"Oppa!"

"Ini tugas, Jihyun, bukan jalan-jalan. Membawamu sama saja memperlambat kita."

"Kalian memang kejam."

Taehyung terkekeh, mengacak sebentar rambut hitam Jihyun yang sebahu, "libur musim dingin, bagaimana?" tawarnya, kali ini duduk di sebelah Jihyun, menatap gadis itu dengan senyum tampan yang siapapun bisa luluh dibuatnya.

"Serius tidak?"

"Apa oppa hanya terlihat sedang menenangkan gadis kecil yang merajuk?"

Jihyun perlahan tersenyum, langsung menghambur dipelukan Taehyung dan berterima kasih dengan nada manja dibuat-buat. Membuat Jimin muak, dan... sekaligus cemburu.

Hey, kakak mana yang tidak cemburu jika adik kandungnya lebih dekat dengan sepupunya? Oh, jangan menduga jika Jimin tidak menyayangi Jihyun, dia sayang, hanya saja caranya berbeda. Dia lebih suka menunjukkan kasih sayangnya dengan... membuat Jihyun jengkel, karena melihat wajah adiknya yang marah membuatnya tak tahan ingin mencubit dua pipi chubby itu.

"Tae, ayo berangkat. Taksinya sudah di depan," Jimin menginterupsi. Taehyung lagi-lagi mengacak surai Jihyun, lalu meraih kopernya.

Jimin menatap sendu adiknya yang terlihat sedih. Memang, selama ini Jimin tinggal sendirian di Seoul. Jihyun bersama neneknya di Busan, sedangkan ayah dan ibunya sibuk di Jepang. Ia menyesal karena harus meninggalkan adiknya demi tugas kuliah. Hm, bagaimana lagi, deadline tinggal 2 minggu. Tugas mereka untuk membuat proposal tentang salah satu sejarah tempat wisata Jeju, tidaklah mudah. Maka ia berjongkok di hadapan Jihyun, mengamit tangan adiknya.

"Maafkan oppa, ya. Oppa janji akan mengajakmu liburan seperti yang Taehyung bilang,"

"Tapi, aku masih merindukanmu, jahat sekali aku ditinggalkan."

Jimin tersenyum, mengusap rambut adiknya, lalu memeluknya.

"Oppa akan pulang secepat tugas itu selesai. Tapi, jika kau ingin pulang ke Busan, beritahu oppa, oke?"

"Oke,"

"Nah, sekarang oppa harus pergi." Ia menenteng ranselnya, buru-buru keluar dan meletakkan di bagasi taksi. Jihyun ikut mengantar sampai depan pintu. Melambai sedih pada kedua kakaknya yang bersiap melaju ke bandara.

"Kami akan segera kembali! Jaga dirimu, Jihyunnie!"


><><><


Perjalanan mereka memang jauh jika ditempuh menggunakan mobil. Namun, Jimin menolak dan memilih ke bandara saja, lewat jalur udara. Cukup menghemat waktu dan tenaga. Agar semua cepat selesai dan pulang menemani Jihyun.

Sesampainya disana, sekitar pukul 5 sore. Jimin sebelumnya sudah mencari-cari informasi letak hotel dan restaurant yang ada di Jeju. Jadi, tak perlu repot-repot berkeliling. Ia juga menyewa mobil untuk transportasinya. Lagipula, akan sangat terbatas jika mengandalkan angkutan umum, belum lagi, mereka harus mencari tempat wisata yang menarik. Kalau soal itu, Jimin dan Taehyung belum merencanakannya.

"Yaaay akhirnya sampai!" Taehyung membanting diri di atas ranjang hotel.

"Ganti bajumu dulu, Taehyung," Jimin berucap pelan, ia meletakkan ranselnya dekat lemari. Sudah bersiap meletakkan pakaian-pakaiannya.

"Jimin, nanti malam kita makan di restaurant seafood ya?"

"Iya,"

Taehyung tersenyum lebar, lalu sibuk dengan smartphone-nya. Suasana mendadak hening.

"Jihyun. Apa dia menitipkan sesuatu padamu?" suara Jimin memecah keheningan.

"Dreamcatcher terbaik di Jeju,"

"Tsk, padahal di kamarnya sudah banyak dreamcatcher. Dasar maniak."

"Tidak apa, Jimin-ah, dia adik yang manis."

Jimin hanya tersenyum, dengan sabar ia memasukkan satu persatu bajunya ke lemari.

"Namjoon hyeong!" tiba-tiba Taehyung berseru, sedikit membuat Jimin terkejut walau sudah terbiasa dengan teriakannya. Ia menoleh, melihat sepupunya itu kini tersenyum berhadapan dengan smartphone-nya. Ia tau, sepupunya sedang vidcall dengan kakaknya, kakak sepupu Jimin yang tengah kuliah di Harvard.

"Taehyung, ibu bilang kau ke Jeju, benarkah?"

"Aku sudah sampai. Aku sedang di hotel, bersama Jimin." Taehyung menghadapkan smartphone-nya ke Jimin.

"Eo, hai hyeong!" Jimin berseru, melambaikan tangannya.

"Jimin, jaga Taehyung ya. Jangan biarkan dia jalan sendiri. Dia mudah tersesat."

"Ah, hyeong!"

Jimin tertawa kecil. "Aku mengerti, hyeong,"

"Hyeong, aku bukan anak kecil lagi."

Begitulah singkat kegiatan mereka setelah sampai ke hotel. Jimin yang merapihkan baju-bajunya, dan Taehyung yang berleha-leha menelepon kakaknya. Hingga Taehyung tertidur, dan kebaikan hati Jimin, yang rela merapihkan pakaian-pakaian Taehyung ke lemari juga.

Namun, saat tangannya meraba sepanjang jalur zipper, ia menemukan dua pengaitnya telah dipasangi gembok kecil, ada 4 angka teracak disana. Sejenak, Ia menghela napas.

"Taehyung, bagaimana aku membukanya?" Ia bermonolog datar, menoleh ke Taehyung yang tidur nyenyak. Ingin membangunkan, tapi kasihan. Tidak dibangunkan, lalu bagaimana cara ia membukanya? Sudah mau berniat baik, tapi dihalangi oleh gembok.

"Hm... apa tanggal lahirnya, ya?" Jimin memutar angka-angkanya membentuk 3012, namun tetap terkunci. Ia mencoba lagi, 3095, masih tetap terkunci. Kemudian ia teringat satu hal, kembali memutarnya membentuk 1230. Dan voila! Terbuka.

"Oh, jadi waktu kelahiranmu. Memang, dia unik."





TBC

SO FAR AWAYWhere stories live. Discover now