Part 2 : Bingung

2.6K 278 23
                                    


"Shinhye! Tolong bersihkan ruangan Presdir sekarang." Staf Kang masuk ke ruangan Cleaning service dan menatap para pekerja di sana. Ia segera menunjuk tangannya ke arah Shinhye.

"Mwo? Tapi Staf Kang, ruangan itu baru saja di bersihkan tadi pagi." Jelas seorang pekerja yang berada di samping Shinhye. Ia jelas ingat tadi pagi ia sendiri yang membersihkan ruangan CEO mereka.

"Benarkah? Tapi kenapa Presdir ingin ruangannya di bersihkan lagi? Sepertinya kerja kalian tidak bagus, makanya ia menyuruh kalian membersihkannya lagi."

"Baiklah, Staf Kang, aku akan ke sana." Shinhye segera berdiri dan mengambil alat-alat untuk pembersihan. Ia segera berjalan menuju lift dan menekan nomor teratas di lift itu.

__________

Tok... tok..

"Masuk!" Ucap Yonghwa dan segera mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Untuk sesaat ia terdiam saat melihat wanita yang berada di pintu itu. Ia menatap lekat pada mata bulat dan bibir wanita itu. Mata dan bibir itu mengingatkannya pada seseorang.

Shinhye menelan ludahnya dengan keras saat pertama kali melihat Presdir mereka. Benar yang Semi katakan padanya bahwa Presdir mereka sangat tampan dan muda. Mungkin seumuran dengannya.

Shinhye dengan gugup berjalan sedikit ke depan dan menundukkan kepalanya.

"Maaf Presdir, saya di tugaskan untuk membersihkan ruangan ini." Shinhye beberapa kali menundukan kepalanya saat mendapat anggukan kepala dari Yonghwa. Ia berjalan ke sudut ruangan dan mulai mengepel lantai dalam diam. Ia tidak menyadari bahwa Yonghwa terus menatap ke arahnya. Yonghwa benar-benar penasaran dengan Cleaning service yang ada di ruangannya saat ini, karena wanita itu mengingatkan ia pada wanita yang di cintainya..

Setelah menyelesaikan mengepel, Shinhye segera mengambil kain lap dan mulai membersihkan lemari dan sofa yang ada di sana. Semenjak ia masuk ke ruang CEO itu ia merasakan jantungnya berdetak dengan kencang, Shinhye benar-benar tidak mengerti kenapa bisa seperti itu.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Shinhye segera beranjak ke arah pintu tapi, langkahnya terhenti saat mendengar Presdir tampan itu memanggilnya untuk tidak keluar terlebih dulu. Shinhye mematuhi dan berbalik kembali menatap CEO itu.

Yonghwa menatap Shinhye intens dan berdeham. "Kau, sudah berapa lama kau bekerja di sini?" Tanya Yonghwa, dan merasa aneh dengan jantungnya yang terus berdetak cepat saat melihat mata bulat itu.

Shinhye tersenyum gugup menatap Yonghwa, "Saya sudah 1 tahun bekerja di sini Presdir."

"Ah begitu, ya sudah kau bisa keluar dari ruanganku." Shinhye hanya menganggukan kepalanya dan segera keluar dari ruangan itu. Ia merasa aneh dengan pertanyaan CEO baru itu.

_______

Pukul 7 malam Shinhye pulang, ia membawa bungkus makanan untuk makan malam bersama eomma-nya. Shinhye segera membuka pintu lalu mencari keberadaan eomma-nya.

"Eomma! Ayo makan malam, aku membeli makanan favorit Eomma." Shinhye berjalan menuju meja makan dan menyiapkan makan malam mereka. Setelah duduk tenang di depan meja makan, Shinhye mengerutkan dahinya bingung, karena eomma-nya belum juga muncul di dapur.

Merasa sangat khawatir Shinhye akhirnya pergi ke kamar Nyonya Park. Ia membuka pintu dan langsung terdiam saat melihat eomma-nya sudah tergeletak tak berdaya di dekat ranjang.

"Eomma! Andwee! Eomma tolong bangunlah." Shinhye terus menggoyangkan bahu Nyonya Park. Tapi Nyonya Park sama sekali tidak membuka matanya.

___________

"Maaf Nona Park, kita harus segera melakukan operasi pada eomma anda sesegera mungkin, kalau tidak di operasi saya takut nyawa eomma anda tidak bisa tertolong." Shinhye menatap dokter itu tidak percaya di waktu yang sama ia juga bingung untuk mencari uang di mana?

