Obrolan-Obrolan Kecil

13 0 0
                                    

 Hari ini dapat dikatakan kita hanya dikasih jadwal dan pembagian pejabat-pejabat kelas, lagi gue hanya sebagai anggota. Hari ini semua berjalan lancar seperti biasa. Walaupun hari ini semua menjadi baru bagi mat ague tapi hari ini tetep jadi hari seperti biasa-biasanya bagi kehidupan gue. Gue lihat Fika dianter Adri pulang jalan kaki hari ini, gue tetep jalan sendiri. Gue lihat Fika ketawa bareng Adri, gue tetep ngalamun sendiri. Tapi hari ini gue lihat Fika kembali ceria seperti dulu setelah obrolan kita tadi di kelas. Hari ini juga Fika milih tempat duduk tepat di depan gue sama Beno.

Sebelumnya Beno berisik karena ngeliat gue pake kacamata.

"Widiihh kacamata baru nih sini injek dulu matanya," ucap Beno sambil ngambil kacamata gue bergaya mengechek itu kacamata dari planet saiyan bukan. "Lo minus ya Is? Minus berapa?".

"Iye, minus 1 yang kanan ama yang kiri 0,5,"

Beno tiba-tiba natap dalem mata gue seperti heran dan ia berkata, "Mata lo jereng ya kok kanan kiri beda minusnya?"

"Engga gitu kecoa klasik," ucap gue heran sama Beno. "Minus itu kabur kalo ngeliat jauh, ga ngaruh sama mata jereng, biasanya kanan sama kiri beda, kan gue udah check ke dokter, sini kacamatanya mau gue pake"

Gue ambil kacamatanya dan memakainya.

"Kebanyakan nonton tv sih," tiba-tiba suara datang dari depan. Fika ikut campur dalam perbicangan kami. Gue sama Beno cuman liat-liatan doang, Gue pun ga tahu harus gimana dan gue pun masih kaget dengan suara Fika.

"Kok lo tau sih Fik?" tanya Beno dengan langsung menggedor Fika.

Dengan berbalik badan Fika ngeliat gue yang masih diam kaget. Sambil ngeliat mata gue Fika ngomong, "Iyalah, kan kata Rais sendiri pas kemarin-kemarin sms-an sama gue,"

Sumpah sekarang gue yang jadi bingung. Gue coba bersikap jadi sok, gue ngelihat Fika dan jadi ada kebencian sedikit di dalamnya. Maka dengan santai gue jawab.

"Oh kemarin itu hp gue dibawa sama anak-anak kompleks, terus mereka tuh tanya 'Ini nomernya Fika yang rumahnya seberang rel itu bukan?' gue jawab 'Iya,' katanya salah satu dari mereka ada yang kenal sama lo," kata gue dengan penuh kebohongan.

Fika tertegun dengan jawaban gue tadi dan langsung berbalik lagi ke posisi semula. Tapi badanya masih menempel tegak ke kursinya. Gue coba membenarkan kacamata yang gue pakai.

"Tapi makasih ya kemarin pulsanya Is," Fika mengatakannya dengan sikap badan menempel pada kursi tanpa menoleh ke gue sedikitpun.

"Bukan gue lagi yang ngirimin pulsa Fik," ucap gue dengan memajukan badan gue.

Tiba-tiba Fika noleh lagi cuman buat ngelihat mata gue dan satu benda di atas meja yaitu hardcase kacamata gue.

"Optik Ruhas," ucap Fika sambil ketawa kecil.

Gue bales dengan ketawa kecil juga.

Hari ini sepenuhnya berjalan seperti biasa.Walaupun hari ini terasa baru bagi temen-temen gue, tapi tetep hari ini samaseperti hari-hari lalu buat gue.     

Fika 2 - Intimidasi & Kegoblokan "Kenapa penyesalan ini selamanya?"Where stories live. Discover now