First Fight

104 23 31
                                    

        Setelah tanpa hasil membujuk Yemi untuk makan malam denganku, akupun pergi ke kantin untuk mengisi perutku. Karena terlalu bersemangat ingin menemui Yemi aku sampai lupa untuk mengisi perutku sendiri.

        Kantin di jam-jam sekarang tidaklah terlalu ramai. Ini memberiku kesempatan untuk memikirkan rencana membuat-Yemi-mengatakan-iya. Tapi sebelumnya aku harus benar-benar mengisi perutku. Ternyata aku amat sangat lapar.

        Segera aku menghampiri konter makanan, mengambil Telur, Kimchi dan Teh. Lalu aku mengambil kursi yang sedikit bisa memberikan privasi.

        Memutuskan langkah apa yang akan aku ambil selanjutnya sangatlah tidak semudah yang aku bayangkan. Aku tidak pernah sebingung ini menghadapi perempuan, well, tidak sepenuhnya benar sih. Tapi aku memang tidak pernah mengalami kesulitan untuk mendekati perempuan. Tapi setelah kupikir-pikir, aku memang tidak mempunyai masalah akan hal itu sama sekali karena aku tidak pernah harus melakukannya.

        Lucu. Sekarang untuk pertama kalinya aku akan melakukannya dan aku tidak tahu harus mulai dari mana.

        Aku mendesah. Ternyata ini lebih sulit dari yang aku kira, jauh lebih sulit. Apakah ada buku diluar sana yang menjelaskan bagaimana membuat wanita jatuh cinta padamu? Mungkin ada, jelas ada. Tapi apakah ada yang sama seperti kasusku ini?

        Argh! Seharusnya aku tidak seperti ini. Maksudku, aku hanya ingin mengajaknya makan malam, itu saja. Aku kan tidak sedang jatuh cinta atau apa.

        Tunggu, jatuh cinta? Apa yang kau pikirkan, Yixing? Dari mana pikiran konyol itu muncul? Aku tidak mungkin jatuh cinta pada Yemi. Tentu saja itu tidak mungkin. Benarkan?

        Sekarang aku benar-benar terdengar konyol dan menjengkelkan.

        Lama berkutat dengan pikiranku sendiri sampai aku tidak menyadari kalau kantin sudah mulai ramai. Itu berarti aku sudah berjam-jam berada disini. Sial. Dan aku belum menemukan cara apapun.

        Huh. Aku pikir aku punya otak yang cukup pintar. Okay, mungkin itu kedengaran sedikit sombong.

        Aku mendesah —untuk kesekian kalinya— sebelum beranjak pergi, kuambil nampan kosongku. Mungkin aku akan bertanya pada Chanyeol atau Sehun. Sehun, Sehun saja. Aku tidak mau mendengar ide konyol dari Chanyeol.

        Aku sudah hampir sampai di depan pintu saat sekelebat bayangan di ujung lorong menyita perhatianku. Bayangan itu, entah bagaimana seolah-olah memintaku untuk menghampirinya. Jadi tanpa pikir panjang akupun mengikutinya.

        "Lepaskan aku!" Suara seorang Yeoja yang aku kenal. Tapi apa yang sedang Ia lakukan? Dan sedang bicara dengan siapa Ia?

        "Oh, ayolah, jangan jual mahal." Kali ini suara Namja. Tapi nada suaranya membuat bulu kudukku berdiri. Bukan karena takut akan orang ini, tapi takut jika orang ini melukai gadis yang sedang bersamanya.

        Yemi.

        "Aku sudah bilang padamu kalau aku tidak tertarik. Apa yang tidak bisa kau pahami dari arti kata itu?"

        "Tapi kau setuju kencan denganku waktu itu. Aku juga menciummu…"

        "Hampir!" Sela Yemi. Aku tidak sadar kalau aku berhenti bernafas sampai Yemi menyela Namja itu. "Kau hampir menciumku. Dan apa kau lupa tentang tamparanku itu?"

        "Hah. Tamparan kau bilang? Itu bukan tamparan. Kau hanya suka bermain kasar."

        Kali ini aku sudah tidak tahan mendengar perkataan menjijikan Namja ini. Dia pikir siapa dia berhak bicara seperti itu dengan Yemi?

Paper Heart | Zhang YixingWhere stories live. Discover now