Dengan langkah pelan, kau berjalan menelusuri koridor. Sampai di depan gym, kau merapalkan doa di dalam hati. Ayolah, sejak kapan kau menjadi penakut seperti ini? Lagipula, membolos (read: kabur) bukanlah sebuah dosa besar. Ahomine bahkan lebih sering melakukannya.

"Hai?" katamu disertai senyum canggung.

"[name]-chan, kau sudah baikkan?" tanya Hinata yang langsung menghampirimu. Kau mengangguk sambil mengulas senyum tipis guna meyakinkan semua jika kau baik-baik saja. Oh tentu, kau sangat baik. Perihal sakit hanyalah sebuah alibi untuk menutupi kejadian sesungguhnya.

Tubuhmu dibungkukkan sembilan puluh derajat, ini tata krama yang baik dan benar, 'kan?

"Sumimasen, aku salah. I'm sorry, I swear I'll never do that again. Aku hanyalah orang asing di sini, tapi aku sudah membuat masalah yang tak bertanggung jawab. Punish me, aku pantas mendapatkannya."

Satu tepukan di bahu membuatmu mendongakkan kepala, Takeda-sensei tersenyum padamu. "Lain kali, jangan diulangi. Kami tahu kau bukan orang seperti itu, seharusnya kami juga sadar jika kau sedang sakit."

Kau tatap raut orang di dalam gym, semuanya tak memberi tatapan intimidasi ataupun menyalahkan. Kau menghela napas lega, semuanya berjalan sesuai dengan perkiraanmu. Mulus, tanpa kendala berarti. Sepertinya Seijuro juga telah menebak apa yang akan terjadi, kau semakin yakin jika ia adalah cenayang yang sesungguhnya.

Senyuman bersalah kau torehkan, meski itu hanya sebuah tipu muslihat. Kau bukan gadis lemah, yang takut akan hal seperti ini. Tutur kata dan ekspresi sangat mendukung dan terlihat bahwa kau benar-benar menyesali hal itu. Padahal, semua itu bohong. Kau tertawa dalam hati menertawakan diri sendiri dan sirat mata percaya dari mereka. Katakan jahat, tapi itu benar adanya. Mereka, telah masuk ke dalam permainanmu.

Kuroo dan lainnya baru saja datang dengan kain handuk terlampir di leher. Ia lantas menaruh atensi pada dirimu yang baru saja tersenyum sendu. "Megane-chan. Kau dari mana?" Tanya Oikawa yang lebih dulu berbicara sebelum Kuroo membuka mulutnya.

"Apa pesanku tidak jelas? Aku merasa tidak enak badan dan kakakku memaksa untuk menetap bersamanya semalam."

"Sekarang kau baik-baik saja?"

"Iya, mungkin?"

Oh, tentu kau baik-baik saja. Bukan fisikmu yang sakit, tapi pikiranmu terus berkecamuk. Jadi, intinya kau baik, meski ada beberapa hal yang membuatmu tidak menjadi sangat baik.

"Ittai!" Kau refleks memegang jidatmu yang baru saja dihadiahi sentilan oleh Kuroo dan tampang menyebalkannya. Adakah menyambut orang yang baru saja sembuh dari sakit dengan sentilan?

"Hadiah karena membuat seisi kamp menjadi panik," ucapnya cuek.

Kau melayangkan tatapan sebal, meski itu tak terlihat karena kacamata yang kau kenakan terlalu tebal hingga membuat matamu tidak terlihat jelas. Melupakan sambutan hangat Kuroo, kau segera berkumpul dengan para gadis.

"[name]-chan, kau sudah merasa baik?" Tanya Yachi. Kau menganggukkan kepala, lalu duduk menyilangkan kaki di dekatnya. "Ya, kurasa begitu."

Suara arahan dari pelatih Nekoma menyeru supaya mereka melakukan satu pertandingan lagi. Tim random, alias, satu tim diisi oleh orang dari sekolah mana saja. Kau menompangkan dagu di kedua lututmu sambil memandangi mereka yang sibuk menentukan tim. Ada yang tampak bersemangat, contohnya saja Hinata dan Bokuto—ya, dua orang ini sangat heboh melebihi supporter. Atau ada yang memilih untuk menepi di pinggir lapangan, namun terpaksa ikut karena ditarik—Akaashi dan Kenma misalnya.

Jika dilihat, yang memainkan permainan kali ini adalah para monster. Kau sulit memperkirakan siapa yang akan menang. Masih dalam posisi menelungkupkan dagu, sesekali kau memejamkan mata karena kantuk melanda tanpa diminta. Suara peluit ditiup menjadi tanda mulainya pertandingan. Kau mendecak, merutukki suasana ribut yang mengganggu tidurmu. Lagi pula, ini gym, bukan tempat penginapan. Ah, rasanya kau ingin segera bergelung di bawah hangatnya selimut.

Bola itu diservice, lajunya meluncur indah seperti sudah dikontrol menggunakan remot. Mirip seperti tembakan three point Midorima yang melesat masuk dengan mulus ke ring lawan. Kemampuan service Oikawa memang tak bisa diragukan, meski tampangnya meragukan. Tidak sampai di situ, block milik Kuroo dan Tsukishima pun terlihat keren. Mirip seperti Murasakibara yang melindungi ring sebagai tugas seorang center.

Semua yang mereka lakukan mengingatkanmu pada para idiot. Tapi, kemampuan mereka tidak ada yang seperti kiseki no sedai. Tentu saja, basket dan boli itu berbeda, how stupid I am. Spike yang dilakukan Bokuto juga keren, mengingatkan dirimu akan dunk. Gerakan yang susah dilakukan karena tubuhmu yang pendek. Kau harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan dunk, dan itu membuat tubuhmu cepat lelah.

Terlalu lama berpikir membuat tenggorokanmu kering, kau mengangkat wajah lalu berdiri hendak mengambil minum. "Kau mau ke mana?" Tanya Yachi yang melihatmu pergi.

"Minum. Aku haus," balasmu singkat.

Dirimu masih fokus dengan pembicaraan, sampai kau tidak menyadari teriakan. Terlambat, bola nyasar itu lebih dulu menghantam kepalamu sebelum kau sempat menghindarinya hingga membuat kacamatamu terlepas. Masalah besar, kau mulai merasa pandanganmu berkunang-kunang. Lalu, semuanya menjadi gelap.[]

TBC

Si rea kena karma (kalo akabane karma sih aq rela). Siapa suruh boong, jadi sakit beneran kan kepentok bola wkwkwk 😂

HIDE AND SEEKWhere stories live. Discover now