First Kiss

87 21 0
                                    

        "Aku bisa sembuh dengan cepat jika aku bisa menciummu seperti ini terus."

        "Hmm." Hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Yemi sebelum bibir kami bertemu lagi.

        Lembut, hangat dan manis. Aku tidak akan pernah bosan untuk mencium Yemi. Aku pernah mencium perempuan sebelumnya, tapi tidak ada yang pernah bisa mendekati nikmatnya berciuman dengan Yemi. Seolah-olah bibirnya dibuat tepat untukku. Dan mulai sekarang akan kupastikan itu. Bibir itu hanya untukku. Begitu pula pemilik bibir itu.

        Satu tanganku yang masih tertancap infus berada di pinggang Yemi, tangan yang lainnya berada di belakang kepala Yemi, terkubur disurainya yang lembut. Kubawa tubuh Yemi semakin dekat ketubuhku sehingga dada kami bersentuhan. Kedua tangan Yemi semakin erat mencengkeram rambutku. Dan saat itulah kami mendengar suara deheman seseorang.

        Secara otomatis bibir kami langsung berhenti bergerak. Mata kami terbuka. Naega, yang menghadap langsung ke arah pintu bisa melihat dari balik bahu Yemi kalau Chanyeol berdiri disana bersama orang lain, tapi aku tidak bisa melihat siapa itu.

        "Mianhae, kalau kami mengganggu." Aigo, Orang Tuaku.

         Aku bisa melihat Chanyeol yang berusaha keras menahan tawa. "Yeah, Yixing, aku membawa Eomma dan Appa kesini bukan untuk melihat kalian berdua making out sebenarnya."

        Iris Yemi membelalak. Ia belum menoleh jadi Ia tidak tahu siapa yang berdiri disana. Dan mendengar suara Chanyeol, muka Yemi langsung memerah.

        Oh, hell, bukan sesuatu yang aku harapkan saat Yemi bertemu orang tuaku.

        "Eomma, Appa." Sapaku.

        "Halo, Sayang." Eomma tersenyum lembut dan berjalan kearahku, berseberangan dengan Yemi. "Eomma lihat kau sudah baikkan."

        Yemi turun dari ranjang dan kalau tangannya tidak berada digenggamanku, aku yakin saat ini pasti dia sudah berlari keluar dari sini.

        "Ne, begitulah."

         "Hmm, Arasseo." Kemudian, Eomma mencium pipiku. Appa mengikuti langkah eomma, berjalan menghampiriku dan menepuk kakiku perlahan.

        "Aku yakin kau tidak akan lama disini." Aku mendesah mendengar nada menggoda disuaranya. "Apa kau tidak ingin mengenalkan kami dengan yeoja cantik ini?"

         "Eomma, Appa, ini Kim Hyemi, pacarku." Aku tidak bisa menyembunyikan nada bangga dalam suaraku saat aku menyebut kata pacar.

        "Omong Kosong apa ini! Pacarmu?!" Suara Chanyeol menggelegar.

        "Diamlah, Chanyeol!" Aku menggeram. Apa masalahnya?

        "Halo. Tuan dan Nyonya Park." Sapa Yemi sambil mengulurkan tangannya.

        "Oh, Sayang, tidak perlu bilang Tuan dan Nyonya Park. Panggil kami Ahjussi dan Ahjumma. Atau Eomma dan Appa juga tak apa." Senyumku makin lebar mendengar jawaban Eomma.

        Saat aku kembali memandang Chanyeol, ada senyum jahil yang bermain di bibirnya. Tapi yang membuatku terkejut adalah tatapan Yemi yang ditunjukkan pada Chanyeol dan kejahilan itu pun langsung lenyap dari wajahnya. Aku penasaran tentang apa itu.

        "Hyemi, kau tampak sangat kelelahan. Apa kau belum pulang?" Pertanyaan Eomma mengalihkan perhatianku kepada Yemi. Aku tau kalau Yemi tidak pernah pergi dari sini, tapi mendengar orang lain yang bicara membuatku semakin entahlah, damai, bahagia, bangga? Aku bahkan tidak bisa menggambarkannya dengan benar.

Paper Heart | Zhang YixingWhere stories live. Discover now