chapter 8

3K 142 0
                                    

Yang biasanya sangat sangat natural namun kali ini berbeda.

Ia sekarang berkerudung rapi,  memakai bedak, lipstik dan celak (hitam-hitam di bawah mata). Entah mendapat dari mana, udah pasti ia minta.

Membuatnya yang memang asli cantik menjadi lebih cantik.

"Lisya. " panggilku terheran-heran, ada apa dengannya apa mungkin kesurupan.

"Kenapa cantik ya aku? " tanyanya percaya diri.

"Iya cantik. " jawabku jujur.

"Terimakasih. Ya sudah yuk berangkat. " ajaknya pada kami, namun kami tetap diam di tempat tidak bergerak karena masih tidak percaya akan perubahan sahabat yang satu itu.

"Kenapa diam? Ayuk! " ajaknya sekali lagi dan kali ini menarik kedua tangan sehingga kami langsung bergerak mengikutinya.

Semua pasang mata memperhatikan kami lebih tepatnya lisya, tapi tetap saja kita ikut diperhatikan karena kita kan berjalan bersama.

Mungkin dalam hati mereka terheran-heran melihat perubahan lisya yang biasanya berjalan tomboy namun sekarang elegant, yang biasanya selalu cuek memasang wajah datar sekarang malah murah senyum. Entah ada apa dengannya, kita selaku sahabat juga belum mengerti.

"Mereka lihat kita kok sampai segitunya ya? " tanya lisya merasa risih dengan tatapan-tatapan itu.

"Bukan kita tapi kamu. " ucapku memperjelas.

"Aku? "

"Ya iya lah, kamu gak nyadar sama penampilanmu? "

"Kenapa? Salah? Aku hanya ingin menjadi lebih baik. ALLAH kan cinta dengan keindahan. "

"Iya lisya, ALLAH memang mencintai keindahan tapi tidak jika keindahan itu sampai diperhatikan oleh banyak orang terutama kaum lelaki. Keindahan itu hanya boleh diperlihatkan oleh yang berhak yaitu Imam kita nantinya. " ucap fatimah menasehati.

"Iya kamu benar, kenapa aku tidak berfikir sampai kesitu. "

"Karena kamu dengerin pelajaran setengah-setengah, tidur bangun tidur bangun. " omelku.

"Iya kamu benar, terus sekarang bagaimana apa aku kembali ke pesantren? "

"Nanti aja waktu istirahat, habis ini masuk. "

"Ya sudah. "

Kami pun melanjutkan perjalanan ke kelas yang sempat terhenti oleh percakapan tadi. Tak lama setelah kami masuk ke kelas bel berbunyi dan disaat itu pula aku melihat pandangan ryan yang dari tadi memperhatikan lisya teralihkan. Dasar playboy. Bahkan dia menatapnya sampai tidak berkedip tadi.

Pak guru juga sudah masuk ke kelas dan mulai mengajar, terkadang disaat dia selesai menerangkan ia melirik-lirik ke arah lisya. Mungkin saja dia kaget atau heran atau bisa juga suka.

Aku juga masih bertanya-tanya di dalam hati, tidak mungkin lisya merubah penampilan hanya karena keindahan pasti ada alasan lain yang dia sembunyikan, aku harus bisa mengungkapkannya. Kalau tidak aku gak mungkin bisa tenang.

Dua pelajaran berlalu dengan cepat dan sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi.

Kringgg......

Itu kan benar dugaanku.

Setelah guru keluar kami juga langsung keluar untuk menuju ke pesantren.

"Mau jadi cabe cabean. " umpat seorang kakak kelas kepada lisya yang ditemani kami untuk ke pesantren.

Dan sontak saja wajah lisya langsung menjadi merah menandakan bahwa amarahnya yang tinggi akan meledak. "Apa kamu bilang! Jangan mentang-mentang kakak kelas bisa omong seenaknya. "ucap lisya dengan nada tinggi dan sambil menunjuk-nunjuk kakak kelas tersebut.

"Hei kalau ngomong sama kakak kelas itu yang sopan, diajarin apa kamu di pesantren. " jawabnya tidak mau kalah.

"Ukhti juga diajarin apa di pesantren, menggunjing adik kelas sendiri. "

"Sudah sudah lisya kita pergi aja." ucap fatimah berusaha menenangkan.

