Section 7 - Naked Jayden

24.3K 1.2K 81
                                    

Section 7 â Naked Jayden

Aku membuka mataku dalam sekejap, merasakan sinar matahari menyilaukan mataku. Aku mengerang pelan. Rasanya perutku mual, dan kepalaku pusing. Aku benar-benar ingin muntah sekarang. Aku berdiri dari tempat tidurku dengan susah payah. Damn. Seharusnya aku tidak mabuk gila-gilaan kemarin malam. Aku bisa sampai kekamarku sendiri saja aku tidak ingat bagaimana kejadiannya.

Ya Tuhan, Sev. Belajarlah dari kesalahanmu dan jangan lakukan hal bodoh lagi. Ingat. Catat dalam otakmu baik-baik, tidak boleh mabuk lagi. Ingat batasan! Aku menggeleng kepalaku kesal. Untung saja aku masih bisa bangun pagi ini.

Pagi ini?

Aku segera menoleh melihat jam baru disampingku. Rasanya jam ini belum berdering dari tadi, dan aku sangat beryukur melihat jam yang masih menunjukkan jam 5 pagi. Aku menghela nafas panjang. Aku segera berjalan menuju kamar mandi untuk melihat penampilanku. Rambut pirangku lusuh dan make up-ku belepotan. Terusan yang kupakai kemarin sudah terlihat berantakan. Great. Aku memutar mata kesal, dan merasakan isi perutku ingin keluar sekali lagi.

Aku buru-buru keluar dari kamar mandi, meraih ponselku dan keluar dari kamar. Aku harus membuat kopi segera kalau pagi ini ingin sampai ke tempat kerja dengan selamat. Aku sampai dikounter dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air dan bubuk kopi. Aku mengadukkan kopiku sambil mengecek ponselku.

Alisku terangkat ketika melihat sebuah pesan terkirim tadi pagi. Jam 1 pagi. Kemana aku mengirim pesan itu? Aku menyesap kopiku yang masih panas, dan melihat pesan yang terkirim ke . Oh aku mengirim pesan ke Jayden. Aku mengangguk pelan dan menaruh cangkir diatas meja kounter.

Mataku melebar, dan aku hampir menyemprotkan kopi didalam mulutku. Jayden!? Jayden Wilson? Apa yang kukirim padanya jam 1 pagi? Aku segera membuka isi pesan tersebut. Sebuah gambar! Aku membuka gambarnya dan melihat diriku difoto dari belakang, dan bokongku yang jadi fokus gambar itu. Wajahku menoleh kearah kamera, dan aku mengacungkan jari tengahku.

Ya Tuhan. Aku pasti sangat mabuk saat itu! Dan ada yang masalah yang lebih gawat! Aku mengirimkannya ke Jayden! Buat apa aku mengirim hal semacam itu padanya? Aku segera mengedarkan pandanganku kesekeliling. Seharusnya Jay masih tidur sekarang. Yang perlu kulakukan sekarang hanyalah masuk kedalam kamar Jay, dan mengambil ponselnya. Lalu menghapus pesan itu! Aku langsung menoleh kearah pintu kamar Jay, dan menyipitkan mataku. Aku tidak boleh gagal kali ini. Aku sudah sampai didepan pintu kamar Jay, dan menghela nafas panjang. Mulai!

Aku membuka pintu kamarnya perlahan, hingga tidak menimbulkan suara. Aku memasukkan kepalaku terlebih dahulu kedalam kamarnya, dan melihat Jay masih tidur. Aku segera masuk kedalam kamarnya, mengendap-endap berjalan menghampirinya. Ponsel. Kalau ponsel seharusnya berada di meja nakas, atau di tempat tidur. Aku menyipitkan mataku, berusaha membiasakan diri dengan kamar Jay yang gelap.

Sesuatu berkedip merah diatas meja nakas Jay, dan aku langsung tersenyum senang. Aku meraih ponselnya, dan langsung membuka pesannya. Aku melihat pesan dariku masih belum dibuka! Thanks God! Aku segera menghapus pesan terkutuk itu dan menaruh ponselnya kembali diatas meja nakas.

Aku menghela nafas lega dan pandanganku beralih pada Jay yang masih tertidur. Aku tertarik ketika melihat wajah polos Jay yang tertidur. Entah bagaimana, dia terlihat murni dan inosen didalam tidurnya. Sama seperti Jay-ku yang dulu. Aku tidak sadar betapa lama melihatnya tertidur, melihat dadanya naik dan turun bernafas. Bagaimana bulu matanya bergetar pelan, dan bibirnya bergerak didalam tidur. Aku tersenyum hanya melihat hal sederhana seperti itu.

"Berapa lama lagi kau akan melihatiku tidur, Sev? Sudah berganti porfesi jadi stlaker?" tanya Jay tenang dengan mata masih tertutup.

Mataku melotot menatapnya tidak percaya. Jadi dari tadi dia sadar aku melihatinya? Oke, Sev. Cari alasan. Berpikir. Berpikir. "Eh â aku lagi mencari kunci mobilku. Aku tidak berani membangunkanmu, jadi aku hanya, ya, melihatmu," jawabku. Oke. Awkward. Tidak berani membangunkan, jadi hanya melihatimu seperti seorang stalker? Bravo, Sev. Kau tidak pintar berbohong.

Wanting My BrotherWhere stories live. Discover now