3. We Are Twins

56 5 0
                                    


Jimin

"Oppa... apa kau melihat kaus kakiku?"

"Ani... memangnya kau taruh dimana?"

"Aku lupa." Saerin terkekeh sendiri menjawab pertanyaan dari Jimin. Seperti inilah suasana pagi hari di keluarga Jimin. Selalu saja di mulai dengan kecerobohan dari Park Saerin, saudari kembarnya yang seperti tidak mewarisi sifat gen yang sama dengan Jimin.

"Ck! Sampai kapan kau akan ceroboh seperti itu? Aku kasihan dengan calon suami yang harus punya istri seceroboh ini."

"YAK, OPPA! Kenapa kau selalu mengatakan hal seperti itu?" Saerin bersungut kesal.

"Itu karena aku peduli padamu."

"Cih! Kalau kau peduli sebaiknya kau bantu aku mencari kaus kaki laknat itu sebelum aku terlambat ke kantor."

"Hmmm, aku akan membantumu," balas Jimin pasrah. Lelaki itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Saerin. Gadis itu adalah orang terceroboh yang yang pernah Jimin kenal. Saerin sering sekali meletakkan barang-barang miliknya di sembarang tempat, dan berakhir dengan menyuruh Jimin untuk mencari barang-barang yang tidak berhasil ditemukan Saerin. Walaupun begitu, Jimin sangat menyayangi adik kembarnya itu. Tak akan ada orang yang bisa menyakiti Saerin selama Jimin berada di sisi Saerin.

"Saerin-aa...."

"Nde, Oppa?"

"Apa ini?" Jimin menatap Saerin dengan wajah yang begitu datar. Lelaki itu berhasil menemukan kaus kaki Saerin yang ternyata berada di dalam sepatu Jimin. Ia mengambil kaus kaki itu dari dalam sepatu, lalu mengangkat dan menunjukkannya di hadapan Saerin.

"Kaus kakiku! Oppa, saranghae!!!" Serin menghambur tubuhnya pada Jimin, memeluk Jimin dengan begitu bersemangat. Bahkan ia telah mendaratkan kecupan bertubi-tubi pada Jimin, membuat lelaki itu sedikit jengah dengan tingkah laku adiknya itu.

"YAK! YAK! KUMANHAE!"

"Mian...." Serin terkekeh pelan, lalu mengendurkan pelukannya pada Jimin.

"Kau itu ceroboh sekali! Bagaimana bisa kau hidup tanpaku?" Jimin berdecak, menyilangkan kedua tangannya tepat di depan dada.

"Kalau begitu aku tidak akan hidup. Aku hanya ingin hidup bersama Oppa tercintaku." Saerin menggoda Jimin, mendekatkan tubuhnya pada lelaki itu seraya menujukkan senyuman miringnya.

"YAK! Kau masih bisa bercanda?" satu jitakanku lolos ke kepala Saerin.

"Akhhhhh... appo... oppa!!!" Saerin meringis kesakitan.

"Itu hukuman untuk gadis nakal sepertimu!" ucap Jimin. Saerin mengerecutkan bibirnya, menatap kesal pada saudara lelakinya itu. Jimin tertawa pelan, lalu ia memeluk adik tercintanya itu. Jimin mengelus pelan puncak kepala Saerin yang berhasil terkena jitakan dari Jimin. "Sudah, lebih baik sekarang kau bersiap-siap. Aku akan mengantarmu. Kau tak mau dimarahi bos tampan yang kau suka itu, kan?"

"Oppa!!!" Jimin berhasil kabur sebelum Saerin melayangkan high heels yang berada di rak tepat di samping gadis itu . Jimin tertawa puas melihat adiknya yang sedang kesal itu. Terkadang, menjahili Saerin adalah suatu kesenangan tersendiri untuk Jimin. Wajah kesal Saerin benar-benar menggemaskan. Anggap saja ini adalah bentuk balas dendam Jimin untuk 'kerja keras' lelaki itu mencari kaus kaki Saerin pagi ini.

***

Alunan merdu suara Zayn Malik menemani perjalanan Jimin mengantarkan Saerin menuju ke kantor. Jangan bertanya siapakah yang menyukai pria brewok, bertato nan seksi itu. Tentu saja jawabannya adalah Saerin. Gadis itu sudah lama terobsesi dengan Zayn Malik. Dia bahkan mengatakan akan menikahi Zayn Malik dan merebut sang artis dari kekasihnya, Gigi Hadid. Terkadang Jimin ragu, apakah Saerin benar-benar saudara kandung yang menumpang rahim bersama selama sembilan bulan dengan dirinya? Gadis itu terlalu banyak berkhayal.

Seven Colors of RainbowWhere stories live. Discover now