[8] Terlahir kembali

Mulai dari awal
                                    

Semua terdiam, kentara menghormati keputusan sang petinggi. Diam-diam Namjoon bersyukur karena idenya diterima, tapi disisi lain, ia memegang tanggung jawab yang besar atas ide itu juga. Artinya, ini akan menjadi kesalahannya bila Bangtan kembali gagal. Dia harus siap menanggung seluruh kesakitan teman-temannya nanti.

"Namjoon,"

"Ne, PD-nim?"

"Jalankan tugasmu,"

"Algeusseubnida."


~~~


Tik. Tik. Tik.

Seluruh mulut seolah diam, entah tak berani mengudara atau disumpal oleh tanda tanya. Namjoon hanya menatap satu-per-satu membernya, menunggu respon mereka yang kelewat lama. Ia bahkan mulai merasa telah menyatu dengan dinding.

Mereka? Oh, sekarang mereka menatap kosong pada kertas yang sama kosongnya, ah setidaknya tidak sekosong pikiran mereka, ada tulisan 'satu kesakitanku' pada pojok kiri atas. Tulisan khas seorang Kim Namjoon.

"Emm..." Hoseok bergumam, akhirnya memecah hening, "aku tidak mengerti harus apa, Namjoon-ah,"

Serentak mereka turut menatap tanya pada Namjoon yang menggosok tengkuknya canggung.

"Isi saja. Itu untuk comeback kita selanjutnya,"

"Mengisinya dengan apa?" kali ini Seokjin.

"Hahh... begini," Namjoon memejam sejenak, "jadi, comeback kita berikutnya, adalah tentang cara kita menghadapi masalah yang menghantui masa remaja kita. Bagaimana cara kita menyambutnya, dan disitu, kalian harus menuliskan satu kesakitan kalian, dan bagaimana cara kalian bertahan, sampai nanti. Usia remaja adalah usia yang masih rentan untuk menghadapi masalah, apalagi jika itu berkaitan erat dengan dirimu, keluargamu, keseharianmu, pergaulanmu, dan sebagainya. Maka, kita harus membuat comeback kita ini lebih bermakna untuk seluruh remaja yang menontonnya nanti. Aku tau, ini kedengarannya sangat melenceng dari genre kita selama ini, tapi, entahlah... mungkin dengan cara ini, kita bisa dipandang dan diterima oleh masyarakat."

Hening.

"Jadi? Apa kalian sudah siap mengisi kertas itu? Aku benar-benar membutuhkan ide kalian semua,"

Keenam kepala itu lalu mengangguk. Lalu Jimin mengangkat tangannya guna bertanya.

"Apa ini harus didasari kisah kita sebenarnya?"

"Emm... aku tidak memaksanya. Tapi, kadang, kalian akan lebih meresapinya jika itu kisah sebenarnya. Terinspirasi, tidak perlu mendetail. Ungkapkan apa yang ingin kalian ungkap, intinya begitu."

Dan Jimin mengangguk, disusul yang lainnya. Entah kenapa, hari ini mereka jadi penurut.

"Okey, let's do it! Bangtan hwaiting!"

Krik.krik.

Mereka hanya berkedip, tak bersuara, barang menanggapi Namjoon yang berteriak kelewat antusias. Kadang, ia merasa lelah untuk menjadi pemimpin mereka. Kadang, ia merasa bahwa semua membernya hanyalah anak-anak yang terperangkap dalam tubuh remaja. Hey, tidakkah ia sudah menyatu dengan dinding? Diabaikan?

"Ayolah, kalian harus bersemangat," Namjoon berkata pasrah.

"Oh, eo, hwaiting,"

Dan lingkaran itu bubar, seperti pergi ke seluruh penjuru dorm, menyisakan Namjoon yang harus ekstra sabar menghadapinya.

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang