Pertemuan

14 5 0
                                    

Azra sedang berada di dapur kafenya dan sudah menggunakan apron untuk masak. Azra memiliki rambut yang cukup gondrong maka ia mengikat rambutnya bagian atas.

Azra hari ini meluangkan waktunya seharian untuk menyiapkan sesuatu yang spesial karena sahabat-sahabatnya di kuliah dulu akan berkumpul kembali. Ini pertama kalinya mereka berkumpul di kafe Azra, biasanya mereka akan berkumpul di kampus, mencari makan, pergi ke mall atau ke salah satu rumah mereka.

Azra sangat menikmati waktunya dengan memasak. Tiba-tiba saja Azra teringat temannya yang melantunkan piano, terbesit di dalam hatinya, Apakah dia datang? Azra langsung menggelengkan kepala, ia berfikir temannya itu tidak akan datang. Bahkan, dia tidak memberi kabar bahwa dia akan datang atau tidak di grup chatting.

Apa kabar dia? Tanya Azra dalam hati.

*

Sudah satu jam Tasha berdiri di depan cermin, sibuk bergonta-ganti pakaian. Hari ini ia akan pergi bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Tasha merasa harus bernampilan istimewa hari ini, tapi ia juga takut terlihat berlebihan di depan sahabat-sahabatnya. Karena itulah, Tasha tak beranjak bercermin, tak henti- hentinya mencocokan pakaian.

Setelah ia selesai memilih pakaian yang ia pakai. Tasha memandangi dirinya dari atas sampai bawah. Ia mengenakan baju off Showlder yang simple berwarna kuning, memperlihatkan kulitnya terlihat sangat putih dan memakai celana jeans biru muda yang membuat tubuhnya terlihat ramping dan kakinya terlihat jenjang.

Apa pakaian ini sudah cocok? Tanya Tasha dalam hati. Tasha terus membolak-balikan tubuhnya untuk meyakinkan bahwa pakaian itu sudah cocok untuknya. Tasha berfifkir apakah baju atasannya terlalu terbuka? Atau celana yang tak cocok dengan bajunya?

Tin..Tin...Tin...Tin... bunyi klakson mobil Lisa. Tasha hari ini tidak ingin membawa mobil. Maka dari itu Lisa yang menjemputnya.

Tasha berlari ke bawah sambil membawa tasnya, dipilihnya sepatu vans hitam kesayangannya, memakainya dengan cepat dan menghampiri Lisa.

"Waw, cantik amat," Lisa kagum temannya yang dulu tomboy sekarang bisa berdandan layaknya wanita. "Ndak sia-sia kamu Sha tinggal di korea, hahaha," Lisa mengejeknya.

Wajah Tasha memerah karena malu dan senang Lisa memujinya, "Berisik ih, udah jalan aja."

"Oke, Lets go!”  Lisa mengemudikan mobilnya.

*

Semua makanan sudah siap. Kini Azra sedang merapikan meja untuk sahabat-sahabatnya, semua karyawan berusaha ingin membantunya, tetapi ia menolak dan kukuh mengerjakannya sendiri. Untuk Azra yang perfectionis membuatnya harus menyiapkan segala sesuatu sendiri.

Azra melihat jam tangannya pukul 14.45, lima belas menit lagi sahabat-sahabatnya akan datang. Azra kembali ke belakang dapur, melepas apron dan mencuci tangannya. Azra becermin dan merapikan rambutnya yang sudah tak lagi rapih, padahal meski rambutnya berantakan ia terlihat tampan.

Klontang, klontang,.. suara pintu kafe terbuka.

"Azra kamu dimana? Kita udah datang," Fauzan anak yang dari dulu selalu berisik .

Mendengar suara itu, Azra pun tersenyum. Datang juga.

"berisik lo zan, tanya aja sama pegawainya," Febby menggelengkan kepalaanya karena fauzan selalu saja seperti itu.

Kemudian, "Azranya dimana ya mas?" tanya febby kepada pegawai Azra.

Di belakang mba, Salah satu pegawai Azra yang bertugas sebagai kasir di kafe.

"Ngomong-ngomong kenapa sepi banget restorannya?" Tanya Dimas.  Sahabatnya yang sangat suka jahil dan bercanda.

"Baru berapa bulan buka masa udah bangkrut aja, haha," Dimas sengaja mengeraskan suaranya agar didengar oleh Azra.

"Hush kamu sayang kalo ngomong suka gitu deh nyeplos aja mulutnya," Sintya menepuk punggung Aldi. Sintya adalah pacar Aldi, ia juga sahabatnya Tasha dan Lisa. Santi dan Aldi akan melangsungkan pernikahan enam bulan lagi.

"Hai, gua denger loh lo ngomong apa jadi gausah teriak-teriak gitu,"Azra keluar dari dapur dan menghampiri teman-temannya.
Mereka semua tertawa mendengar sautan Azra.

Klontang! tiba-tiba saja pintu kafe terbuka, mereka semua menoleh ke arah pintu. Di sana sudah ada Lisa salah satu bagian dari mereka juga. Terlihat sekali betapa cerianya Ratna dengan senyum mengembangnya itu.

"Whats Up braah, gua punya kejutan buat kalian. Sebentar ya!" Lisa membuka pintu dan melongokkan kepalanya keluar,

"Oi cepat masuk!" Lisa berterika sambil melambaikan tangan menyuruh seseorang masuk ke dalam kafe.

Mereka semua kecuali Lisa bergeming melihat sosok dari jauh yang mendekat. Seseorang itu adalah orang yang sangat mereka kenal dan rindukan, Tasha. Dia sangat mempesona.

Tasha masuk ke dalam kafe melambaikan tangan sambil tersenyum manis. Azra tidak kedip melihat Tasha, ternyata benar dia yang melantunkan piano di ruang musik kampus. Tasha terlihat sangat cantik, gaya tomboynya dulu berubah menjadi sedikit feminim. Dulu Tasha suka mengikat rambutnya dengan ikatan kuncir kuda, sekarang dengan pede Tasha menggerai rambutnya. Azra senang.

"Hei, kenapa bongong, Ratna membuyarkan lamunan teman-temannya. Ini ada Tasha, salaman atau nyapa gitu malah bengong." Lisa bingung melihat teman-temannya semua diam.

Mereka semua pangling melihat Tasha. Kangen pastinya.
Mereka pun meghampiri Tasha, saling berjabat tangan dan berpelukan.

**

Tasha menunggu di luar, Ratna menyuruhnya jangan masuk sebelum dia panggil. Dia bisa lihat teman-temannya dari kejauhan. Rindu rasanya─bertahun-tahun tidak bertemu. Tasha menyiapkan kata-kata untuk bertemu mereka, mulai dari “Bagaimana menyapanya? Apa langsung aku hampiri mereka dan aku peluk satu persatu?” Tasha merasa dirinya agak berlebihan.

Tasha melihat Lisa membuka pintu dan melongokkan kepalanya keluar dan berteriak memanggilnya dan melambaikan tangan, "Oi cepat masuk!"

Tasha menarik nafas panjang, berjalan perlahan agar groginya tidak terlihat.
Tasha masuk dan diam, ia mulai tersenyum melihat teman-temannya dan melambaikan tangan. Semua kata-kata yang disiapkannya menguap begitu saja.
Tasha melihat semua temannya diam memandanginya, Apa aku salah memakai baju atau make up-ku terlalu tebal atau mereka tidak suka dengan kedatanganku? pikir Tasha.

"Hei, kenapa bongong?" Lisa membuyarkan lamunan teman-temannya. "Ini ada Tasha, salaman atau nyapa gitu malah bengong. "
Mereka pun tersadar, menghampiri Tasha dan berpelukan menyapa.

Ditempat lain ada seseorang yang masih tak bergeming. Dia Fauzan.

Fauzan setelah sadar dari lamunannya, ia pun berjalan cepat dan memeluk Tasha, wanita yang sangat ia rindukan. Satu tahun terakhir ini Fauzan tak pernah berhubungan dengan Tasha. Saat itu Fauzan bingung ada apa dengan Tasha dan sebenarnya apa yang sedang terjadi. Sms tidak pernah di balas dan telepon pun nomornya selalu tidak aktif.

Tasha sangat senang mendapat pelukan dari Fauzan, ia sangat merindukannya. Fauzan adalah teman Tasha sejak kecil. Sudah lama Tasha tidak berhubungan dengan Fauzan karena hapenya rusak dan semua kontak dihapenya hilang. Tasha tidak pernah bisa menghafal semua nomor di kontaknya kecuali nomor telepon keluarganya. Tasha membalas pelukan Fauzan dengan sangat erat.

Dari celah pelukan dengan Fauzan, Tasha bisa melihat sosok salah satu temannya yang ia ingat saat bermain piano di kampusnya, Azra. Dia tersenyum manis dan Tasha bisa membaca senyuman itu bahwa Azra berkata Aku senang kamu baik-baik saja, Tasha yang masih berpelukan dengan Fauzan pun membalas senyumannya.

"Waduh zan, gua tau Tasha sekarang jadi cantik banget tapi udahan dong peluknya, gua kan juga mau," Mulut isengnya Dimas pun mulai keluar.

Mendengar hal itu pun Sintya menjewer telinga Aldi, "tapi tetep cantikan Santi, ayangnya aku, ko" balas Dimas.

Mereka semua tertawa bersama, melihat tingkah laku lucu Dimas dan Sintya. Semua itu mengingatkan mereka dengan masa lalu saat kuliah dulu.

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang