"Lebih baik kau pergi saja dengannya, hidupmu pasti akan nyaman dan bahagia." ucap Jihyo dengan entengnya.

"Jadi... apa kau menjualku?" tanya Irene tidak menyangka.

"APA HAKMU?!" Irene meninggikan suaranya, tak habis pikir apa jalan pikiran Jihyo, bagaimana bisa dia menjual temannya sendiri? Ah mungkin bukan teman.

"Aku tidak habis pikir, ternyata kau setega itu padaku..."

"Tega? Haha... aku tega ya? Hei! berpikirlah sebelum berucap! aku sudah membantumu, mengijinkanmu tinggal di apartement ku selama tiga hari ini dan memberikanmu pekerjaan!" Jihyo melempar bantal sofa itu ke lantai. "Dasar tidak tahu terima kasih! Cih."

Irene benar-benar tak habis pikir, Jihyo benar-benar sudah gila!

Irene tersenyum miring. "Pekerjaan sebagai jalang?"

"Apa masuk akal apa yang kau katakan itu barusan?" Irene menghela nafas untuk mengontrol emosinya.

"Apa hak mu? Apa kau punya hak atas diriku? sama sekali tidak!"

"Dengar baik-baik Jihyo-ssi... Lebih baik aku bekerja sebagai tukang sapu jalanan atau asisten rumah tangga dari pada harus menjual tubuhku untuk para pria brengsek diluar sana!" ucap Irene tajam.

Jihyo tertawa dengan keras. "Halah jangan munafㅡ"

"Maaf aku tidak seperti mu, Jihyo-ssi!" potong Irene cepat.

PLAKK

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Irene.

Irene meringis kecil memengangi pipinya yang panas dan terasa ngilu akibat tamparan Jihyo.

"Sabar Jihyo sabar, jangan emosi, nanti barangku rusak bagaimana?" pria itu menahan, menenangkan Jihyo agar tidak berbuat lebih pada Irene.

"Kau menamparku? Apa kau tidak terima dengan ucapanku? Haha, lucu ya."

Jihyo geram, amarahnya sudah hampir mencapai puncak. "Cepat bawa wanita murahan ini pergi! Dan jangan lupakan janjimu akan nominal itu!"

Pria itu mengangguk, tangannya menarik paksa Irene, membuat wanita itu kesakitan.

"LEPASKAN! APA HAKMU?! BRENGSEK! ARGHH!" berontak Irene.

Pria itu cukup kuat, ia menarik secara kasar dan memasukan Irene kedalam mobil mewah miliknya itu.

Bughh!

"Awww!" ringis pria itu memengangi miliknya.
Kesempatan ini tentunya tidak akan di sia-siakan Irene, ia berhasil kabur.

"HEY!" teriak Jihyo mengejar Irene yang sudah berlari lumayan jauh dari posisinya.

Jihyo dan pria itu mengejar Irene, keduanya nampak sangat marah, apalagi sang pria.

Irene terus berlari dan berlari secepat yang ia bisa, Irene tidak ingin jika mereka berhasil menangkap dirinya.

Tit..tit..tit...

"AAAAAA!"

Syukurlah dirinya masih hidup.

Mobil itu hampir saja menabrak Irene yang sedang berlari tak karuan itu. Jika tidak di rem mendadak mungkin sekarang Irene sudah berada dirumah sakit atau mungkin di alam lain.

"HEY JANGAN LARI!" samar-samar suara Jihyo mulai terdengar semakin dekat.

"ITU DIA DISANA!"

Tak ada pilihan lain, Irene yang sudah mulai kehabisan tenaga dan sedikit syok karna hampir tetabrak itu refleks masuk kedalam mobil yang hampir menabraknya itu. Untungnya mobil itu tidak dikunci.

"Tolong bisa pergi sekarang? Kumohon." pinta Irene panik, pria itu nampak bingung sekaligus terkejut kemudian menyalakan mobilnya.

