07

325 52 2
                                    

Tzuyu dan Jinyoung makin merasa cemas saat melihat Sana sudah terbaring lemah dengan selang infus yang melekat di tangannya.

"Young, gimana ini? Gua takut Sana kenapa-napa, gua takut dia ninggalin gua, Young... gua nggak mau." Tzuyu menatap Sana dengan tak airmatanya yang tak henti-henti mengalir.

Jinyoung pun sejujurnya merasakan hal yang sama dengan apa yang Tzuyu rasakan. Tapi tentunya terdapat perbedaan antara laki-laki dan wanita dalam mengungkapkan isi hati dan perasaannya.

Kalian mungkin tahu akan hal itu.

Demi menenangkan Tzuyu yang masih menangis, Jinyoung pun mengelus pelan bahu gadis itu.

"Semuanya bakal baik-baik aja, oke? Doain aja yang terbaik buat Sana, dia lagi berjuang ngelewatin semua ini," Ucap Jinyoung.

"Tapi kenapa Sana bisa sampe kaya gini, Young? Kenapa dia bisa ketabrak di tempat itu? Padahal kan kalau Sana mau pergi, pasti dia bakal ngajak kita." Tzuyu menatap Jinyoung untuk meminta kejelasan.

Jinyoung nampak berpikir sebentar. "Apa Jihoon atau Mina terlibat di balik semua ini?"

"Mungkin--"

"Permisi," Sela suster yang datang menghampiri mereka sembari membawa ponsel milik Sana.

Tzuyu pun dengan cepat menyeka airmatanya, "Iya, Sus?"

"Tadi beberapa orang yang membawa Nona Minatozaki Sana ke rumah sakit memberikan ponsel ini kepada kami." Suster tersebut memberikan ponsel Sana kepada Tzuyu.

Jinyoung menatap suster dengan tatapan penuh tanya. "Siapa saja yang terakhir menghubungi Sana? Apa suster tau?"

"Emh, setahu saya yang terakhir Nona Sana hubungi adalah anda berdua dan Nona Myoui Mina. Nona Myoui Mina adalah yang paling terakhir dia hubungi sebelum kecelakaan terjadi," Jelas suster itu kepada keduanya.

Jinyoung dan Tzuyu pun hanya mengangguk-angguk mengerti, kini mereka telah dapat menyimpulkan siapa dalang di balik semua kejadian ini.

"Kita harus telepon Mina sekarang," Ujar Jinyoung yang di susul anggukan dari Tzuyu.

Setelah beberapa kali mencoba, telepon yang tertuju kepada Mina tak kunjung di angkat oleh gadis itu.

Tzuyu mendecak sebal. "Gimana kalo kita suruh Jihoon aja?"

"Kok malah jadi Jihoon?" Jinyoung mengernyitkan dahinya.

"Kita bisa pake Jihoon buat mancing Mina dateng ke sini, ya kan?"

Jinyoung mengangguk paham. "Oke-oke, ya udah sekarang telepon Jihoon gih."

Tzuyu pun segera menghubungi Jihoon menggunakan ponselnya, harap-harap Jihoon akan mau bersikap bijak dan mengikuti rencana mereka.

Telepon dari Tzuyu ternyata mendapat tanggapan cukup baik dari Jihoon, pria itu dapat diajak untuk bekerja sama di kala seperti ini.

Jihoon berjanji kepada Tzuyu, ia akan membawa Mina bersamanya.

.

.

.

"Hoon, kita mau kemana sih? Kata kamu orangtua kamu lagi sakit?" tanya Mina yang mulai curiga dengan gerak-gerik Jihoon yang terlalu tergesa-gesa itu.

Jihoon menghentikan langkahnya, ia berbalik ke arah Mina yang ternyata cukup jauh darinya. "Orangtua aku sakit, dan udah jelas kita lagi di rumah sakit sekarang tuh."

Mina merotasikan kedua bola matanya malas. "Ya tapi nggak usah buru-buru banget dong, Hoon. Aku capek, lagian perasaan kemaren tante Taeyeon masih baik-baik aja deh."

"Sebagai anaknya, wajarlah kalo aku ngerasa khawatir sama Ibu aku. Dan kamu juga tau kan kalo ayah aku kondisinya nggak lagi baik?"

"Iya aku tau, ya tapi--"

"Udah nggak usah banyak ngomong! Ayo cepetan!"

Mina agak tersentak ketika mendengar ucapan Jihoon dengan nada yang tinggi, bahkan seperti membentaknya.

Merasa tak enak karena sudah membentak Mina, Jihoon pun mengambil tangan gadis itu untuk digenggamnya dengan lembut.

"Maaf."

Mina menghela napasnya pelan, "Jangan kasar-kasar sama aku ya, Hoon. Aku takut..."

"Iya, Min," Sahut Jihoon sembari mengusap tangan Mina.

Jihoon pun segera mengarahkan Mina untuk menuju ke ruangan Sana yang sebelumnya telah diberitahu oleh Tzuyu dalam percakapan mereka.

Pria itu benar-benar ingin mengetahui semua kebenaran, tentang dua gadis yang selama ini selalu berada di dekatnya, yang sama-sama ia sayangi, walaupun dalam tingkatan dan rasa yang berbeda.

.

.

.

Manik matanya tak bisa berbohong lagi, ia sudah di sudutkan oleh ketiga orang yang kini menatapnya dengan tatapan marah, kecewa sekaligus frustasi.

Ya, Mina telah mengaku bahwa dirinya lah yang seharusnya berada pada posisi Sana saat ini. Terlebih ketika Tzuyu dengan frontal membicarakan tentang kebusukan dirinya selama ini, membuat Jihoon menatap Mina dengan begitu kecewanya.

Gadis yang ia anggap sebagai pengobat hati ini justru malah menjadi dalang dan pelaku utama di balik hubungannya dengan Sana yang telah hancur.

Jihoon tersenyum simpul. "Kita putus aja ya, Min. Hubungan kita ini semuanya palsu, cinta kamu--"

"Nggak, Hoon. Enggak! Aku nggak mau putus, please...," Lirih Mina.

"Apalagi yang harus dipertahanin dari hubungan yang bahkan di awalin sama kebohongan ini, Mina?"

"Tapi, Hoon...."

"Sebaiknya kamu pergi sekarang juga! Atau aku... nggak akan bisa ngontrol emosi aku dan akan kasar sama kamu!"

"Hoon...."

"Pergi!" seru Jihoon.

Mina menyeka airmata yang tak ia harapkan saat ini. "Oke, aku pergi."

Gadis itu segera pergi, meninggalkan Jihoon yang kini terjatuh lemas dan masih tak sanggup menerima keadaan dan kebenaran yang baru saja ia terima.

Pria itu sudah mulai memberikan sedikit ruang di dalam hatinya untuk Mina, dan sekarang... gadis itu menghancurkan bagian hatinya yang tersisa.






























TBC
Hallo everyone, maafkan diriku yang selalu mabal ini ya? Heheheh.

Ternyata ngerevisi cerita lebih susah dari ngebikin cerita baru, apalagi kalo revisinya ini revisi yang total :"

You Lost Me✔(TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin