DIALOG KERETA SENJA

322 0 0
                                    

        Suara piring pecah membahana membuat Vano tersentak dari tidur siangnya. Vano kemudian membuka pintu kamar dan berlari menuruni tangga, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah pecahan piring di samping meja makan, es sirop yang tumpah serta mama yang menangis di pojokan, sementara Papa menatapnya bengis seperti maling yang kepergok. " heh...tidur saja kerjaanmu...", ujar Papa.

" dasar brengsek...beraninya kau menyakiti mamaku...", teriak Vano seraya melempar toples kripik kearah Pria setengah baya tersebut, sukses mengenai wajahnya. Pria itu mengaduh kesakitan, Vano kemudian menarik tangan mamanya dan membawanya pergi dari rumah menggunakan taksi menuju rumah Bukde. Mama tampak shock sementara Vano masih hampir tak percaya dengan kenekatannya tadi, tapi itu semua terjadi karena sebab akibat. Emosinya tak mungkin semeledak itu jikalau Pria itu tak menyakiti mamanya. Vano merasa risih menyebut pria itu sebagai papanya.

" Ma, Vano mau balik ke rumah ambil baju...", ujar Vano seraya merangkul mamanya.

" Vano..jangan kamu sakiti papa kamu, biarkan saja Dia seperti itu..", pesan mamanya khawatir. Vano hanya mengangguk kemudian pergi.

******

Saat Vano kembali ke rumahnya, papanya tak ada di rumah. Vano kemudian membersihkan sisa-sisa pecahan piring dan gelas serta mengepel lantai. Vano kemudian mengemasi baju-baju mamanya dan dirinya, Dia kemudian kembali ke rumah Bukde, di halaman rumah Bukde, Dia melihat Karin, sepupunya sedang memberi makan Chika, kucing anggora peliharannya.

" Karin, Aku mau titip sepedamotorku disini, sama tolong kasihkan koper ini sama mamaku, isinya baju sama kotak safety box beliau..", ujar Vano seraya memakai jaket yang sedari tadi terikat di pinggangnya.

" Vano, memangnya kamu mau kemana ? ", Tanya Karin dengan raut khawatir.

" tolong bilang sama mamaku kalau Aku mau ke rumah temanku..."

" dimana rumah temanmu...? "

" entahlah, Aku tak tahu akan singgah dimana..."

" Vano, jangan-jangan kamu mau kabur ke luar kota..", ringis Karin.

Vano Cuma tersenyum, " Karin, kalau kamu di posisiku kamu pasti bisa ngerti kenapa Aku ingin pergi...", ujarnya kemudian.

" okelah, Aku harap kamu baik-baik aja, jika kamu sudah tenang, kembalilah, oh ya, satu lagi, tolong aktifkan selalu ponselmu...", pesan Karin. Vano mengangguk kemudian balik badan dan menyetop angkot yang kebetulan lewat.

******

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

      Vano belum memutuskan Dia ingin kemana, kepalanya penat dan pikirannya kalut, matanya menerawang jauh, beberapa kali seorang laki-laki yang duduk didepannya meliriknya, Vano menduga laki-laki itu seorang copet yang menyaru sebagai penumpang angkot, Vano lalu membalas tatapan laki-laki itu dengan tatapan bengis, sukses membuat copet itu mati kutu. Saat ini emosi Vano begitu memuncak, siapapun yang macam-macam padanya tak segan-segan Dia bunuh, rasanya Vano ingin menyalurkan segala kemarahannya. Tak lama angkot yang Vano tumpangi melewati Stasiun kereta Pasar Senen, Vano lalu turun. kata hatinya mengatakan sebuah kota ; jogjakarta. Vano merasa di jogja mungkn Dia dapat menemukan ketenangan. Suasana stasiun tampak lengang sore ini. namun antrian di loket pembelian tiket mengular. Vano kemudian mengecek isi dompetnya didalam toilet, terdapat 8 lembar uang seratus ribuan hasil memecahkan celengan, serta dua buah kartu ATM miliknya yang jarak terpakai, Vano mentaksir jumlahnya lebih dari cukup. Vano kemudian pergi ke loket yang antriannya mulai sedikit.

DIALOG KERETA SENJAWhere stories live. Discover now