1.

13.6K 570 10
                                    

Happy Reading.

*

Spoiler.

Tidak ada yang ingin menjadi bayangan orang lain. Semau pasti ingin menjadi dirnya sendiri. Tapi jika keadaan yang memaksa, apa yang akan kau lakukan? Tetap memilih itu atau kekeh pada prinsipmu. Hubungan yang tersenyumnyi dari balik kata sahabat. Satu tahu dan satu tidak. Kedua sifat yang berbeda disatukan. Apa yang akan terjadi? Jalan buntu! Jalan keluar.

5 tahun bukan waktu yang singkat, apakah keteguhan itu tetap akan bertehan atau terganti dengan keputus asaan. Waktu, biarkan waktu menjawabnya.

Pederitaan yang selalu dirasakan. Apakah ia mampu menahanya atau tetap diam.

Happy Spiler.

*

"Arghhhhh" mata Jimin berkilat tajam saat melihat pemandangan yang begitu ia benci. Disana, dipelaminan wanita yang ia cintai sedang duduk dengan sahabat karibnya sendiri. Marah, muak, kecewa.

2 tahun Jimin mencintai wanita itu dan Jimin mendedikasikan hidupnya untuk wanita itu, tapi lihatlah, ia bahkan tidak bisa menjadikan wanita itu sebagai istrinya, miliknya.

"Kita pergi" Jimin menepis kasar tangan Aliya yang memegang pundaknya.

"Kau temani saja Kakak dan Kakak iparmu. Jangan pedulikan aku" desis Jimin tajam.

"Ania Jimin-ah. Jiia kau ingin pergi aku akan mengantarmu. Keadaanmu sedang tidak baik dan kau bisa celaka nanti" kata Aliya lembut.

"Apa pedulimu?" Tanya Jimin sinis.

"Tentu saja aku peduli. Kau sahabatku" kata Aliya tulus.

"Aku tidak peduli" Jimin pergi dari hadapan Aliya. Sedangkan Aliya hanya tersenyum sambil mengekori Jimin.

*

Disinilah mereka berakhir, di sebuah Club yang begitu banyak pengunjungnya. Club terkenal dan terelit di Seoul. Jimin terlihat seperti seorang pecundang dengan melampiaskan rasa sakitnya pada minuman yang ada didepanya.

"Aku menyedihkan!" Aliya tersenyum dan mengusap pundak Jimin.

"Jika sudah puas kita pulang" kata Aliya.

"Aku tidak mau! Kau pulang saja sendiri" ketus Jimin.

"Kau sudah mabuk Jimin-ah!" Ujar Aliya.

"Aku tidak peduli. Pulang saja sana" Aliya hanya menggelengkan kepalanya kesal dan menarik Jimin yang sudah tidak bisa apa-apa dari meja bertender.

"Ini bayaran untuk minuman keparat ini Oppa" kata Aliya pada Sehun.

"Kau tidak mau kubantu?" Aliya menggeleng.

"Tidak, terima kasih" Aliya memapah Jimin dengan kesusahan. Dia memang biasa memapah Jimin tapi untuk ukuran tubuh besar Jimin ia belum bisa terbiasa.

"Jangan banyak gerak" kesal Aliya pada Jimin.

"Aku mau minum" kata Jimin.

"Nanti saja. Kita pulang dulu" kata Aliya.

"Hah sekarang" Aliya tetap melanjutkan perjalananya.

"Aliya!"

"Hem!"

"Sakit" lirih Jimin.

I Do Not Want To Go! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang