14 | past

15.3K 3.8K 632
                                    


di tengah perjalan menuju puncak, renjun selalu jalan paling akhir. dia takut kenapa-napa kalau jalan paling depan. dan bisa ditebak juga siapa yang jadi pemimpin; presedir chenle, gais.

"mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera~~~~" chenle bernyanyi dengan nada tingginya.

untung suaranya bagus, kalo nggak, udah renjun tendang tuh.

namun tiba-tiba, somi dan hina yang berada di depan renjun berhenti. renjun yang bingung pun noel pundak hina.

"kok berhenti?" tanyanya.

"istirahat, jun. lo gak capek apa?" jawab hina lalu duduk di bawah sebuah pohon besar diikuti oleh renjun serta jeno.

sementara yang lain seperti chenle, somi, rhujin, dan daehwi duduk di seberang renjun dan kawan-kawan sembari memakan camilan yang mereka bawa dari rumah.

"capek anjir jun. tau gini mending gue ngebo di rumah." gerutu jeno yang bersandar di batang pohon.

"yeuu seenggaknya lo jalan-jalan. ini bukan jalan-jalan biasa loh, no. lo jalan-jalannya di masa lalu. berkat siapa coba? berkat renjun seorang lah."  renjun membanggakan kemampuannya. lama-lama renjun makin songong kayak jaemin, ya.

pletak!

hina menimpuk tangan renjun dengan kerikil kecil yang didapat dari tanah. "sombong ya lo."

renjun berdecak lalu memandang hina sinis. "ck, daripada bacot kayak lo."

"ssssst udah udah." jeno yang udah bisa nebak apa yang terjadi kalau renjun-hina mulai ngoceh pun memisahkan keduanya. "wijen mana dah?" lanjut cowok itu.

somi—yang kenal dengan jeno sekaligus teman wijen pun menoleh. gadis itu menunjuk wijen yang tengah berjalan kecil di dekat sebuah pembatas jurang.

"ngapain dah tuh anak?" tanya hina heran.

"ih kak hina gosipnya kurang luas ah." ucap daehwi. "masa gatau sih kak?"

"yaelah gue mah gak se-pro elo, hwi." balas hina. "kenapa emang?"

mereka yang awalnya berpisah tempat menjadi bersatu karena penasaran dengan gosip apa yang akan dibicarakan daehwi.

"jadi tuh dulu wijen punya kakak, namanya park woojin. nah kakaknya ini meninggal karena jatuh ke jurang 3 tahun lalu. wijen sebenernya gak demen mendaki gunung gini, dia ikut karena pengen nemuin kakaknya, soalnya mayat kak woojin sampe sekarang belum ketemu." jelas daehwi.

"jADI WIJEN ITU ADEKNYA PARK WOOJIN?!" seru renjun heboh.

rhujin yang daritadi diem ngangguk. "iya."

"terus dia kayak gitu buat nyari mayat woojin?"

"hooh."

"yah sigeble gabakal ketemu lah, pasti udah jadi tulang belulang." ceplos jeno.

"sssstt sssstt wijen dateng wijen dateng." chenle memperingati.

sontak mereka pun panik. untungnya, renjun dengan sigap mengalihkan pembicaraan.

"jadi udah berapa lama pacaran sama echan barokokok, som?"

awalnya somi bingung, dia nautin alisnya sambil noleh sana sini. baru setelah tiga detik, dia sadar kalau renjun lagi berusaha ngalihin obrolan mereka.

"oh anu kak, eh, emang kak echan gapernah cerita?"

renjun, hina, jeno menggeleng kompak.

"yang gue tahu, nasib echan bener-bener muluk, som." ceplos jeno.

"kalian lagi ngomongin siapa sih?" wijen ikut nimbrung.

"itu loh jen, pacarnya somi." rhujin menjawab.

"oalah."

bertepatan dengan itu, jeno pun berdiri. "gue kebelet."

"eeeehhh kak jeno ikut dong!!" pekik chenle.

"gue juga ikut deh, lo ikut gak hwi?"

daehwi ngangguk. akhirnya, semua anggota cowok ngintilin jeno nyari semak-semak untuk buang air. sedangkan para cewek nunggu sambil jagain barang-barang mereka.

renjun yang jalan agak telatan bareng daehwi akhirnya nemuin jeno sama chenle di balik semak-semak yang cukup besar. pas renjun sampe, jeno udah kelar dengan urusannya, tinggal nunggu chenle.

sebenernya renjun gak kebelet, dia gabisa buang air di saat saat kayak gini yang menurutnya genting.

tapi begitu chenle baru mau buang air, seekor hewan yang paling mereka hindarin datang.

"eh anjing!" jeno yang kaget gak bisa untuk gak ngomong kasar.

"itu babi kak jeno, bukan anjing! aduh terus gimana ini?!" seru daehwi heboh sendiri.

"wOI WOI WOI GIMANA DONG INI GIMANA?!" renjun ikutan panik.

"tenang tenang, ini yang panik harusnya chenle soalnya dia yang paling deket. tapi dia kalem-kalem aja." ujar jeno. "jadi kita berusaha kalem juga, ok? biar gak dikejar."

renjun dan daehwi mengangguk.

"gue gak tenang anjir kak. ini pipis gue udah diujung." isak chenle.

"pipisin aja babinya, le!" teriak daehwi.

"daehwi plis gausah jadi dodol."

jeno pelan-pelan pun deketin chenle, berusaha narik pemuda itu agar jauh-jauh dari si piggy.

tinggal selangkah lagi jeno bakal berhasil, tapi chenle lebih dulu bertingkah.

"tanam tanam ubi, tak perlu di baja, bacot lu babi, mending ribut aja." ucap chenle sambil masang gaya ala power ranger.

seakan tahu apa maksud chenle, si piggy langsung ngejar chenle membuat doi panik dan lari tak tentu arah.

jeno, renjun, dan daehwi yang memperhatikan gak kalah panik. dan bodohnya, jeno malah ikutan ngejar chenle dan babi itu.

"JENO LO MAU KEMANA ADUH JANGAN NAMBAH MASALAH!" seru renjun panik.

daehwi mau ikut ngejar, tapi ditahan sama renjun.

"gak usah nyari masalah!"

:::

emang si piggy nih nyari gara-gara mulu

btw dicek ya hehee
ini satu universe juga sama perche series hehehe

btw dicek ya heheeini satu universe juga sama perche series hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
perché : [3] time traveller✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang