"Iya kakak maafin kamu, lain kali jangan gitu yah dek?"

Prilly mengusap sayang rambut panjang adiknya, satu-satunya keluarga yang dia punya.

"Iya aku nggak gitu lagi kakak mau kan maafin aku?"

"iya, maafin kakak juga yah?"

Itha hanya mengangguk dalam dekapan kakaknya lalu mengeratkan dekapannya.

"Maafin kakak ya dek gara-gara kakak hal yang kecil menjadi besar begini seharusnya kamu tidak usah menanggung semua ini, cukup kamu sudah kesusahan dalam hidup kamu kakak malah tambahin dengan kelakuan kakak yang kotor, kakak berdo'a mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa sama kakak ataupun kamu."

Mira yang melihat kakak beradik itu dari celah pintu kamar meneteskan air mata dia berpikir kenapa semua ini harus terjadi kepada Prilly?

___________

"Selamat siang Pak"

"Ada apa?"

"Saya ingin memberi tahukan bahwa besok Bapak ada perjalanan bisnis ke Swiss untuk rapat masalah pembangunan hotel yang akan kita bangun disana."

"Kenapa tidak Manager kita saja yang pergi?"

"Maaf pak rapat ini hanya untuk pemegang perusahaan dan itu Bapak sendiri."

"Berapa lama kita disana?"

"Sekitar 1 bulan bisa lebih dan bisa kurang Pak."

"Baiklah kamu bisa pergi Siska."

"Permisi Pak."

Saat ingin memegang kenop pintu Ali kembali menahan Sekretarisnya.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?"

"Panggilkan Office Girl yang bernama Prilly Anandhira ke ruangan saya sekarang."

"Apa Bapak ingin Kopi?"

"Panggilkan saja Siska, jangan banyak bertanya."

"Baik Pak."

Setelah pintu tertutup Ali meraup kasar wajahnya, kenapa dia harus pergi ke luar negeri dengan waktu yang cukup lama padahal semua masalah belum terkendali?

Ali menunggu ketukan di pintu agar dia bisa melihat seseorang yang sudah direnggut kehormatannya sebelum dia pergi.

Sudah hampir setengah jam tidak ada tanda-tanda pintu yang diketuk, Ali mulai gelisah kalau Prilly tidak mau menemuinya.

"Aku yang akan menyeretnya kesini jika dia tidak datang dalam lima menit."

Setelah mengatakan itu dalam hatinya terdengar telepon kantor yang berbunyi di dekatnya.

"Ada apa Siska?"

"Maaf Pak mengganggu, tapi Prilly Anandhira hari ini tidak masuk kerja, dia Izin Pak."

Tut....Tut...Tut...

Seperti biasa telepon terputus secara sepihak dan siapa lagi yang melakukannya kalau bukan Ali.

Ali mengambil ponselnya yang canggih lalu mendial nomor Prilly Anandhira.

_________

Prilly terusik dengan suara ponselnya yang berdering sedari tadi, dia membuka matanya lalu berusaha meraih ponselnya yang ada di atas nakas.

"Hallo?"

"Kamu dimana?"

Prilly tersentak mendengar suara itu, dia berusaha untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang, Prilly sedikit menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa si penelpon dan ternyata itu nomor baru.

"Kenapa kamu tidak masuk kerja apa kamu sudah bosan bekerja huh?"

Ali kembali membentak Prilly membuatnya menahan isakan yang akan keluar.

"Jawab saya Prilly?"

"Ma--af P--Pak sa--ya Izin ti--dak enak badan dan--dari mana Bapak tahu nomor saya?."

Jelas sekali bahwa suara Prilly terdengar gugup dan bergetar karena dia merasa bahwa tenggorokannya tertahan agar dia tidak mengeluarkan suara.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Ali mengabaikan pertanyaan Prilly dan malah bertanya balik.

Suara Ali Pun yang tadinya membentak kini terdengar lembut di telinga Prilly.

"Sa--Saya tidak apa-apa Pak be--besok saya usahakan ag--agar saya bisa masuk kerja."

"Istirahatlah sampai kamu benar-benar pulih."

"Tapi--"

"Jangan membantah ucapan saya."

Tut...Tut...Tut....

Air mata Prilly yang sedari tadi dia tahan menetes di pipinya yang chubby, dia tidak tahan dengan semua ini dia tidak ingin mendengar apalagi melihat wajah Atasanya karena itu yang akan mengingatkannya pada kejadian kemarin malam yang ingin dia lupakan dalam hidupnya.

"Kenapa ini harus terjadi padaku?"

____________

17 oktober 2019

Follow My IG: _minionssz

DUNIA PRILLY | [ Completed ]Where stories live. Discover now