"Iya lisya ayo. " ucapku.

"Oke kali ini biarkan anjing menggonggong seperti mereka. "

"Apa kamu bilang?! " teriak kakak kelas itu tidak terima sedangkan kami sudah berlalu meninggalkan mereka.

***

"Lisya kenapa kamu merubah penampilan seperti itu? " tanyaku yang sedang memperhatikan lisya membersihkan make up nya dengan tisu.

"Kan sudah ku bilang ALLAH itu Cinta keindahan jadi aku ya ingin menjadi indah. "

"Ayolah lisya jujur aja, kami itu tahu kamu. Enggak mungkin kamu merubah penampilan hanya karena hal itu. "

"Huh kenapa sih kalian bisa tahu!" ucapnya kesal.

"Kita kan sahabat kamu. "

"Iya oke, sebenarnya aku itu ingin ngalahin kecantikan Bella karena aku itu geregetan kalau ngelihat dia, jalannya yang suka berlenggak-lenggok kalau senyum sok manis jadi bawaannya itu aku ingin ngelempar batu ke arahnya."

"Lisya lisya kalau benci sama orang jangan berlebihan. " ucap fatimah menasehati.

"Ya bagaimana lagi kalau aku sudah nggak suka sama orang ya nggak akan pernah suka. "

"Ya sudahlah terserah kamu pokoknya jangan sampai kamu ngelempar batu beneran kepadanya. "

"Oke aku usahain. "

"Ya sudah yuk kita kembali ke sekolah. " ajakku pada mereka.

"Ayo. " jawab mereka bersamaan.

Setelah dari pesantren kami langsung menuju kantin untuk membeli makanan.

"Kemana hilangnya lipstik ukhti." ucap seorang yang satu kelas sama kami dengan nada mengejek.

"Udah diambil sama malaikat takutnya banyak yang ngiri. " jawab lisya cuek.

"Hih siapa yang ngiri kita kan alami ya?! " ejeknya sambil berusaha mendapat dukungan dari teman-teman disebelahnya.

Namun kali ini lisya memilih diam tidak memperdulikan omongan mereka, ia lebih memperdulikan isi perutnya saat ini yang sepertinya sudah kelaparan.

***

Selesai dari kantin membeli makanan kita langsung kembali ke kelas, semua pasang mata di kelas mulai memperhatikan lisya lagi mungkin mereka heran dengan penampilannya yang kembali seperti biasa. Senyumnya tadi pagi hilang begitupun dengan jalannya yang elegant digantikan dengan wajah datarnya dan jalan ala tomboynya.

"Lisya kenapa kamu seperti ini lagi. " ucap ryan dengan raut wajah seperti kecewa.

"Kenapa? Bukankah ini aku yang sesungguhnya. " jawab lisya.

"Iya tapi cantikan kamu yang tadi pagi. "

"Dasar buaya darat. " umpat lisya dan kemudian meninggalkan ryan untuk duduk menikmati makanannya yang ia beli tadi. Kami pun juga mengikutinya.

"Sabar ya ALLAH sabar.... " ucap ryan sambil mengelus-elus dadanya.

Kami sudah selesai menghabiskan makanan yang dibeli tadi dan tidak selang lama dari itu bel pelajaran selanjutnya berbunyi.

Aku mulai memikirkan apa yang dikatakan lisya tadi bahwa Bella sok manis, aku jadi memperhatikannya dan jujur saja setelah aku perhatikan memang ada benarnya lisya bahwa Bella memang sok manis masa selama aku lihat ia selalu tersenyum belum pernah sekalipun aku melihat dia berwajah datar atau mungkin cemberut. Entahlah atau mungkin saja dia memang murah senyum atau bisa juga ada maksud lain dari itu semua, hanya ALLAH lah yang maha tahu.

Pelajaran telah usai dan setelah itu kita akan kembali ke pesantren lalu mandi, makan, mengaji, berhenti sebentar untuk sholat jamaah isya lalu ngaji lagi baru setelah itu tidur dan begitu bangun kita akan mengaji lagi lalu mandi, sarapan dan sekolah begitu seterusnya penjelasan yang disingkat tidak pernah berubah kecuali kalau kau keluar dari pesantren ini.

***

See you

4 mei 2018

Fatma🌊

Persahabatan Dan Cinta Pesantren [END]Where stories live. Discover now