"Dokter, saya mohon selamatkan eomma saya, lakukan operasinya sekarang. Saya berjanji akan mencari uang untuk biaya operasinya." Shinhye memohon di hadapan Dokter itu. Ia tidak ingin eomma-nya pergi meninggalkannya sendirian. Ia akan melakukan apa pun untuk eomma-nya.

"Nona Park silahkan isi folmulir pasien dan membayar setengah dari uang operasi."

Shinhye menundukan kepalanya dan berjalan dengan lesu ke arah administrasi. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia bingung karena tidak mempunyai biaya untuk operasi eomma-nya.

Saat sudah berada di tempat administrasi Shinhye segera menatap petugas di depan meja. Banyak yang ia pikirkan saat ini, apa bisa ia menunda pembayaran terlebih dahulu dan besok pagi baru akan membayarnya? Tapi di mana ia bisa mendapat uang sebanyak itu dalam 1 malam? Ia menghela napas dan mulai berbicara dengan petugas yang ada di hadapannya.

"Maaf boleh saya bertanya?"

"Silahkan Nona, ingin menanyakan apa?" Petugas itu tersenyum pada Shinhye.

"Saya ingin menanyakan biaya untuk operasi eomma saya, apa bisa uangnya besok pagi baru di bayar?"

"Saya benar-benar minta maaf Nona tapi, uang untuk operasi setidaknya harus di bayar setengah terlebih dahulu. Kalau tidak di bayar, operasi itu akan di tunda sampai Nona memiliki uangnya." Ucap petugas itu. Dan itu membuat Shinhye semakin bingung. Tapi, beberapa saat ia teringat bayaran di iklan yang ia baca tadi pagi. Iklan uang seratus juta dolar itu. Apa aku melakukan itu saja untuk biaya operasi eomma? Batin Shinhye. Walaupun ia merasa iklan itu sungguh tidak masuk akan tapi demi eomma-nya, ya demi eomma-nya Shinhye rela melakukan apa pun. Shinhye menganggukan kepalanya, ia sudah bertekat akan melakukan itu walau mengorbankan harga dirinya.

Shinhye segera keluar dari gedung rumah sakit. Ia menghentikan taksi dan mengantarnya ke tempat lampu merah tempat ia berhenti tadi pagi. Saat sudah sampai di sana Shinhye mencari kertas yang ia buang tadi pagi dan untungnya kertas itu masih ada di sana. Shinhye membuka kertas dan membaca alamat yang tertera pada kertas itu.

Sesaat ia merasa ragu. Haruskah ia melakukan itu? Shinhye menggelengkan kepalanya beberapa kali.
Tidak mungkin ia melalukan itu. Itu pekerjaan yang sangat gila tapi, ia juga tidak tahu harus mencari uang dimana. Haruskah ia menelepon Semi dan mencoba meminjam uang pada Semi? mungki, ya munkin saja Semi mempunya uang itu.

Shinhye mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan segera menghubungi Semi, beberapa saat Semi langsung mengangkat teleponnya.

"Ya, Shinhye, ada apa? Tanya Semi di seberang telepon.

"Semi-ya! Apa kau mempunyai uang 16 juta won? Kalau ada bisa meminjamkannya padaku?"

"Mwoo! Yya, kau pikir aku ini orang kaya Shinhye-ah? Aku tidak punya uang sebanyak itu. Lagi pula untuk apa kau uang sebanyak itu?"

Shinhye menghela napas gusar, "Eomma-ku masuk rumah sakit Semi-ya dan aku membutuhkan uang itu untuk operasi eomma." Jelas Shinhye, mencoba menahan air mata yang ingin keluar dari pelupuk matanya saat memikirkan eomma-nya.

"Ya Tuhan..." Semi membekap mulutnya kaget. Ia sangat tahu sakit yang diderita Nyonya Park tapi ia tidak mengira akan separah ini. Ia ingin membantu tapi ia benar-benar tidak memiliki uang sebanyak itu. "Mianhae Shinhye-ah, aku benar-benar tidak memiliki uang sebanyak itu."

Lagi-lagi Shinhye menghela napas panjang. "Tidak apa-apa Semi-ya. Sudah dulu neh aku harus melihat eomma-ku dulu." Bohong Shinhye dan segera mematikan sambungan telepon.

"Tuhan... bagaimana lagi aku harus mendapatkan uang sebanyak itu?" Shinhye memejamkan matanya, meremas kertas yang ada di tangannya kemudian menganggukan kepalanya. Ia memang tidak punya pilihan lain. Satu-satu cara untuk mendapatkan uang itu hanya dengan melakukan pekerjaan itu.

_________

                       -TBC-

Hai-hai harap vote ya 😊😊🙏

I Want a Baby (Complete) : [Sudah Terbit] ✔Where stories live. Discover now