Beautiful Night

Mulai dari awal
                                    

Jimin nyaris tersedak mendengarnya. Ia menelan paksa makanannya yang hampir masuk ke saluran yang salah.

"Taehyung, kau pikir Jeju itu hanya sebesar kota Daegu hah? Menghabiskan waktu berapa hari kita mengabsen setiap taman? Ingat, Jihyun di rumah sendirian."

"Ah benar," Taehyung kembali mendung, hanya sejenak, kemudian mencoba memberi penawaran lagi pada Jimin, "bagaimana kalau wisata pegunungan?"

"Apa? Maksudmu, kita akan menaiki ribuan anak tangga untuk mencapai atas? Tae, pegunungan juga dingin, kau—"

"Lalu, menurutmu tempat wisata apa yang punya sejarah?"

Jimin diam. Taehyung ada benarnya. Ingat, mereka punya tugas membuat proposal tentang sejarah tempat wisata.

"Hahh... baiklah, setelah kita di hotel, mari kita browsing."


><><><


"Iya, iya, hyeong, sudah berapa kali kukatakan aku membawa 3 jaket tebal. 3, lho, itu sudah banyak."

"Iya,"

"Emm... kami akan memutuskan ke tempat wisata pegunungan."

"Aduh telingaku! Hyeong, hei, tenang—aku—aku bawa 3 jaket—hyeong dengarkan dulu!"

Jimin yang sedari tadi berbaring di ranjangnya, menonton TV, terkikik geli mendengar bagaimana ributnya Taehyung yang menelepon kakaknya. Pastilah ia tau apa alasan seorang Kim Namjoon berteriak ditelepon. Sudah Jimin katakan, wisata pegunungan adalah pilihan yang buruk. Selain udaranya yang dingin, Jimin membayangkan betapa lelahnya mereka karena menaiki ribuan tangga.

'Ah lebih baik aku browsing lebih dulu. Semakin cepat, semakin baik.'

"Terjadi penembakan pagi ini, di pusat perbelanjaan ***, diduga pelaku membawa senjata api. Saat ini, polisi masih menyelidiki jejak kejahatan. Sedikitnya ada 6 orang. Untuk saat ini, diharapkan pada seluruh warga Jeju untuk berhati-hati karena...."

Sayup, Jimin mendengar suara TV. Ia menegakkan lagi tubuhnya, mengurut tengkuknya sebentar karena terasa kaku setelah tidur dalam kondisi bersandar. TV masih menyala, dan waktu menunjukkan pukul 23.50. Ia tidak melihat Taehyung di ranjang seberang, seharusnya anak itu sudah tidur karena besok mereka harus berangkat.

Ah, Jimin lupa, dia belum memberitahu tempatnya.

"Tae,"

Rupanya sepupunya tertidur di sofa, memeluk handphone-nya sendiri. Jimin hanya menggeleng maklum, bisa-bisanya mereka berdua tidur dengan handphone di tangan. Sepertinya efek kelelahan membuat keduanya tidak sadar jika jatuh tertidur. Jimin berjongkok, pelan-pelan mengambil handphone ditangan Taehyung. Layarnya menyala setelah tersentuh kulitnya, menampakkan foto keluarga Taehyung menghiasi layar utama. Jumlahnya ada 5. Orangtuanya, kakaknya, taehyung, lalu 2 adiknya yang masih kecil.

Sebuah keluarga bahagia.

Jimin harap itu juga terjadi padanya dan Jihyun.

Bukan, bukan berarti Jimin dan Jihyun punya hubungan buruk dengan kedua orangtuanya, hanya saja, kurang dekat, tidak sedekat Taehyung bersama keluarganya. Memang, sedari kecil keduanya dirawat oleh nenek dan kakek dari ayahnya.

"Eo, Jim, kau mengagetkanku."

Jimin agak tersentak, lalu tersenyum hangat.

"Hei, jangan tidur disini. Buat apa aku memilih hotel mahal jika kau malah tidur di sofanya, eo?"

"Tapi," Taehyung menggeliat sebentar, "sofanya pun sangat nyaman."

"Tidak. Jangan tidur disini, cepat sana."

Taehyung menurut, memeluk bantal sofa seraya agak menyeret langkah untuk mencapai ranjang. Lalu membanting tubuh dan tidur seketika.

Mungkin, kelihatannya Taehyung benar-benar seperti adik bungsu yang manja dengan kakaknya. Walaupun, dia masih punya 2 adik kecil. Tidak, sebenarnya Taehyung tidak sepenuhnya kekanakan. Taehyung, juga bisa marah, benar-benar marah, dan membuat seorang Park Jimin menciut takut. Ia masih ingat, saat SMA, saat dengan sengaja ia didorong dan terjatuh di kolam renang sedalam 4 meter. Jimin nyaris mati tenggelam, tapi ia melihat siapa pelakunya. Ia sudah pasrah kala jalan napasnya terisi air, dan benar-benar lemas sebelum tubuhnya ditarik kuat dan setidaknya, kepalanya muncul di permukaan.

Itu Taehyung yang menyelamatkannya.

Setelah Jimin dibawa ke UKS, terjadi keributan di lapangan sekolahnya. Ada perkelahian disana.

Dan, tentu saja, itu Taehyung yang melakukannya. Sepupunya telah memberi banyak bekas memar pada Jihyo, lelaki yang posisinya kakak kelas mereka, orang yang mendorong Jimin. Oh, ayolah, sepupunya sangat berani. Jihyo termasuk yang ditakuti, bahkan satu sekolah, dan Taehyung tidak segan-segan menghiasi paras tampannya.



TBC


SO FAR AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang