsung makan siang," ujar umi Lidia. Memang, tak jarang umi Lidia menyaksikan pertengkaran antara Nadia dan Kumala. Tapi, sejujurnya mereka hanya bercanda. Mereka tidak pernah bertengkar hebat, hanya beda pendapat saja terkadang.

Umi Lidia bersyukur dengan kehadiran Lyla, Nadia dan Kumala di panti asuhan Firdaus. Mereka bertiga telah membantu umi Lidia dalam mengelola panti asuhan.

"Biasa, Umi. Kumala sama Nadia kan emang nggak pernah akur kalau bareng. Selalu aja bertengkar," jawab Lyla.

"Ckck, kalian. Sudah-sudah, kita ke dapur aja," tanggap umi Lidia. Sementara Lyla hanya tertawa saja menyaksikan Kumala dan Nadia yang tidak adu argumeb akibat dicegah oleh  umi Lidia.

My Lovelyla Season 2Where stories live. Discover now