Demian merasa heran, Denta bisa bertahan ditempat ini? Meskipun memang ia penguasa salju tapi sekali-kali seharusnya pria imut itu mencoba mengelilingi Planet EXO ini sama seperti dirinya. Memiliki banyak pengalaman berpetualang sungguh membuatmu akan mengerti tentang banyak hal, bagaimana cara menghadapi beragam jenis makhluk dan yang terpenting adalah mengetahui seberapa besar kekuatan Czar yang merupakan jenis makhluk serakah nan kejam. Dan petualangan yang menurut kakeknya cukup tak penting itu, mengantarkannya pada Zakline dan membuat sebuah sekutu untuk membasmi makhluk kejam seperti Czar. Demian cukup lega karena bukan hanya dirinya saja yang berjuang saat ini untuk menghancurkan Czar.

Demian tersenyum saat mengingat pertemuannya dengan ketiga gadis unik itu dan saat Sinb menantangnya bertarung, memandangnya dengan emosi dan akhirnya membuat gadis itu menunjukkan kekuatannya.

"Ah, Reika dimana dirimu?" Lirihnya, harinya berubah suram meskipun ia tak tinggal di tempat bersalju ini. Biasanya mereka akan saling berdebat satu sama lain untuk mendebatkan bahkan sesuatu yang tak penting.

"REIKA! REIKA! APA KAU MENDENGARKU!" Teriak Demian

Tak jauh beberapa meter, Sinb melihat Demian tapi Demian tak dapat melihatnya karena ruang virtual yang tak mampu mereka lihat. Sinb menitihkan air matanya, saat ia dapat melihat Demian tapi tak mampu memanggilnya atau pun menyentuhnya.

"Kau menangis? Kenapa? Kau menyukainya?" Tristan bertanya dengan dingin, Sinb tak menghiraukannya. Gadis ini nampak berusaha memikirkan suatu cara untuk keluar dari ruang virtual ini.

Sinb mulai menyadari sesuatu dalam pikiran kalutnya. Ia benar-benar melupakan sebuah fakta bahwa dirinya adalah keturunan Lev yang mampu mengendalikan 12 klan ksatria dan tentunya ia dapat mengendalikan ruang virtual ini juga kan? Bodoh! Kenapa baru terfikirkan olehnya, dia tidak pernah mencoba untuk melakukan ini.

Time control dan gravitasi. Dua kekuataan itu, Sinb harus bisa memunculkannya dalam dirinya.

"Ah, kau tidak bisa berbicara kan...Aku lupa itu, harus kah aku membuka penutup mulutmu?" Tanya Tristan dengan seringaianya. Sinb tak berusaha menjawabnya dengan gerakan kepala atau tubuh yang lainnya, ia hanya menghela nafas kesal.

Sinb harus menemukan fokusnya, mengerahkan semua kekuatannya. Ia harus segera keluar dari tempat brengsek ini tapi disisi lain Tristan terus mengawasinya, membuat Sinb juga harus memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian pria ini.

Akhirnya Sinb berpikir untuk menyandarkan punggungnya pada kursi dan menunggu reaksi Tristan. "Bagus, seperti itu. Kau sudah menyerah? Lagi pula kau tidak akan bisa melakukan apapun! Jika mereka menemukan kita, setidaknya Nero bisa menghentikan waktu dan kita bisa pergi dari sini tanpa bisa mereka kejar dan aku akan mengacaukan gravitasi." Ancam Tristan yang jelas membuat Sinb tersenyum dari balik bekapan mulutnya tapi mata Sinb masih menunjukkan sorot lelahnya.

Luar biasa, lama-lama berada di Planet ini Sinb sedikit bisa berakting bukan? Biasanya ia sangat membenci segala bentuk sandiwara tapi disini? Ia harus pandai menyembunyikan semuanya karena tempat ini tak cocok dengan sikapnya yang selalu blak-blakan. Mempertahankan sikap blak-blakannya hanya akan membuat nyawanya melayang karena ditempat ini tak ada peraturan yang mutlak tentang hak asasi manusia seperti dibumi. Siapapun bisa berbuat sesuka hatinya.

Sinb lelah, kesal, marah, sedih dalam waktu bersamaan. Ia pun memejamkan matanya berusaha untuk memusatkan perhatiannya pada satu titik.

BERHENTILAH WAKTU!

Matanya terbuka ketika mendengarkan kesunyian. Matanya membelalak saat ia menyadari semua berhenti.

Waktu telah berhenti dan Sinb dengan leluasa mengerahkan kekuatannya untuk membongkar tali kursi yang menahan perutnya.

THE WAR GALAXYWhere stories live. Discover now