Bukan tak sadar siuasi. Zhang tahu benar jika mata pisau gadis yang pernah menjadi anak buahnya beberapa tahun lalu, tidak akan tertancap di tubuhnya. Setidaknya untuk saat ini.

Sebuah serangan cepat dan tak terduga menegejutkan Camilla untuk sesaat. Dirinya lupa sama sekali jika ada kucing liar yang beberapa waktu lalu telah membagi tuna miliknya tanpa diminta. Memang dari tadi fokusnya hanya tertuju pada Zhang.

Pistol di tangan Shai meletuskan beberapa tembakan yang ia arahkan kepada Camilla. Cepat dan terlatih. Gadis yang menjadi incaran senjata api itu berlari ke samping, berguling dan berlindung di balik meja untuk menghindari muntahan peluru sang lawan.

Shai berdiri tegap di samping majikannya. Seulas senyum meremehkan tergurat di wajah tua tersebut. Tanpa komando pun mesin pembunuh ciptaannya dapat melindungi dirinya di saat yang tepat.

Perlahan, Camilla menegakan tubuhnya. Tak heran dengan kemuculan Shai yang datang secara tiba-tiba. Harus diakui jika Shai memang sedikit lebih cepat darinya. Ia adalah mutasi kedua yang berhasil hidup setelah dirinya.

"Aku bersungguh-sungguh ketika aku mengatakan kau tidak perlu tahu. Sungguh, aku ingin melindungimu walau kau menganggapku musuh Camilla," bujuk Zhang.

Fokusnya tertuju pada tabung-tabung berisi cairan merah dan biru. Ia mengambil salah satu tabung tersebut dan memperhatikan isi cairan di tangannya dengan seksama, kemudian menaruhnya kembali ke tempatnya semula.

"Hentikan omong kosongmu! Aku sama sekali tidak butuh perlindungan darimu!" sentak Camilla. Emosi yang menguap, membutakan logika Camilla untuk sesaat.

Hanya sedetik, niat membunuh Zhang kembali muncul di batinnya. Tak perduli ada Shai yang akan melindungi si tua itu! Dirinya akan melawan habis-habisan tanpa ampun.

"Kau mencintai pria itu? Sungguh?" Zhang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Netranya memandang Camilla sesaat, kemudian ia melanjutkan menatap kembali tabung-tabung miliknya.

Meski sikap tubuh Shai tampak waspada saat berdiri di samping Zhang, namun entah mengapa Camilla merasa jika wanita itu tidak akan menyerangnya.

"Sepertinya benar," Zhang menyeringai. Kebisuan Camilla tampak sebagai jawaban baginya. "Jika kau mengetahui semua tentang dia, kujamin kau akan membunuh dirimu sendiri!" lanjutnya.

"Apa maksudmu?" Sebaik mungkin Camilla berusaha untuk mengendalikan amarahnya. Ia berusahan mengendalikan nada suaranya, agar Zhang tidak makin beringkah.

Bukannya langsung menjawab Camilla, Zhang malah bersikap misterius. "Kembalilah padaku, maka aku akan memberitahukan orang yang harus kau bunuh!"

"Licik!" desis Camilla tajam. Suaranya pelan, karena memang bukan ditujukan kepada Zhang. Ia seolah ingin menegaskan kepada dirinya sendiri jika si tua Zhang tidak dapat dipercaya.

"Kalau memang harus ada yang kubunuh, maka kaulah satu-satunya orang itu!"

Kalimat Camilla barusan membuat Zhang langsung menatap manik hijau miliknya. Entah apa yang ada dipikiran orang tua itu. Ia malah kembali tersenyum lebar mendengar penuturan atau lebih tepatnya ancaman dari bibir Camilla.

"Aku sangat tersanjung ketika mendengarnya Nona!" ujarnya, "tapi kau salah! Empat orang yang kau bunuh kemarin, selain diriku, masih ada seorang lagi yang harus bertanggung jawab."

Zhang melangkahkan kakinya ke arah Camilla. "Kau tahu siapa orang yang harus kau bunuh! Tapi kau menyangkalnya. Mencoba mencari alasan mengatas namakan kepastian!" lanjutnya.

Pak tua yang dihormati oleh keluarga Blodwyn itu berdiri tak jauh dari Camilla, tapi masih pada jarak aman. Ia sadar, bagaimana pun, jika Camilla bersiap membunuhnya, hanya dengan satu gerakan cepat, dirinya sudah tidak akan bisa bernafas.

Gadis cantik berambut panjang itu terpaku beberapa saat. Pikirannya terbang jauh ke dunia lain, dunia penuh masalah yang tidak memiliki solusi. Rasa mual kembali menghantui dirinya ketika otaknya tidak bisa berpikir jernih seperti saat ini.

"Aku akan memaafkan pengkhianatanmu. Kembalilah kepadaku! Kau tahu ... susah sekali menciptakan manusia baru seperti kalian. Mereka semua berubah menjadi bangkai sebelum dapat bermutasi."

"Dalam mimpimu! Aku tidak sudi kembali menjadi senjata pembunuh seperti dulu!" tolak Camilla mentah-mentah.

Diputuskannya untuk mundur. Camilla tidak akan membuh Zhang, setidaknya untuk malam ini. Bukan karena takut dengan kehadiran Shai, tapi gadis itu membutuhkan waktu untuk berpikir.

Kalimat Zhang yang seolah memberinya pembenaran atas pemikirannya, namun juga seolah menjebak dengan mempermainkan logikannya. Pria tua itu benar-benar tahu cara untuk membuat seseorang membenci.

Sudah ia duga jika tak semudah itu untuk membuat mulut Zhang 'berbicara'. Camilla berbalik, berjalan menuju jendela di lantai 20, kemudian melemparkan tubuhnya keluar.

Hanya dalam sekejap mata, gadis jelita itu menghilang bersama dengan dinginnya kegelapan malam.

Tangan yang memiliki banyak kerut itu kembali melanjutkan aktivitasnya bersama tabung-tabung di laboratorium, seolah tidak ada apa-apa. Sementara Shai, kembali berjaga di luar dengan raut wajah datar miliknya seperti biasa.

◆◇◆◇◆

Ditunggu vote dan comment nya :)

FB : Melinda Yang
IG : melindayang94
Cek link di bio aku yaa
MelindaYang69
Yuk berteman!

Cek cerita aku lainnya juga
Siapa tahu suka
Horror, Teen, Romance!

Love

Melinda

13 Mei 2018

NastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang