Sihir penyembuh membuat luka-luka gores mereka semua perlahan menyempit dan menghilang.
Para penduduk pun takjub dengan sihir Angel. Gadis yang memeluk kaki Rucard pun tidak luput juga menerima cahaya penyembuh.

"Nah... Itu kereta kuda kalian sudah datang. Serahkan semuanya disini kepada kami." Angel tersenyum. Beberapa kereta kuda datang menjemput. Para penduduk pun beriringan naik.

Tersisa sepasang suami istri dan anak perempuan kecilnya terlihat bingung. Belum mau melangkah masuk ke kereta kuda.
"Ada apa?" Angel menghampiri mereka.

"Kami masih menunggu anak laki-laki kami.... Tadi pagi ketika kami tiba melihat Vahniir begini dia langsung pergi memanggil Mr. Hans..." Ucap Sang Ibu.

"Mr. Hans?" Tanya Rucard sambil mengikat kuda Angel di sebelah kudanya.

"Pemburu yang sering membantu Vahniir. Vahniir adalah kota pengrajin pakaian. Hanya ada beberapa penjaga yang bisa bertarung kalau-kalau ada yang menyerang.... Makanya Mr. Hans sering kami mintai tolong."
"Ya! Dan Mr. Hans adalah pemburu yang sangaaaaat hebat!" Anak perempuannya ikut menimpali ucapan Sang Ibu.

"Pemburu? Apa dia berasal dari Alvant?" Angel berbalik menghadap Rucard.

"Mungkin. Yang jelas Alvant sudah hancur lebur dan tidak ditemukan siapapun yang selamat. Vahniir adalah desa ketiga yang dibabat habis seperti ini...."

"Ratusan tahun kita hidup damai kenapa sekarang mereka menyerang kita?" Angel menghampiri mayat seorang anak kecil. Berumur sekitar 4 sampai 5 tahun. Mayatnya dipeluk oleh mayat yang sudah hancur lebur, bentuknya sudah tidak terlihat seperti manusia. Angel lalu menunduk dan menutup mata mayat anak itu yang masih terbuka.

"Ayah! Ibu! Mr. Hans sudah datang!!!" Anak lelaki cempreng berteriak. Sosoknya perlahan terlihat semakin jelas dari hutan pinus yang rimbun.

"Apa... Yang terjadi disini?" Hans menelan ludah. Ekor Nina lemas merinding dan bergidik. Bersembunyi di belakang Ruby
"Ugh!" Tiba-tiba Ruby merintih sambil memegang kepalanya. Semuanya langsung memperhatikannya.

"Kakak kenapa?" Tanya Nina menggenggam tangan Ruby.
Ruby menarik-narik nafas panjang. Lambat laun sakitnya pun perlahan menghilang. Dia pun menggeleng dan menurunkan tangan. Memberi isyarat jika dia tidak apa-apa.

"Kalian cepat pergi ke Ibu Kota. Disini terlalu terbuka, kita tidak tahu kapan Vahniir akan diserang kembali." Mendengar perintah Rucard, keluarga itu pun langsung menarik diri menuju kereta kuda yang telah lama menunggu bersama penumpang lainnya.

"Mr. Hans!" Anak lelaki cempreng itu mengangguk sebelum berbalik berlari menyusul keluarganya. Tatapan anak kecil polos yang begitu percaya kepada pria tua paruh baya yang sudah beruban. Membuat beban di pundak pria itu semakin berat.

Kereta kuda pun berangkat.

"Jadi anda Mr. Hans? Pemburu yang diceritakan penduduk disini? Senang bertemu anda. Perkenalkan saya Rucard." Rucard menjabat tangan Hans. Hans mengangguk dan mengambil rokok di sakunya.

"Ini Angel. Wakil Kapten di Skuad 11. Kebetulan saya adalah pemimpinnya." Rucard menunjuk Angel di belakangnya.

Angel lalu berjalan menghampiri Ruby. "Aku Angel. Salam kenal. Apa kamu anak Mr. Hans?"

"Eh hahaha. Bukan. Namaku Ruby." Ruby tertawa kecil menjabat tangan Angel. Dilihatnya wajah Hans terlihat sedikit kesal dengan pernyataannya barusan.

"Eh maaf! Aku tidak tahu kalau kamu istrinya!" Angel panik menutup mulutnya. Wajahnya terlihat terkejut.

"Eee... Itu juga bukan. Aku hanya kebetulan ditolong olehnya." Jawab Ruby.
"Eeeh? Hehehe? Begitu.... Lalu kamu siapa?" Angel langsung duduk menghadap Nina. Menyembunyikan wajah malunya.
"Namaku Nina!" Sambut Nina riang.

"Cukup perkenalannya. Sekarang kita harus memeriksa Vahniir." Hans menghembuskan asap rokok dan mulai berjalan masuk lebih dalam. Rucard mengangguk dan mengikutinya di belakang.

Hans harus menahan emosinya melihat para penduduk yang telah berbaik hati padanya sekarang bernasib seperti itu. Tangannya mengepal erat. Ruby di belakangnya melihat dan mengetahui hal itu.

"Hanya ada mayat para penduduk. Apa memang benar ada yang menyerang?" Ucap Angel sambil melihat sekeliling. Sepanjang jalan Vahniir hanya berguguran mayat manusia. Tidak ada mayat-mayat serigala seperti yang pernah merka temukan di Alvant.

"Vahniir bukanlah Alvant. Mereka bukan penduduk yang bisa membela diri. Jadi bisa saja tidak ada yang tewas dari pihak penyerang..." Balas Rucard.

"Kapten! Kami menemukan sesuatu!" Salah seorang ksatria berteriak. Jauh dari ujung Vahniir. Mereka pun berlari menghampiri.

"Apa yang kalian temukan!?" Tegas Rucard.
Ksatria itu menghormat sebentar. "Lapor Kapten kami menemukan mayat raksasa ini!"

Mayat seorang raksasa kecil penuh debu tertimbun bangunan yang runtuh. Sosok raksasa bertanduk satu berkulit kuning itu tidak asing di mata Ruby.

"Di... Dia!" Ucap Ruby. "Ta... Tapi.... Kenapa! Bukannya mereka sudah memaafkanku!?" Rucard langsung menatap Ruby tajam.

Kaki gadis berjubah merah itu gemetar melihat raksasa yang baru kemarin mengelus kepalanya dengan sayang jatuh tersungkur tak bernyawa di antara bangunan.

"Kapten! Disini kami juga menemukan mayat lain!" Teriak seorang ksatria di reruntuhan sebelahnya. Angel langsung berlari kesana.
"Serigala!?" Mayat tiga ekor serigala tertimbun reruntuhan.

"Huh! Serigala!" Bola mata Ruby berubah merah. Tangannya tanpa sadar mengambil kapak besar di punggungnya.

Sring!

Rucard mengacungkan pedangnya ke arah Ruby. "Kau ikut aku ke Istana sekarang juga!"

Nina yang terkejut segera menghampiri Ruby dan menggenggam tangannya. "Kenapa! Kakak tidak salah apa-apa!"

"Jelas dia berhubungan sesuatu dengan raksasa yang menyerang ini! Mungkin dengan serigala itu juga!" Rucard menggoyangkan lehernya menyuruh Nina pergi menjauh.

Cekrek... Crossbow Hans terangkat membidik wajah Rucard. "Tenang dulu bocah!"

The Wolf Is ComingМесто, где живут истории. Откройте их для себя