"HEY! IRENE JANGAN KABUR!" Jihyo mengetuk-ngetuk kaca mobil itu. "Arghh brengsek!" Jihyo menendang mobil ban frustasi saat mobil itu sudah mulai bergerak.

"Ah sial dia berhasil kabur!"

"Jadi, aku batalkan transfernya."

"AㅡAPA?!" ucap Jihyo kesal tidak terima.

"Ada uang ada barang."

"Ini semua salahmu!" tunjuk Jihyo pada pria itu.

"Salahku?" pria itu menunjuk dirinya tertawa remeh.

"Jika kau tidak lalai ini tidak akan terjadi!"

"Kau pikir rasanya enak jika milikmu ditendang?"

"Kau saja yang lemah!"

Sementara itu...

Irene bernafas lega, ia berhasil kabur dari dua orang gila itu.

"Kau? Ah Terima kasih banyak, kau sudah menolongku lagi." ucap Irene menunduk tidak enak karna, karna ia telah merepotkan pria yang baik hati ini. Pria ini sudah menolongnya untuk yang kedua kalinya.

"Sama-sama..." balas pria itu tetap fokus menyetir.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa mereka mengejarmu?" tanya pria itu menoleh sebentar ke Irene.

"Dia temanku sendiri, menjualku. Ah mungkin bukan teman." lirih Irene.

"Hah?" pria itu kaget sekaligus bingung.

Irene pun akhirnya menceritakan apa yang baru saja terjadi.

"Tega sekali dia!" ucap pria itu dibalas anggukan oleh Irene.

"Ah iya, Sebelumnya kita belum berkenalan bukan?"

"Eumm iya?"

"Kim Taehyung, kau bisa memanggilku Taehyung."

"Bae Jo Hyun, kau bisa memanggilku Irene."

"Jauh sekali dari Bae Jo Hyun ke Irene... Namamu bagus. Bangapta Irene-ssi."

"Haha bisa saja, itu nama panggilan orangtuaku untukku dulㅡ Ne nado bangapta Taehyung-ssi."

Seketika wajah Irene berubah sedih kala ia mengingat kedua orangtuanya yang telah pergi meninggalkanya selamanya di dunia yang kejam ini.

"Kau ingin aku antar kemana?"

"Aku turun disini saja." ucap Irene cepat karna sudah merasa aman dan jauh dari keberadaan Jihyo.

"Disini? Apa kau yakin?"

"Iya."

"Seingatku bukan disini? Bukannya diㅡ"

"Itu apartement Jihyo, aku tidak mungkin jika kembali kesana."

"Jadi kau ingin kemana sekarang?"

"Entahlah, aku saat ini tidak punya tujuan."

"Kenapa kau ingin turun disini?"

"Karna aku tidak tau harus kemana."

"Kau tidak memiliki tempat tinggal? orangtuamu dimana?"

Deg

Kalimat terakhir sukses membuat Irene mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya, jika berhubungan dengan orangtuanya ia tidak sanggup menahan air mata itu.

"Kaㅡkau menangis? Apa aku salah bicara? Maafkan aku."

"Orangtuaku sudah tiada." Irene menunduk, dapat Taehyung lihat dari manik mata Irene, terbesit kesedihan yang amat mendalam disana.

"Maaf, aku tidak bermaksud..." sesal Taehyung karna ia tidak tahu sebelumnya.

"Iya tidak apa-apa. Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Aku berasal dari Busan, aku datang ke Seoul karna Jihyo mengajakku, ia menawarkanku pekerjaan dan ternyata itu..." Irene semakin menundukan kepalanya.

Taehyung paham akan maksud ucapan Irene, Taehyung pun merasa iba dan berusaha menenangkannya.

TBC

Hope🙏 Give me Vote and Comment^^

Thankyouu and See you 😘

I'm Sorry ; Kim Taehyung ✓Where stories live. Discover now