Chapter - 5

1K 113 2
                                    

Saat ini aku, Percy, Piper dan Annabeth sudah berkumpul di depan sebuah gerbang yang katanya merupakan ‘portal’ yang akan menghubungkan kedua perkemahan. Portal ini mengandalkan energi magis dari anak Hecate serta didukung dengan beragam perkakas ajaib milik kabin Hepaestus. Leo secara pribadi membuat portal ajaib ini.

“Ermm.. Bagaimana rasanya Teleport?” tanyaku sedikit takut karena ini kali pertamaku menggunakan Portal ini. Bukan berarti bahwa yang lain sudah pernah menggunakannya.

Portal ini dinamai Valdezieport—kau kenal Leo kan?—dan baru selesai sekitar dua minggu yang lalu. Ini merupakan salah satu proyek besar Perkemahan Campuran. Sejauh ini belum ada yang berani menggunakan teleport ini termasuk Leo dan Percy.

“Rasanya mungkin seperti ada sesuatu yang membuatmu cair dan kemudian memadatkanmu kembali.” Kata Leo dengan penuh keyakinan. Yah, dia sih boleh-boleh saja yakin, lah aku?

“Kau yakin ini aman?” tanya Annabeth dengan dahi yang mengerut.

“Aku sangat bisa menjamin 100.. Eh tidak, 70%!” Leo sedikit terbata.

Aku menyipitkan mataku dan kemudian menggeleng tidak percaya.

“Berapa persentase kami akan tersesat dan kemudian menghilang? Apa efek buruknya?” tanyaku lagi.

Sungguh, ketika kau akan dijadikan sebuah kelinci percobaan untuk pertama kalinya, tentu kau akan merasakan hal menggelisahkan ini. Dan aku akui, hal ini sangat menyebalkan.

“Um.. Sangat besar. Kalian itu kan sekumpulan Demigod Dewa dan Dewi Mayor. Monster ataupun makhluk jahat sedang berlomba-lomba menyabotase perjalanan kalian.” Kata Leo sambil menggaruk tengkuknya. Aku mendengus tidak percaya.

“Aku benci harus mengakuinya, tapi aku rasa Leo benar.” Oh bagus lah, pemimpin kami bermuran durja saat ini.

Leo hanya nyengir dan memasang wajah bersalah. Aku menggeleng pelan dan kemudian kembalu menatap gerbang portal yang akan menghubungkan kedua perkemahan.

Dalam dua detik aku memikirkan riwayat hidup singkatku. Yah, demi nama Olympus aku akan menerima semua garis yang ditakdirkan para Moraire.

“Ayo berangkat.” Ajakku kepada mereka yang malah terdiam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dapat kurasakan bahwa saat ini mereka diliputi oleh keraguan.

“Hei Valdez,” sebelum memasuki portal Percy berbalik dan menghadap Leo. Aku pun ikutan berbalik dan memandang Leo, begitu pula Annabeth dan Piper.

“Ada apa Bung?” Leo menaikkan sebelah alisnya sebagai tanda tanya.

“Kalau sampai Annabeth dan Alleanna terluka karena perjalanan portal ini, akan kuyakinkan kau mendapatkan ganjarannya.” Ancam Percy dengan suara datar dan rendah. Aku dan Annabeth saling melirik untuk sedetik lalu kami sama-sama mengulum senyum.

“Jangan khawatirkan aku, dasar Otak Ganggang. Aku tidak selemah itu.” Annabeth menepuk belakang kepala Percy. Aku tersenyum di belakang mereka berdua.

“Yah tidak mungkin aku tidak khawatir tentang kedua gadisku ini. Sulit.” Protes Percy lembut.

“Oke baiklah, dan aku tidak ada yang mempedulikan di sini, bagus sekali.” Sindir Piper merasa bahwa hanya aku dan Annabeth yang diutamakan. Aku tertawa pelan dan mengamit lengan Piper.

“Tenang Pipes, aku yakin Jason akan membalaskan bagianmu.” Candaku sambil menyenggol lengannya.

Piper hanya tertawa sarkatis tanda meremehkanku. Aku nyengir kuda dan mengacungkan dua jariku tanda damai.

“Baiklah, silahkan Tuan Jackson masuk duluan dan kemudian disusul oleh Nona Leighton, Nona McLean dan yang terakhir Nona Chase.” Kata Leo santai seperti seorang yang mengatur antrean karcis.

“Mengapa harus aku yang duluan?” tanya Percy kebingungan.

“Ah, karena kau yang paling sedikit nilai berharganya. Jika kau hilang, masih ada Jason atau Lean yang dapat menggantikan posisimu.” Kata Leo enteng.

“Oh jadi karena itu aku setelah Percy, maksudmu aku hanya sedikit lebih penting daripada Percy ketimbang dengan Piper atau Annabeth? Iya, begitu?” aku bersungut-sungut sekarang.

“Aish bukan begitu, Non. Maksudku menempatkanmu dibelakang Percy agar kau bisa menyelamatkannya sebelum ia terlalu jauh.” Leo mengacak rambutnya frustasi.

Aku menyipitkan mataku dan memandangan Leo dengan tatapan mengintimidasi. Leo hanya menunduk dan memainkan sabuk perkakasnya dengan gugup. Well, siapa sih yang tidak gugup diberikan tatapan maut?

“Siap untuk berangkat?” sekali lagi Leo bertanya kepada kami.

Kali ini kami mengangguk berbarengan. Haha, jika portal buatan Leo ini gagal, sudah pasti Misi mengerikan itu tidak akan sempat kami taklukkan. Mati muda mungkin ada manfaatnya ya?

