NAFAS X 16

6.8K 479 7
                                    

"Kenapa mukamu, Rin?" aku menggeleng saja dan duduk bersila di kursi makan, "betem ngunu (bengkak gitu)."

"Kurang tidur," jawabku yang menyendok nasi ke dalam piringku.

"Bijuk iku yo seng elite titik (bohong itu ya yang bagus sedikitlah)," sindir ibu, aku cemberut dengernya. "Wong kamu lho langsung masuk kamar kemaren."

"Kepo," pukasku dan satu getokan nyasar di kepalaku. "Sakit, buk."

"Ojok wani-wani karo kepunden kowe. (Jangan berani-berani sama yang lebih dewasa kamu)." aku hanya cemberut dan memakan sarapanku.

"Halo?"

"Iya, Nes. Udah ijin Bu Ida tadi. Ho'oh, seminggu mungkin." ucapku yang kemudian meletakkan kembali hapeku.

"Kenapa nginep disini?"

"Kok gitu pertanyaannya, buk? Enggak seneng ya anaknya nginep di sini?" tanyaku sarkastik.

"Enggak. Kamu iku udah punya suami, ya pulang sana ke rumah suami."

"Masih numpang mertua, buk." ralatku lirih agar tidak mendapat satu getokan ekstrak lagi. "Rin nginep di sini lama, ya."

"Kenapa? Lagi berantem?" tebak ibu yang jlebnya kok tahu gitu, ya. Jangan-jangan ibu ini mantan dukun.

"Ehm, ya enggak juga sih. Pokoknya Rin mau tidur di sini."

"Yah, anakmu iku yo." ibu bicara dengan ayah tapi jari telunjuknya itu enggak woles banget nunjuk-nunjuk aku.

"Biarin ajalah, buk. Ini kan juga rumahnya." sahut ayah yang the best bijak gitu.

"Aku masuk kamar dulu, buk." pamitku yang enggak selera lagi deh buat makan gara-gara omelan ibu.

Aku mengambil hapeku yang belum aku sentuh setelah menelpon si Anes dan Bu Ida buat ijin pamit enggak ngajar beberapa hari ini. Buset ya, banyak banget chat dari Ilham. Satu chat yang makin bikin aku pengen jambak dia, kalo bisa gorok lehernya juga enggak pa-pa.

Bo-ke
Lo kenapa pulang bareng Adit? Suami lo itu gua.

Masih nganggep dirinya suami? Yakin?

Pelampiasanku jadinya ke hape, dia tergeletakkan menggenaskan di atas nakas lagi dengan pendaratan yang sangat tidak mulus.

"Capek gua sama lo." aku memijat pelipisku sendiri dan kembali berbaring. Kenapa jadi enggak selera makan gini sih? Pake acara pusing kepala ngampelin aku.

***

"

Rin," aku samar-samar denger suara Ilham yang manggil aku, delusi aja kayaknya. "Rin?"

Aku denger tapi kenapa badanku itu lemes banget, ditambah perutku eneknya naudzubillah. Yang bisa aku lakuin cuman kedip-kedip kek anak SD kecentilan.

"Rin, lo kenapa? Ada apa sampe minta anterin pulang ama Adit?" aku tebak ya, si Ilham ada di belakangku deh. Lagi aku pantatin. "Gua ada salah apa ama lo? Kalo ada masalah, ayo kita omongin dan langsung kita selesain hari itu juga."

Kentut kuda. Mulut dusta mulu.

"Rin?"

Aku tuh enggak liat kamu sekarang, rasanya pengen nguntal (makan) kamu.

"Rin?" satu hentakannya yang mendorong tubuhku ke belakang, sumpah sakit banget kepalaku. Rasanya jarum segede pahanya langsung nusuk kepalaku enggak pake babibu nang ning nong. "Rin?"

Crazy Marriage [FINISHED] Where stories live. Discover now