PART 18

32.2K 1.4K 42
                                    

Happy Reading
Typo bertebaran~

Bau hujan selalu dapat menenangkan batinnya. Ia tak menyukai hujan, namun sangat menyukai aromanya. Memandangi tetesan air hujan yang mengalir dari luar jendela sembari menyesap teh hijau di malam hari adalah kegiatan yang paling disukai oleh Camilla.

Pikiran dan batinnya tidak mendapat titik temu yang sama. Keduanya saling bertolak belakang. Meski berulang kali memikirkannya, gadis jelita itu belum juga mendapat jawaban. Clyde, Rob, dan Zhang. Cinta dan balas dendam.

Haruskah dirinya berhenti menyelidiki tentang Rob dan membiarkannya meski terbukti benar ia terlibat dalam kehancuran hidupnya di masa lalu? Mengatas namakan cinta untuk melupakan sumpahnya sendiri?!

Ataukah ia harus tetap melaju pada jalur yang sudah dibuatnya? Tidak memperdulikan jeritan hatinya agar otaknya terus terpatri pada logika yang ia tanam kuat. Membenarkan semua cara dengan menghabisi satu per satu musuh yang telah ia tandai.

Zhang. Kembali nama itu terlintas di benaknya. Setelah hampir tiga jam berkutat dengan pikirannya sendiri, jawabannya memang hanyalah Zhang.

Pria tua itu adalah otak di balik kesengsaraan yang ia alami. Tanpa mau berpikir terlalu lama lagi, Camilla mengganti pakaiannya dan bergegas membelah malam untuk menemui Zhang.

Misinya harus dituntaskan!

◆◇◆

Ruangan serba putih yang dimasuki Camilla, tak memiliki terlalu banyak perabotan. Hanya sebuah sofa panjang dengan meja kaca di salah satu sudutnya. Didominasi oleh puluhan tabung reaksi berjajar rapi di atas meja. Tabung-tabung tersebut memiliki cairan dengan warna yang berbeda.

Zhang sibuk melihat sesuatu dari kaca mikroskop di tengah ruangan, tanpa menyadari adanya penyusup di dalam kediamannya. Dengan langkah pelan tapi pasti, Camilla menghampiri Zhang yang masih tampak serius dengan 'mainan' miliknya.

"Welcome home my sweety Cam," sambut Zhang dengan suara lantang. Ia membalikan badan menyambut tamu yang tidak diundangnya tiba-tiba.

Jarak mereka hanya terpaut tiga langkah. Camilla berdiri tepat di depan hidung Zhang berhadapan. Ia tak menimbulkan suara sedikit pun, tapi Pria tua yang mati-matian ia benci ternyata menyadari keberadaannya.

"Bagaimana kau tahu? Kau bahkan tak melihatku!" hardik Camilla.

"Tidak mungkin aku tak mengenali ciptaanku bukan?" sahut Zhang dengan seulas senyum di sudut bibirnya.

Gadis cantik itu berdecih. Muak mendengar kalimat yang terlontar dari mulut pria tua yang terobsesi dengan kekuatan tanpa batas.

"Aku akan langsung bertanya tanpa berbasa-basi," Camilla menekankan setiap katanya agar Zhang tahu jika dirinya tak suka berada di tempat yang ia sebut laboratorium ini berlama - lama. "Siapa saja yang terlibat pada hari itu?"

"Kau kan menyesal jika tahu," jawab Zhang.

Kalimat Zhang langsung membuat Camilla meradang. Dengan gerakan cepat, gadis itu berlari ke arah Zhang serta menghunuskan mata pisaunya. Camilla berdiri persis di belakang Zhang dengan pisau yang mengarah pada leher. Seolah siap menancapkan matanya kapan saja.

"Aku hanya butuh nama!" nada penuh ancaman dan intimidasi yang pasti akan membuat siapapun bergidik mendengarnya.

Namun tak sesuai harapan. Pria tua bernama Zhang memang tidak mudah ditaklukan. Ia malah terkekeh mendengar kalimat Camilla barusan. Tak perduli jika Camilla benar-benar bisa membunuhnya detik ini juga. Ia terlihat terlampau tenang untuk seseorang yang tengah diburu.

NastyOnde histórias criam vida. Descubra agora