[22]

3.7K 653 72
                                    

Vommentnya ya gaes, thx ~ like prev chapter ya, 100 vote baru apdet :p /digebukin

Layar ponsel menampilkan bahwa pesan yang baru saja dikirim sudah dibaca. Kau menghela napas pelan, kau rasa, besok pagi kau harus segera kembali. Rasanya seperti seorang yang tak bertanggung jawab, dan kau benci itu. Gerombolan rusuh baru saja pulang, meninggalkan ruangan yang berantakan. Beruntung, Kagami, Kuroko, Momoi, dan Midorima bersedia membantu membereskannya sebelum pulang. Ya tentu saja, Midorima menyampaikan sedikit wejangan pada para perusuh yang kalian tahu siapa.

Kini, kau bersender di sofa sambil menatap langit-langit yang ditempeli bintang glow in the dark. Menggigit bibir pelan, lalu kembali mengecek chat yang tenggelam karena terlalu banyak broadcast dari OA yang kau add. Miris, pesan sampai ribuan karena spam. Ada yang menarik perhatianmu, ternyata, banyak juga yang mengkhawatirkanmu. Oikawa mengirim banyak pesan yang belum kau buka, begitu pula yang lain.

Padahal, kau hanya orang asing yang kebetulan mampir.

"Sei-nii, antarkan aku ke Nekoma. Sekarang juga."

"Besok saja," balas Seijuro sambil menyesap teh hangatnya lalu melanjutkan kegiatan membaca buku tebal tentang bisnis berbahasa inggris.

"Baiklah, aku pulang. Terima kasih." Kau beranjak pergi, lalu mengambil tas selempang yang kau bawa.

"Ck, keras kepala sekali. Tunggu sebentar," katanya jengah. Ia menutup buku itu dan menaruhnya di atas meja kecil di samping cangkir teh yang isinya sudah dihabiskan setengah.

Seulas senyum kau sunggingkan sebagai tanda kemenangan. Memangnya, hanya Seijuro saja yang bisa keras kepala?

"Kau menyetir?" Tanyamu saat melihat Seijuro membawa kunci mobil bersamanya. Mobil itu pemberian ayah kalian saat genap memasuki usia tujuh belas lalu. "Tentu. Aku sedang malas naik kendaraan umum."

Mobil ini jarang tersentuh dan hanya mendekam di basement apartemen. Untung saja, butler suruhan Seijuro seringkali memanaskan mesinnya. Seijuro lebih sering menggunakan supir dibanding menyetir sendiri. Tipikal seorang tuan muda.

"Di depan gerbang saja. Tidak usah masuk. Sei-nii segeralah pulang," katamu saat mobil yang dikendarai Seijuro mendekati tempat tujuan. Seijuro mengangguk, ia sedang lelah berdebat.

Mobil dihentikan, kau melepas sabuk pengaman yang melilit tubuh agar tidak terbentur jikalau mengerem mendadak atau menumbur sesuatu. Kau mencondongkan wajahmu lalu mencium pipi Seijuro singkat.

"Terima kasih."

Sebelum sempat kau membuka kenop pintu, Seijuro mencekal tanganmu yang membuatmu menoleh menatap ke arahnya. Seijuro mendaratkan bibirnya tepat di bibirmu sekilas. Sangat singkat hingga tak bisa disebut ciuman. "Sama-sama," katanya dengan nada mengejek, jangan lupakan seringai di wajahnya.

"Dasar cabul! Aku pergi, semoga kau tidak mati di perjalanan pulang!"

Kau segera keluar lalu membanting pintu keras. Seijuro terkekeh di tempatnya, ia memegang bibirnya dengan jari lalu bergumam, "Aku 'kan, hanya melakukan kebiasaan lama," katanya heran melihat tingkahmu yang kelewat kesal. Ia pun menginjak pedal gas lalu melesat membelah jalan raya yang tampak lengang sampai hilang ditelan jarak.

Kau mencengkram tali tas dengan kuat, dengan ragu melangkahkan kaki sambil membayangi celotehan pelatih dan lainnya. Ya, kau rasa kau memang pantas mendapat semua itu. Lagipula, bukankah menyenangkan jika mendapat pengalaman baru? Dimarahi, misalnya?

HIDE AND SEEKWhere stories live. Discover now