Percy berjalan pelan dan kemudian masuk duluan. Ia menunggu sesuatu hingga saat Leo menekan sebuah tombol dan menarik sebuah tuas yang membuat Portal tersebut berwarna pink cerah. Aku tersentak dan mundur selangkah.

“Eh? Eh? Apa ini?” Percy ketakutan saat memandangan bahwa bagian tubuhnya memudar menjadi serpihan bubuk kecil. Aku membelalakkan mataku terkejut. Annabeth mencengkeram tanganku dengan erat.

“Valdez, aku akan membunuhmu apabila aku terbunuh dalam perjalanan ini!” teriak Percy dan kemudian hilang tersedot ke dalam sebuah lubang.

Aku termenung selama beberapa detik dan kemudian aku berjengit. Aku memandang ngeri ke arah Annabeth dan ia membalas dengan pandangan yang serupa.

“Valdez! Kau apakan Percy?!” pekikku dan kemudian mengguncang tubuh Leo.

‘Ini bahaya,’ pikirku dan kemudian mengambil satu langkah ke depan untuk sekedar mengecek apa yang sekiranya ada di dalam portal tersebut. Namun nihil. Aku hanya dapat melihat pusaran cahaya berwarna pink dengan taburan kerlipan di sekitarnya.

“Haruskah aku menyusulnya?” tanyaku panik ke arah mereka bertiga.

Annabeth sudah sangat kalut sehingga ia hanya bisa duduk dan terdiam sambil meremas rambutnya. Aku agak prihatin melihat kondisinya seperti itu. Jelas sekali bahwa ia sangat menyayangi Percy. Aku bersyukur Kakakku memiliki orang seperti Annabeth yang mencintainya.

“Eh Lean, lebih baik kita tunggu beberapa menit lagi. Aku harus memastikan sesuatu.” Piper menahan lenganku dan menarikku kembali ke dekatnya.

Aku panik bukan kepalang. Hei, Kakakku sekarang tersedot ke sebuah Black.. Eh? Pink Hole dan menjadi butiran debu! Sekali lagi aku tegaskan! Ia tersedot!

“Sebentar. Aku ingin menghubungi Jason.” Kata Piper entah bagaimana dapat menyemprotkan air dari botol parfumnya dan kemudian melempar sekeping Drachma Emas.

“Pipes, ini bukan waktunya untuk mesra-mesraan! Percy tersedot!” Annabeth berteriak tepat di depan wajah Piper.

Piper hanya membenamkan giginya ke bibir bawahnya dan kemudian mendesis mengisyaratkan kami untuk diam. Wah, benar kemampuan Charm Speaknya meningkat bahkan tanpa melalui kata-kata. Spontan saja aku dan Annabeth terdiam.

“Jason Grace, Perkemahan Jupiter.” Seru Piper dengan lugas.

Biasan cahaya muncul dengan samar-samar, mungkin parfum yang disemprotkan Piper kurang. Aku kemudian dapat mendapati sosok Jason di layar.

“Jase, apakah Percy sudah tiba di sana?” tanya Piper tanpa basa basi. Oh, ternyata ia ingin memastikan hal ini. Aku mendadak merona karena menahan malu sudah berspekulasi buruk tentangnya. Duh bodohnya aku.
“Percy? Dia baru saja tiba dua menit yang lalu. Hei, apakah kalian kemari para gadis?” Jason menjawab sambil menyingkirkan tubuhnya dari layar dan menampakkan Percy yang terlihat mual.

“Oh Puji Dewa Zeus.” Bisik Annabeth pelan dan kemudian ia merosot ke tanah. Aku pun mendesah lega dan kemudian mendengus kesal.

“Percy selamat, saatnya kita mencoba.” Seru Piper sambil membuyarkan pikiranku. Ia menarik lenganku dan kali ini aku tidak menolak. Apapun yang terjadi aku harus segera menyusul Percy.

“Sepertinya Percy mengalami mual yang sangat parah.” Bisik Annabeth di telingaku. Aku mengangguk pelan.

“Jadi sepertinya ini akan menjadi perjalanan lintas udara. Percy sangat membenci perjalanan udara.” Aku balas berbisik. Annabeth menatapku dan kemudian memandang lurus ke arah portal.

“Leo, kami tidak akan pergi jika tidak berbarengan. Bisakah kami melewati portal itu berbarengan?” aku tahu Piper tidak berusaha membujuk Leo, ia memerintahkan Leo melalui sihir kata-katanya.

Leo tertegun sebentar dan kemudian ia mengangguk tanda menyetujui.

“Kalian bertiga cukup ramping untuk melewati portal itu secara bersamaan. Kalau begitu, bersiaplah.” Kata Leo mulai memposisikan tangannya di tuas.

Aku menelan ludahku sendiri dan kemudian menggenggam tangan Annabeth dan Piper. Kami bergandengan tangan menunggu hal terburuk yang dapat menimpa kami.

“Are you ready, girls?” tanya Leo untuk yang terakhir kalinya.

Kami bertiga mengangguk mantap. “As long as I can meet Percy, I’m ready.” Ujar Annabeth dengan penuh keyakinan.

Dan itu lah kalimat terakhir yang aku dengar sebelum sesuatu menyedotku dan mengaburkan tubuhku menjadi serpihan butiran debu.

* * *

Sorry slow update :'))
Author lagi ujian. Sumpah kelas 9 ini hetic banget :')) jangan ngeluh, tahun ajaran depan SMA :'))
Mau cepat Update? Voments dungs, hehe :3 jangan jadi silent readers.
Karena satu vote dan satu komen itu sanggat berharga❤
Lots of Love❤

Alleanna's Stories (Percy Jackson and Heroes of Olympus Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang