Section 3 - Problem From DC

27.9K 1.7K 135
                                    

Section 3 - Problem From DC

Aku melempar alarm yang baru saja kubeli seminggu lalu sekeras mungkin karena menulikan telingaku. Aku mendengar bunyinya yang terbentur mengenai dinding kamarku, lalu suara pecahan alarm tolol itu. Aku mengerang kesal, menutup wajahku dengan bantal sehingga sinar matahari yang masuk kedalam kamarku tidak mengganggu tidurku.

Matahari sialan. Pagi sialan. Senin sialan.

Aku bukan tipe manusia pagi yang akan bersenandung bahagia saat pagi tiba. Aku adalah tipe orang yang menggerutu sepanjang pagi dan menghancurkan segala sesuatu yang mengusik tidurku. Kenapa harus ada hari Senin didunia ini? Bukankah hidup ini lebih indah dengan hanya hari Jumat, Sabtu, dan Minggu?

"Kak, sudah jam 7!" Aku mendengar suara Blake membuka pintu kamarku lebar-lebar, lalu berjalan pergi.

"Paling tidak tutup pintunya lagi, Blake!" teriakku marah, melempar bantalku kearah pintu. Aku mengerang frustasi, mengambil ikat rambut yang tergeletak disampingku dan mengikat rambut pirangku yang sudah sebahu. Aku turun dari tempat tidurku, dan melihat alarm baruku itu sudah tidak bernyawa.

Sepertinya aku harus membeli alarm baru lagi setelah ini.

Aku berjalan dengan malas keluar dari kamarku dan melihat Serena Blake Parker dengan seragamnya sedang memainkan ponsel. Namanya memang Serena, tetapi karena terlalu panjang, aku lebih senang memanggilnya dengan nama tengahnya, Blake. Rambut hitam Blake yang ikal dibiarkan tergerai panjang. Dia tertawa pelan ketika membaca sesuatu di ponselnya, dan aku hanya memutar mata pelan. Umurnya sudah 16 tahun sekarang dan setahuku, temannya sangat banyak dan dia cukup populer disekolah.

Dia sama saja denganku. Semua orang disekolahku dulu mengenalku, tetapi yang dekat denganku hanya Avery, Ellie, dan Jaxon. Kami berempat tidak terpisahkan dan selalu bersama-sama. Beberapa laki-laki dikelasku, maupun seniorku, juga jelas-jelas menyukaiku, tetapi selalu mundur setelah tahu kalau Avery juga menyukaiku.

Jangan kira Avery itu jelek atau apa karena aku menolaknya sampai 4 kali, oke? Dia ganteng. Sangat ganteng malahan. Rambutnya berwarna coklat tua dan matanya berwarna hijau, hampir sama seperti papa, namun warna mata Avery lebih terang. Tubuhnya atletis dan aku bisa merasakan ototnya setiap kali aku memegang lengannya. Dan poin terakhir yang membuat semua perempuan iri padaku. Avery kaya. Baca: sangat kaya. Dia menyebut mansion super besar yang berada dipinggiran kota miliknya itu rumah.

Hello? Siapa perempuan yang tidak menginginkan laki-laki seperti Avery Reynlods? Well, aku juga menginginkannya, oke? Tetapi bukan karena itu aku menyukai Avery. Aku menyukainya karena dia selalu berada disisiku, kapanpun itu. Dia selalu ada ketika aku membutuhkannya. Dia melengkapi kekuranganku, dan aku melengkapi kekurangannya. Aku sangat mencintai Avery Reynolds.

"Mmm... kak, sepertinya telurnya gosong," ujar Blake, menyadarkan lamunanku.

Aku melompat kecil, melihat telur yang sedang kugoreng sudah berwarna hitam. Aku menggeram kesal, lalu mengerling pada Blake yang sibuk dengan ponselnya lagi. "Terima kasih buat peringatan terlambatnya, Blake."

"Sama-sama," sahut Blake cepat, tatapannya tetap pada layar ponselnya. "Nanti malam ada pesta ditempat temanku, kak! Aku akan pulang malam, malam ini!" ujarnya sambil terkikik pelan lalu mendatangiku dan mengambil satu telur yang berhasil tidak kugosongkan.

"Bulan ini kau sudah ke pesta temanmu tiga kali, Blake. Jatahmu sudah habis kalau hari ini kau pergi," ujarku mengingatkannya. Peraturan ini bukan aku yang buat. Aku tidak akan ambil pusing kemanapun adikku ini pergi. Ini peraturan yang dibuat mama untuk Blake, dan juga padaku saat aku masih SMA. Aku sebagai kakak yang baik hati, harus menjaga adikku baik-baik.

Wanting My BrotherWhere stories live. Discover now