Chapter 15. Kekecewaan Jawen

12.9K 2.5K 643
                                    

            Kalau ditanya siapa orang paling panik sekarang, mungkin nama Bahtera akan jadi pemenang pertama. Bahtera bukan hanya panik, namun juga sudah kalang kabut nggak keruan. Kakek yang baru saja melepas kepergian keluarga Jelita hanya bingung melihat cucu tersayangnya panik. Sesekali cowok itu hampir terjungkal karena nggak fokus dengan jalannya.

"Mau ke mana?" Kakek bertanya pelan.

"Awen, Kek."

"Tadi Kakek udah telepon, katanya dia lagi di rumah. Untung aja nggak jadi datang dan nunggu kamu, ya!" Kakek curhat. Bahtera menghentikan langkahnya. Jawen nggak jadi berangkat?

Bahtera terpaku. Perasaannya nggak enak. Bahtera punya feeling yang nggak baik tentang ini. Jawen belum berangkat? Setahu Bahtera, Jawen punya masalah dengan waktu. Dia terlalu ontime kalau janjian. Ketika Bahtera tanya kenapa dia selalu rajin, Jawen menjawab kalau orang Jepang juga rajin dan tepat waktu. Jawen harus mengambil sisi positif dari budaya yang dia praktikkan. Totalitas namanya.

Bahtera mengeluarkan HP-nya, lalu mencoba menghubungi Jawen. Sayang sekali...

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangakuan. Cobalah beberapa saat lagi!

Bahtera makin yakin dengan firasatnya. Sekarang nggak mungkin Jawen ada di rumah. Dan Jawen pasti marah. Bahtera nggak tahu harus bagaimana nanti kalau Jawen marah besar. Kalau anak itu marah, Bahtera diam saja. Nanti kalau sudah adem, baru Bahtera ajak bicara. Tapi... kalau Jawen sudah kecewa... sampai kapan pun Bahtera menunggu... anak itu nggak akan pernah bisa diajak damai.

"Kamu mau ke Awen?"

Bahtera mengangguk.

"Ajak ke sini, ya! Mumpung besok libur, suruh nginep..."

Bahtera nggak menjawab. Dia bingung harus menjawab seperti apa. Kalau dugaannya benar, maka semuanya bisa hancur. Jawen bisa murka, lalu bungkam mendadak. Bahtera nggak akan pernah bisa menjangkau hati anak itu.

Bahtera mencoba pergi ke rumah Jawen sekarang. Perjalanan terasa sangat panjang. Dia ingin menghentikan semua kendaraan dan membiarkannya lewat. Macet terasa menyiksa sekarang, padahal biasanya Bahtera adalah orang yang sangat sabar. Ketika ada Jawen di sebelahnya dan mereka terjebak macet, Bahtera selalu menikmati. Ada saja hal yang mereka ceritakan, lalu tergelak bersama.

Sekarang semuanya terasa sangat menyiksa bagi Bahtera. Dia ingin mencari anak itu ke rumahnya sekarang, sayangnya...

Sekarang karma sedang menghinggapi Bahtera. Dia dibalas dengan hal yang lebih menyakitkan. Rumah Jawentari sepi. Bahkan lampunya mati. Hanya sekali lihat saja Bahtera tahu Jawen nggak ada di rumah. Dan tadi... dia beralasan pada Kakek kalau dia masih ada di rumah dan nggak jadi datang.

Lagi-lagi Bahtera mencoba menghubungi Jawen, tapi masih nggak aktif juga. Karena itulah... Bahtera memutuskan untuk menunggu. Dia nggak bisa menghubungi Jawen, jadi cara satu-satunya adalah dengan menunggu. Bahtera nggak mau berprasangka buruk sekarang.

Karena itulah dia memutuskan untuk berpikiran waras dan bertanya pada orang yang seharusnya tahu. Ada beberapa orang yang harusnya tahu luar-dalam tentang Jawen. Pertama, Mami. Mami mungkin sibuk dan jarang ada di rumah, tapi Jawen selalu pamit kalau ingin keluyuran.

"Halo, Bahtera! Wah, tumben nelepon Mami, Sayang!"

Bahtera berdehem sekilas. "Bahtera lagi nyari Awen, nih, Mi! Mami tahu, nggak dia di mana?"

Mami di sana melongo. Terdengar banyak suara di sana. Mami sepertinya sedang sibuk, karena ada bahasan-bahasan keuangan di sana. Mami adalah wanita karier yang masih bekerja di jam segini.

Our Lovely Fudanshi...tWhere stories live. Discover now