bagian 6

7 3 0
                                    

enam


Kalo ngomongin sequel, jujur aja gue paling kewalahan. Karena satu hal ini bener-bener nguras diri gue. Bayangin situasinya gini: kita buat satu cerita. Kita lanjutin cerita itu penuh perjuangan sampe akhir. Kita tamatin cerita itu. seharusnya kan masalahnya kelar, urusannya kelar tapi kemudian kita harus membuka lagi lembar-lembar baru dan nggak jarang pun harusmengulik cerita yang sudah tamat itu supaya ceritanya berkembang. Kayak kembali ke mantan dan ngenang segala kisah sama dia, padahal kita tahu sama dia tuh udah capek banget. Kemudian "sequel" alias ronde kedua ini dimulai, padahal kita tahu endingnya nggak jauh beda dari yang pertama. Entah putus karena sama-sama egois atau putus karena sama-sama ngerasa nggak cocok.

Tapi dipaksain lagi.

Hmm... maybe gue cuman butuh piknik. Tapi jujur aja, daripada nulis sequel atau cerita baru, tanpa pikir panjang gue pasti milih cerita baru karena di cerita baru, atau sebut aja lebih milih lanjutin hubungan sama mantan atau nyari gebetan lain, ya mending cari gebetan lain. Cerita baru. Sensasi baru. Ending yang baru.

Hahaha.

Intinya sih, kalo satu cerita udah gue putusin bakal ada sequelnya, sudah dipastikan cerita itu harus special banget sampe gue harus nerusin lagi padahal ending yang sebelumnya udah bikin gue pengen banting laptop.

**mungkin balikan sama mantan dan coba menjalin hubungan lagi nggak buruk-buruk amat, asalkan kita tahu taktiknya. Asalkan kita sama-sama belajar dari kesalahan sebelumnya. Maybe.

things you don't understand ✔Where stories live. Discover now