[16]

4.4K 777 85
                                    

Kali ini, kau merasa sangat pusing, labil, dan sangat kekanakan. Bergelung di balik selimut adalah pilihan yang tepat untuk saat ini. Seperti gadis remaja pada umumnya yang masih bimbang dalam membuat keputusan. Penyesalan memang datang di akhir, kau menyesal ikut datang ke tempat ini dan mengenal mereka.

"Aku merasa seperti pembohong besar saat ini," katamu pada Seijuro yang tengah duduk di kursi meja belajarnya.

"Tak ada yang salah. Di usia kita emosi memang sedang labil dan kurang tepat mengambil keputusan," ujarnya kalem, lalu melanjutkan membaca bacaannya.

"Kau menyesal?"

Kepalamu keluar dari balik selimut. "Penyesalan itu memang ada, tapi percuma untuk menyesalinya. Aku akan tetap bertahan sampai aku menang."

Buku yang dibaca Seijuro ditutup, ia mematikan lampu baca lalu menatapmu lekat. "Ada yang aneh. Kurasa pria tua itu hanya bermain-main denganmu." Ia mendorong kursinya menjauh dari meja, dan mendongakkan kepalanya menatap langit-langit kamar yang dihias dengan taburan bintang yang akan menyala saat gelap.

"Maksudmu?"

"Aku sempat mencari informasi mengenai pergerakannya," jeda sesaat, ia menarik napas dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya. "Ia berada di Inggris, tepat saat kau pergi meninggalkan rumah sampai sekarang. Dan juga tidak ada pergerakan untuk melacak keberadaanmu," lanjutnya.

Kau mendengarkannya, dalam hati kau membenarkan ucapannya. Kau juga telah berusaha melacak pergerakan Ayahmu dan sebisa mungkin menghindarinya. Tak ada hal berarti yang didapat dan kenyataannya kau masih baik-baik saja.

Jika kepingan puzzel ini disusun ... tunggu dulu. Irismu memicing dalam gelap yang hanya bermodal cahaya rembulan, ada satu hipotesa yang masih belum bisa kau pastikan.

Seijuro adalah mata-mata Ayahmu.

"Oyasumi, simpan tenagamu untuk membantai mereka besok. Ah, satu lagi. Kau harus bertanggung jawab karena telah mengajakku kemari. Temui guruku dan bicarakan ini baik-baik."

Kau membalikkan badan dan kembali membungkus diri dengan selimut. Karena udara yang panas, kau merengek memakai AC dan berakhir kedinginan.

"Hm." Seijuro bergumam mengiyakan, lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan menuju kamar miliknya. Saat pintu tertutup, kau terduduk di atas tempat tidur. "Semoga saja dugaanku salah."

•••

Pagi di Nekoma tidak berjalan seperti biasanya, Yachi dan Shimizu tampak bingung karena tidak mendapati dirimu yang biasanya sudah berada di dapur untuk membuat sarapan pagi. Padahal itu karena kau mengeluh lapar lalu terbangun lebih awal dari biasanya.

Mereka mencarimu keseluruh sudut sekolah, namun nihil. Tak ada pesan atau izin darimu. Kuroo bilang, ia sempat berbincang denganmu semalam. Oikawa bilang, ia sempat berpapasan dan bertegur sapa semalam. Wajahmu saat itu hanya dalam kondisi datar seperti biasa, sulit untuk menebaknya.

"Megane-chan pintar membuat orang khawatir," tukas Oikawa yang sudah berganti dengan jersey volinya.

Latihan tetap dilangsungkan dan pencarianmu akan dilanjutkan nanti. Untuk kali ini, mereka tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.

Sementara itu, kau telah memakai pakaian santai yang memudahkan untuk bergerak. Di sebelahmu ada kiseki no sedai yang sedang melalukan pemanasan, dan Momoi yang menyemangati mereka—terutama Kuroko.

HIDE AND SEEKWhere stories live. Discover now